Minggu, 01 April 2012

perdarahan di luar haid

PERDARAHAN DI LUAR HAID DAN PSIKOLOGI POST PARTUM
I.    PERDARAHAN DI LUAR HAID
A.    Latar Belakang
Perdarahan diluar haid adalah perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid.
 Ada dua macam perdarahan di luar haid yaitu metroragia dan menoragia.
-    Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengan siklus haid. Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus sebagai suatu spotting dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran suhu basal tubuh.
-    Menoragia adalah Perdarahan siklik yang berlangsung lebih dari 7 hari dengan jumlah darah kadang-kadang cukup banyak. Penyebab dan pengobatan kasus ini sama dengan hipermenorea.
Beberapa Penyebab Dari perdarahan diluar haid yaitu :
•  Polip serviks
•  Erosi portio
•  Ulkus portio
•  Trauma
•  Polip endometrium
Penyebab fungsional. Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik, dinamakan perdarahan disfungsional. Perdarahan diluar haid dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan menopause. Tetapi kelainan ini lebih sering dijumpai sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungsi ovarium. Dua pertiga wanita dari wanita-wanita yang dirawat di rumah sakit untuk perdarahan diluar haid berumur diatas 40 tahun, dan 3 % dibawah 20 tahun. Sebetulnya dalam praktek dijumpai pula perdarahan disfungsional dalam masa pubertas, akan tetapi karena keadaan ini biasanya dapat sembuh sendiri, jarang diperlukan perawatan di rumah sakit.
1.   POLIP SERVIKS
a). Pengertian
Polip adalah tumor bertangkai yang kecil dan tumbuh dari permukaan mukosa (Denise tiran : 2005 ).Servikal polip adalah polip yang terdapat dalam kanalis servikalis (Denise tiran:2005 )
b). Etiologi
    Penyebab dari jenis kanker yang tidak sepenuhnya dipahami oleh para ahli. Mungkin asil dari infeksi atau dari istilah atau peradangan kronis panjang, respon abnormal untuk peningkatan tingkat estrogen, dan dalam kemacetan pembuluh darah di saluran leher rahim.
c). Gejala umum bentuk abnormal tersebut, yaitu :
• Tanpa gejala. Polip serviks biasa dialami seseorang tanpa ia tau kalau sebenarnya ia memiliki polip serviks,
• Leukorea yang sulit disembuhkan ( sudah digunakan berbagai macam obat, dan personal hygine telah dijaga tetapi leokorea belum juga sembuh )
• Terasa discomfort dalam vagina ( Yaitu perasaan tidak nyaman dalam vagina, baik setelah buang air maupun dalam kondisi biasa).
• Kontak berdarah ( Misalnya , vagina selalu mengeluarkan darah setelah melakukan hubungan seks. Perlu dijurigai adanya polip serviks.)
• Terdapat infeksi
d). Faktor Risiko dan Tindakan Pencegahan
 Faktor risiko memiliki polip serviks meningkat pada wanita dengan diabetes mellitus dan vaginitis berulang dan servisitis. polip serviks tidak pernah benar-benar terjadi sebelum onset menstruasi. Hal ini biasanya terlihat pada wanita usia reproduksi. Yang paling rentan terhadap penyakit ini adalah perempuan usia 40 sampai 50 tahun. Hal ini juga mengatakan bahwa polip serviks dapat ditemukan pada insiden yang memicu produksi hormon. Wanita hamil memiliki risiko yang lebih tinggi karena perubahan tingkat hormon, mungkin dari peningkatan produksi hormon beredar juga. Ada beberapa langkah yang dapat membantu mencegah infeksi dan ini: Pakai celana katun atau stoking dengan selangkangan kapas. Ini membantu mencegah akumulasi kelebihan panas dan kelembaban. Panas dan kelembaban membuat seorang wanita rentan terhadap infeksi vagina dan leher rahim.
e). Dasar diagnosis
• Berdasarkan keluhan yang dikemukakan.
• Diagnosis karena kebetulan memeriksakan.
• Pada pemeriksaan inspekulum dijumpai :
•  Jaringan bertambah
•  Mudah berdarah
•  Terdapat pada vagina bagian atas.
d) Penatalaksanaannya
Polip hanya dipelintir sampai putus, kemudian tangkainya di kuret. Tindakan dilakukan dalam pembiusan umum (general anasthesia). Selanjutnya jaringan polip dikirim ke laboratorium patologi guna memastikan bahwa histologis-nya jinak/sesuai dengan gambaran jaringan polip serviks. Kemungkinan ganasnya kecil.


B. EROSI PORSIO
a) Pengertian Erosi Porsio
Erosio porsiones (EP) adalah suatu proses peradangan atau suatu luka yang terjadi pada daerah porsio serviks uteri (mulut rahim). Penyebabnya bisa karena infeksi dengan kuman-kuman atau virus, bisa juga karena rangsangan zat kimia /alat tertentu; umumnya disebabkan oleh infeksi.
Erosi porsio atau disebut juga dengan erosi serviks adalah hilangnya sebagian / seluruh permukaan epitel squamous dari serviks. Jaringan yang normal pada permukaan dan atau mulut serviks digantikan oleh jaringan yang mengalami inflamasi dari kanalis serviks. Jaringan endoserviks ini berwarna merah dan granuler, sehingga serviks akan tampak merah, erosi dan terinfeksi. Erosi serviks dapat menjadi tanda awal dari kanker serviks.
Erosi serviks dapat dibagi menjadi 3:
1) Erosi ringan : meliputi ≤ 1/3 total area serviks
2) Erosi sedang : meliputi 1/3-2/3 total area serviks
3) Erosi berat : meliputi ≥ 2/3 total area serviks.
b) Penyebab erosi serviks :
1. Level estrogen : erosi serviks merupakan respons terhadap sirkulasi estrogen dalam tubuh.
a) Dalam kehamilan : erosi serviks sangat umum ditemukan dalam kehamilan karena level estrogen yang tinggi. Erosi serviks dapat menyebabkan perdarahan minimal selama kehamilan, biasanya saat berhubungan seksual ketika penis menyentuh serviks. Erosi akan menghilang spontan 3-6 bulan setelah melahirkan.
b) Pada wanita yang mengkonsumsi pil KB : erosi serviks lebih umum terjadi pada wanita yang mengkonsumsi pil KB dengan level estrogen yang tinggi.
c) Pada bayi baru lahir : erosi serviks ditemukan pada 1/3 dari bayi wanita dan akan menghilang pada masa anak-anak oleh karena respon maternal saat bayi berada di dalam rahim
d) Wanita yang menjalani Hormon Replacement Therapy (HRT): karena penggunaan estrogen pengganti dalam tubuh berupa pil, krim , dll.
2. Infeksi: teori bahwa infeksi menjadi penyebab erosi serviks mulai menghilang. Bukti-bukti menunjukkan bahwa infeksi tidak menyebabkan erosi, tapi kondisi erosi akan lebih mudah terserang bakteri dan jamur sehingga mudah terserang infeksi.
3. Penyebab lain : infeksi kronis di vagina, douche dan kontrasepsi kimia dapat mengubah level keasaman vagina dan sebabkan erosi serviks. Erosi serviks juga dapat disebabkan karena trauma (hubungan seksual, penggunaan tampon, benda asing di vagina, atau terkena speculum)




c). Patofisiologi
Proses terjadinya erosi portio dapat disebabkan adanya rangsangan dari luar misalnya IUD. IUD yang mengandung polyethilien yang sudah berkarat membentuk ion Ca, kemudian bereaksi dengan ion sel sehat PO4 sehingga terjadi denaturasi / koalugasi membaran sel dan terjadilah erosi portio.
Bisa juga dari gesekan benang IUD yang menyebabkan iritasi lokal sehingga menyebabkan sel superfisialis terkelupas dan terjadilah erosi portio. Dari posisi IUD yang tidak tepat menyebabkan reaksi radang non spesifik sehingga menimbulkan sekresi sekret vagina yang meningkat dan menyebabkan kerentanan sel superfisialis dan terjadilah erosi portio.
Dari semua kejadian erosi portio itu menyebabkan tumbuhnya bakteri patogen, bila sampai kronis menyebabkan metastase keganasan leher rahim.
Selain dan personal hygien yang kurang IUD juga dapat menyebabkan bertambahnya volume dan lama haid darah merupakan medai subur untuk masuknya kuman dan menyebabkan infeksi, dengan adanya infeksi dapatmasuknya kuman dan menyebabkan infeksi.
Dengan adanya infeksi dapat menyebabkan Epitel Portio menipis sehingga mudah menggalami Erosi Portio, yang ditandai dengan sekret bercampur darah, metrorrhagia, ostium uteri eksternum tampak kemerahan, sekred juga bercampur dengan nanah, ditemukan ovulasi nabathi. (Winkjosastro, hanifa. Ilmu kandungan jilid I, YBPS-SP, Jakarta : 2005).   
d) Gejala erosi serviks:
(1) Mayoritas tanpa gejala
(2) Perdarahan vagina abnormal (yang tidak berhubungan dengan siklus menstruasi) yang terjadi
• Setelah berhubungan seksual (poscoital)
• Diantara siklus menstruasi
• Disertai keluarnya cairan mucus yang jernih / kekuningan, dapat berbau jika disertai infeksi vagina
(3) Erosi serviks disebabkan oleh inflamasi, sehingga sekresi serviks meningkat secara signifikan, berbentuk mucus, mengandung banyak sel darah putih, sehingga ketika sperma melewati serviks akan mengurangi vitalitas sperma dan menyulitkan perjalanan sperma. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya infertilitas pada wanita.
d)  Penanganan erosi porsio/erosi serviks
1) Memberikan albotyl di sekitar Erosio pada portio.
2) Melakukan penatalaksanaan pemberian obat.
• Lyncopar 3 x 1 untuk infeksi berat yang disebabkan oleh bakteri /streptokokus pneomokokus stafilokokus dan infeksi kulit dan jaringan lunak.
• Mefinal 3 x 1 berfungsi untuk menghilangkan rasa sakit

C. ULKUS PORSIO
a) Pengertian
Ulkus portio adalah suatu pendarahan dan luka pada portio berwarna merah dengan batas tidak jelas pada ostium uteri eksternum .
b) Etiologi
Penggunaan IUD, pemakaian pil, perilaku seksual yang tidak sehat, trauma.
c) Patofisiologi
Proses terjadinya ulkus portio dapat disebabkan adanya rangsangan dari luar misalnya IUD. IUD yang mengandung polyethilien yang sudah berkarat membentuk ion Ca, kemudian bereaksi dengan ion sel sehat PO4 sehingga terjadi denaturasi / koalugasi membaran sel dan terjadilah erosi portio. Bisa juga dari gesekan benang IUD yang menyebabkan iritasi lokal sehingga menyebabkan sel superfisialis terkelupas dan terjadilah ulkus portio dan akhir nya menjadi ulkus. Dari posisi IUD yang tidak tepat menyebabkan reaksi radang non spesifik sehingga menimbulkan Gejala :
a. Adanya fluxus
b. Portio terlihat kemerahan dengan batas tidak jelas
c. Adanya kontak berdarah
d. Portio teraba tidak rata
Sekresi sekret vagina yang meningkat dan menyebabkan kerentanan sel superfisialis dan terjadilah erosi portio.Dari semua kejadian ulkus portio itu menyebabkan tumbuhnya bakteri patogen, bila sampai kronis menyebabkan metastase keganasan leher rahim.
e) Penanggulangan
1) Membatasi hubungan suami istri
Adanya ulkus porsio membuat porsio mudah sekali berdarah setiap kali mengalami gesekan sekecil apapun, sehingga sebaiknya koitus dihindari sampai ulkus sembuh.
2) Menjaga kebersihan vagina
Bila kebesihan vagina tidak dijaga, maka akan dapat memperburuk kondisi porsio, sebab akan semakin rentan terkena infeksi lainnya.
3) Lama pemakaian IUD harus diperhatikan.



D.  TRAUMA
a) Pengertian
Trauma adalah dari aspek medikolegal sering berbeda dengan pengertian medis. Pengertian medis menyatakan trauma atau perlukaan adalah hilangnya diskontinuitas dari jaringan. Sedangkan dalam pengertian medikolegal trauma adalah pengetahuan tentang alat atau benda yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan seseorang. Artinya orang yang sehat, tiba-tiba terganggu kesehatannya akibat efek dari alat atau benda yang dapat menimbulkan kecederaan.
b) Penyebab
Trauma yang menyebabkan perdarahan di luar haid contohnya yang sering terjadi pada akseptor IUD dan usai berhubungan intim (utamanya pada wanita yang telah menopause ). Tempat perlukaan yang paling sering akibat koitus adalah dinding lateral Vagina, vorniks posterior dan kubah Vagina (setelah histerektomi).
c) Gejala
Nyeri vulva dan vagina, perdarahan dan pembengkakkan merupakan gejala-gejala yang paling khas. Kemungkinan gejala lainnya adalah kesulitan dalam urinasi dan ambulasi
d) Penanganannya
Penanganannya sesuai dengan penyebabnya , misalnya trauma yang disebabkan translokasi IUD, maka IUD nya harus dicabut, dan diganti dengan alat kontrasepsi lain.Sedangkan buat para wanita yang menopause yang mengalami perdarahan setelah koitus, bisa diberi terapi hormon.
E. POLIP ENDOMETRIUM
a) Pengertian
Polip endometrium juga disebut polip rahim. Ia adalah pertumbuhan kecil yang tumbuh sangat lambat dalam dinding rahim. Mereka memiliki basis datar besar dan mereka melekat pada rahim melalui gagang bunga memanjang. Bentuknya dapat bulat atau oval dan biasanya berwarna merah. Seorang wanita dapat memiliki polip endometrium satu atau banyak, dan kadang-kadang menonjol melalui vagina menyebabkan kram dan ketidaknyamanan. Polip endometrium dapat menyebabkan kram karena mereka melanggar pembukaan leher rahim. Polip ini dapat terjangkit jika mereka bengkok dan kehilangan semua pasokan darah mereka. Ada kejadian langka saat ini polip menjadi kanker. Wanita yang telah mengalaminya terkadang sulit untuk hamil.

b) Gejala
Tidak ada penyebab pasti dari polip endometrium, tetapi pertumbuhan mereka dapat dipengaruhi oleh kadar hormon, terutama estrogen. Seringkali tidak ada gejala, tetapi beberapa gejala dapat diidentifikasi terkait dengan pembentukannya.
• Sebuah kesenjangan antara perdarahan haid
• Tidak teratur atau perdarahan menstruasi yang berkepanjangan
• Perdarahan haid yang terlalu berat
• Rasa sakit atau dismenore (nyeri dengan menstruasi)
c) Diagnosa dan Pengobatan
Polip endometrium dapat dideteksi melalui pelebaran dan kuretase (D & C), CT scan, ultrasound atau histeroskopi. Histeroskopi adalah prosedur dimana lingkup kecil dimasukkan melalui leher rahim ke dalam rongga rahim untuk mencari polip atau kelainan rahim lainnya.
Polip endometrium dapat dihapus dan diobati melalui operasi dengan menggunakan kuretase atau histerektomi. Jika kuretase dilakukan, polip dapat terjawab tapi untuk mengurangi risiko ini, rahim biasanya dieksplorasi oleh histeroskopi pada awal proses bedah. Sebuah polip besar dapat dipotong menjadi bagian-bagian sebelum sepenuhnya disingkirkan. Jika ditemukan polip menjadi kanker, histerektomi harus dilakukan. Ada probabilitas tinggi kekambuhan polip bahkan dengan perawatan di atas.
d) Komplikasi dan Faktor Risiko
Polip endometrium biasanya sel jinak. Mereka dapat menjadi prakanker atau kanker. Sekitar 0,5 persen dari polip endometrium mengandung sel-sel adenokarsinoma. Sel-sel ini akhirnya akan berkembang menjadi kanker. Polip dapat meningkatkan risiko keguguran pada wanita yang menjalani fertilisasi in vitro dalam perawatan. Jika mereka berkembang dekat saluran telur, mereka dapat menjadi penyebab kesulitan dalam menjadi hamil.
Polip rahim biasanya terjadi pada wanita di usia 40-an dan 50-an. Wanita yang memiliki faktor risiko tinggi adalah mereka yang mengalami obesitas, memiliki tekanan darah tinggi. dan memiliki sejarah polip serviks dalam keluarga mereka.
Terapi penggantian hormon dapat meningkatkan faktor risiko terjadinya polip endometrium. Wanita yang menggunakan hormonal Intra Uterine Device yang tingkat tinggi levonorgestrel dapat mengurangi kejadian polip. Satu dari setiap sepuluh perempuan dapat memiliki polip endometrium, dan diperkirakan bahwa sekitar 25 persen dari mereka yang mengalami pendarahan vagina abnormal memiliki polip endometrium.

PERAWATAN PERDARAHAN VAGINA YANG TIDAK TERRATUR
Perawatan untuk perdarahan vagina yang tidak teratur tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Setelah penyebabnya ditentukan, dokter memutuskan apakah perawatan sebenarnya perlu. Adakalanya, semua yang diperlukan adalah mengesampingkan penyebab-penyebab yang membahayakan dan untuk menentukan bahwa perdarahan vagina yang tidak teratur tidak cukup mengganggu wanitanya untuk diberikan obat atau perawatan. Jika persoalan-persoalan tiroid, hati, ginjal, atau pembekuan darah ditemukan, perawatan diarahkan menuju kondisi-kondisi ini.
Obat-obat untuk perawatan dari perdarahan vagina yang tidak teratur tergantung pada penyebabnya. Contoh-contoh digambarkan dibawah:
a. Jika penyebab dari perdarahan adalah ketiadaan dari ovulasi (anovulation), dokter-dokter mungkin meresepkan progesterone untuk diminum pada interval-interval yang teratur, atau obat pencegahan kehamilan oral, yang mengandung progesterone, untuk mencapai keseimbangan hormon yang tepat. Perawatan sejenis ini secara dramatis mengurangi risiko kanker kandungan pada wanita-wanita yang tidak berovulasi.
b. Jika penyebab dari perdarahan vagina yang tidak teratur adalah perubahan prakanker pada lapisan kandungan, obat-obat progesterone mungkin diresepkan untuk mengurangi pembentukan dari jaringan-jaringan lapisan kandungan yang prakanker dalam usaha untuk menghindari operasi.
c. Jika seorang wanita telah berada tanpa mens-mens untuk kurang dari enam bulan dan berdarah secara tidak teratur, penyebabnya mungkin adalah transisi menopause. Selama transisi ini, seorang wanita adakalanya ditawarkan obat pencegah kehamilan oral untuk menegakan pola perdarahan yang lebih teratur, untuk menyediakan kontrasepsi sampai ia menyelesaikan menopause, dan untuk membebaskan rasa panas (hot flashes). Seorang wanita yang ditemukan menopause sebagai penyebab dari perdarahan yang tidak teraturnya mungkin juga menerima nasehat menopause jika ia mempunyai gejala-gejala yang menyusahkan.
d. Jika penyebab dari perdarahan vagina yang tidak teratur adalah polip-polip atau pertumbuhan-pertumbuhan jinak lainnya, ini adakalanya dikeluarkan secara operasi untuk mengontrol perdarahan karena mereka tidak dapat dirawat dengan obat.
e. Jika penyebab dari perdarahan adalah infeksi, antibiotik-antibiotik adalah perlu. Perdarahan selama kehamilan memerlukan evaluasi darurat oleh seorang dokter kandungan (obstetrician). Endometriosis dapat dirawat dengan obat-obat dan/atau operasi (seperti laparoscopy).
f. Adakalanya, penyebab dari perdarahan yang berlebihan tidak nyata setelah penyelesaian pengujian (dysfunctional uterine bleeding). Pada kasus-kasus ini, obat-obat pencegah kehamilan oral dapat memperbaiki kontrol siklus dan mengurangi perdarahan.
g. Jika perdarahan berlebihan dan tidak dapat dikontrol dengan obat, prosedur operasi yang disebut dilation and curettage (D&C) mungkin adalah perlu. Sebagai tambahan pada pengurangan perdarahan yang berlebihan, D&C menyediakan informasi tambahan yang dapat mengesampingkan kelainan-kelainan dari lapisan kandungan.
h. Adakalanya, hysterectomy adalah perlu ketika obat-obat hormon tidak dapat mengontrol perdarahan yang berlebihan. Bagaimanapun, kecuali penyebabnya adalah prakanker atau kanker, operasi ini harus adalah hanya opsi (pilihan) setelah solusi-solusi lain telah dicoba.
i. Banyak prosedur-prosedur baru sedang dikembangkan untuk merawat tipe-tipe tertentu dari perdarahan vagina yang tidak teratur. Contohnya, studi-studi sedang dalam perjalanan untuk mengevaluasi teknik-teknik yang secara selektif menghalangi pembuluh-pembuluh darah yang terlibat pada perdarahan. Metode-metode yang lebih baru ini mungkin adalah pilihan-pilihan yang kurang rumit untuk beberapa pasien-pasien dan ketika mereka dievaluasi lebih jauh mereka akan mungkin menjadi lebih secara luas tersedia.

II.  GANGGUAN PSIKOLOGI PADA MASA NIFAS
1.    Depresi Pasca Kelahiran (Post Partum Blues
a.     Pengertian Post Partum Blues
Post Partum Blues (PBB) sering juga disebut sebagai maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelahh persalinan. Post Partum Blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelh melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi yang ditandai dengan gejala-gejala sbb: Cemas tanpa sebab, menangis tanpa sebab, tidak sabar tidak percaya diri, Sensitive, mudah tersinggung, merasa kurang menyayangi bayinya.
b.    Penyebab Post Partum Blues
Dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan, tetapi bila tidak ditatalaksanai dengan baik dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman bagi wanita yang mengalaminya, dan bahkan gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis salin yang mempunyai dampak lebih buruk terutama dalam hubungan perkawinan dengan  suami dan perkembangan anknya.
c.     Penatalaksanaan
Cara mengatasinya adalah dengan mempersiapkan persalinan dengan lebih baik, maksudnya disini tidak hanya menekankan pada materi tapi yang lebih penting dari segi psikologi dan mental ibu.
Pencegahannya dapat dilakukan dengan:
1. Beristirahat ketika bayi tidur
2. Berolah raga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu
3. Tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi
4. Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan
5. Bersikap fleksibel dan bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru
6. Kempatan merawat bayi hanya dating satu kali
2.    Depresi Post Partum
a.     Pengertian Depresi Post Partum
Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung selama 30 hari, dapat terjadi kapanpun bahkan sampai 1 tahun    kedepan.  Llewelly-jones (1994) menyatakan wanita yang didiagnosa mengalami depresi 3 bulan pertama setelah melahirkan. Wanita tersebut secara social dan emosional meras terasingkan atau mudah tegang dalam setiap kejadian hidupnya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa depresi post partum adalah gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi pada 10 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus-menerus sampai 6 bulan atau bahkan sampai satu tahun.
b.    Penyebab Depresi Post Partum
Disebabkan karena gangguan hormonal. Hormon yang terkait dengan terjadinya depresi post partum adalah prolaktin, steroid dan progesterone.



Pitt(regina dkk,2001) mengemukakan 4 faktor penyebab depresi post partum:
1. factor konstitusional
2. factor fisik yang etrjadi karena ketidakseimbangan hormonal
3. factor psikologi
4. factor social dan karateristik ibu
c.    Gejala Depresi Post Partum
Gejala yang menonjol dalam depresi post partum adalah trias depresi yaitu: berkurangnya energi, penurunan efek, dan hilang minat (anhedonia)
Ling dan Duff(2001) mengatakan bahwa gejala depresi post partum yang dialami 60% wanita mempunyai karateristik dan spesifik antara lain:
1)    trauma terhadap intervensi medis yang terjadi
2)    kelelahan dan perubahan mood
3)    gangguan nafsu makan dan gangguan tidur
4)    tidak mau berhubungan dengan orang lain
5)    tidak mencintai bayinya dan ingin menyakiti bayinya atau dirinya sendiri.

d.    Penatalaksanaan
Untuk mencegah terjadinya depresi post partum sebagai anggota keluarga harus memberikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu bila terlihat  sedang sedih, dan sarankan pada ibu untuk:
1)    beristirahat dengan baik
2)    berolahraga yang ringan
3)    berbagi cerita dengan orang lain
4)    bersikap fleksible
5)    bergabung dengan orang-oarang baru
6)    sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis
3.    Post Partum Psikosa
a.    Pengertian Post Partum Psikosa
Adalah depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu setelah melahirkan.
b.    Penyebab Post Partum Psikosa
Disebabkan karena wanita menderita bipolar disorder atau masalah psikiatrik lainnya yang disebut schizoaffektif disorder. Wanita tersebut mempunyai resiko tinggi untuk terkena post partum psikosa.





c.    Gejala Post Partum Psikosa
Ciri khas dari post partum Psikosa yaitu :
1)    Sangat bingung, keadaan emosi turun
2)    Gelisah, bergejolak
3)    Halusinasi baik visual maupun audio sehingga dia mendengar bisikan atau melihat seseorang yang menyuruh untuk melakukan sesuatu yang sangat diyakininya dan mungkin membahayakan kesehatannya dan mungkin bayinya atau orang lain
4)    Takut melukai dirinya maupun bayinya, pada kasus psikosa post partum perlu pertolongan psikiater dengan segera


d.    Penatalaksanaan
Pada wanita yang menderita penyakit ini dapat terkena perubahan mood secara drastis, dari depresi ke kegusaran dan berganti menjadi euforia dalam waktu singkat. Penderita kehilangan semangat dan kenyamanan dalam beraktifitas,
sering menjauhkan diri dari teman atau keluarga, sering mengeluh sakit kepala dan nyeri dada, jantung berdebar-berdebar serta nafas terasa cepat. Untuk mengurangi jumlah penderita ini sebagai anggota keluarga hendaknya harus lebih memperhatikan kondisi dan keadaan ibu serta memberikan dukungan psikis agar tidak merasa kehilangan perhatian.
Penatalaksanaannya yaitu :
1. Beristirahat cukup
2. Mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang
3. Bergabung dengan orang-orang yang baru
4. Bersikap fleksible
5. Berbagi cerita dengan orang terdekat
6.Sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis




Selasa, 20 Maret 2012

makalah infeksi menular seksual


TUGAS KESEHATAN REPRODUKSI
“SEKSUAL TRANSMITTED DISEASES (STD)”
ATAU
INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS)
Dosen Pengampu : Bernadeta Verawati, M.Keb






DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK II

1.      ANJAR SULISTYA RINI         (09150190)
2.      IRAH WATI                               (09150191)
3.      TITIK MALAYSIANI                (09150192)
4.      NUR UTAMI                              (09150193)
5.      NIA LESTARI                            (09150194)
6.      RENI ATMY PRATIWI           (09150196)
7.      AMINAH                                      (09150197)

UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
FAKULTAS KESEHATAN
D III KEBIDANAN
2011/2012


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan penyertaannya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah tentang “SEKSUAL TRANSMITTED DESEASES (STD)” kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung dalam menyusun makalah ini.
Penyusunan makalah ini telah kami selesaikan dengan lancar,tetapi kami menyadari bahwa penyusunan tugas makalah ini masih jauh dari kata sempurna,jadi kami mohon untuk memberikan masukan,kritik,dan saran yang membangun demi perbaikan dalam penyusunan tugas makalah ini.
Akhir kata kami berharap tugas ini sangat berguna dan membantu menyumbangkan pengetahuan tentang mata kuliah Kesehatan Reproduksi khususnya bagi mahasiswa Kebidanan.





Yogyakarta,   08 maret 2012

   Penyusun






DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................................................................      i
Kata Pengantar.................................................................................................................      ii
Daftar isi...........................................................................................................................      iii

BAB I : PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang......................................................................................................      1
B.     Rumusan Masalah.................................................................................................      2
C.     Tujuan...................................................................................................................      2
BAB II : PEMBAHASAN
A.    Pengertian IMS.....................................................................................................      3
B.     Gejala Umum Penyakit Menular Seksual………………………………………..     4
C.     Penyakit Yang Termasuk Dalam Kelompok IMS……………………………….     5
D.    Resiko Kesehatan Yang Dihadapi Remaja……………………………………….    18
E.     Cara Penularan……………………………………………………………………    19
F.      Yang Dilakukan Jika Terkena IMS………………………………………………..   19
G.    Cara Mencegah IMS……………………………………………………………..     20
H.    Peran Bidan……………………………………………………………………….   21
BAB III : PENUTUP
A.    Kesimpulan.............................................................................................................   22
B.     Saran.......................................................................................................................   22


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Di Indonesia penyakit ini mulai menjalar dengan perkembangan penularan yang cukup cepat. Tidak dapat disangkal bahwa mata rantai penularan infeksi menular seksual adalah wanita tunasusila (WTS) yang dapat menyusup dalam kehidupan rumah tangga. Perubahan perilaku seksual telah menyebabkan timbunya berbagai masalah yang berkaitan dengan infeksi menular seksual dan kehamilan yang tidak dikehendaki. Bila penyakit infeksi menular seksual sebagian besar dapat diselesaikan dengan pengobatan yang tepat sehingga tidak menimbulkan penyulit selanjutnya, berbeda dengan kehamilan yang tidak dikehendaki. Masalah terakhir ini mempunyai dampak yang lebih luas baik biologis, psikologis, sosial, spiritual, dan etika.
Penyakit infeksi menular seksual dapat menimbulkan infeksi akut (mendadak) yang memerlukan penanganan yang tepat karena akan dapat menjalar ke alat genitalia bagian dalam (atas) dan menimbulkan penyakit radang panggul. Pengobatan yang kurang memuaskan akan menimbulkan penyakit menjadi menahun (kronis) dengan akibat akhir rusaknya fungsi alat genitalia bagian dalam sehingga menimbulkan kurang subur atau mandul.
Dalam pertemuan di Atlanta USA tentang penyakit hubungan seksual, menyatakan bahwa mata rantai yang ditularkan oleh WTS tidak dapat dihilangkan tetapi hanya mungkin diperkecil peranannya. Dengan diketemukannya penyakit AIDS yang disebabkan oleh virus dan sampai sejauh ini belum ada pengobatannya, maka masyarakat akan lebih berhati-hati. Secara kelakar disebut pula bahwa PID adalah pretty international diseases, oleh karena disebar luaskan oleh wanita cantik yang berstatus sebagai wanita tunasusila (WTS) atau wanita penghibur.
Dalam upaya meningkatkan pemahaman remaja tentang kesehatan reproduksi, menjadikan remaja tegar dalam menghadapi masalah dan mampu mengambil keputusan terbaik bagi dirinya, maka pelayanan konseling sangat diperlukan remaja. Meskipun kepedulian pemerintah, masyarakat maupun LSM dalam memperluas penyediaan informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi sudah semakin meningkat, namun dalam akses pemberian pelayanan konseling masih terbatas. Hal ini antara lain disebabkan keterbatasan jumlah fasilitas pelayanan konseling bagi remaja yang terbatas. Disamping itu, kemampuan tenaga konselor dalam memberikan konseling kepada remaja di pusat-pusat pelayanan informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja juga masih terbatas. Atas dasar itulah maka guna mendukung kemampuan SDM dalam melakukan konseling kesehatan reproduksi remaja perlu disiapkan tenaga yang terlatih melalui workshop konseling kesehatan reproduksi remaja.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud dengan IMS ?
2.      Apa saja jenis – jenis IMS ?
3.      Bagaimana cara penularan IMS ?
4.      Apa yang harus kita lakukan kalau terkena IMS?
5.      Bagaimana cara mencegah  ?
6.      Bagaimana peran bidan dalam mengatasi IMS ?

C.     TUJUAN
1.      Untuk Mengetahui apa itu IMS
2.      Untuk Mengetahui jenis – jenis IMS
3.      Untuk Mengetahui cara penularan IMS
4.      Untuk Mengetahui apa yang harus kita lakukan kalau terkena IMS
5.      Untuk Mengetahui cara mencegah IMS
6.      Untuk mengetahui Peran bidan dalam mengatasi IMS





BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pegertian IMS (Infeksi Menular Seksual)
Infeksi menular seksual (IMS) disebut juga Penyakit Menular Seksual (PMS) atau dalam bahasa Inggrisnya Sexually Transmitted Disease (STDs), Sexually Transmitted Infection (STI) or Venereal Disease (VD). Dimana pengertian dari IMS ini adalah infeksi yang sebagian besar menular lewat hubungan seksual dengan pasangan yang sudah tertular. IMS disebut juga penyakit kelamin atau penyakit kotor. Namun ini hanya menunjuk pada penyakit yang ada di kelamin. Istilah IMS lebih luas maknanya, karena menunjuk pada cara penularannya (Ditjen PPM & PL, 1997).
IMS atau Seksually Transmitted Disease adalah suatu gangguan atau penyakit yang ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak hubungan seksual. IMS yang sering terjadi adalah Gonorhoe, Sifilis, Herpes, namun yang paling terbesar diantaranya adalah AIDS, kaena mengakibatkan sepenuhnya pada kematian pada penderitanya. AIDS tidak bisa diobati dengn antibiotik (Zohra dan Rahardjo, 1999).
Menurut Aprilianingrum (2002), Infeksi Menular Seksual (IMS) didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan karena adanya invasi organisme virus, bakteri, parasit dan kutu kelamin yang sebagian besar menular melalui hubungan seksual, baik yang berlainan jenis ataupun sesama jenis.
PMS menjadi pembicaraan yang begitu penting setelah muncul kasus penyakit AIDS yang menelan banyak korban meninggal dunia, dan sampai sekarang pengobatan yang paling manjur masih belum ditemukan. Apalagi komplikasi dari PMS (termasuk AIDS) bisa dibilang banyak dan akibatnya pun cukup fatal, antara lain :
  • kemandulan
  • kecacatan
  • gangguan kehamilan
  • kanker
  • kematian
Beberapa faktor yang berpengaruh dalam pola penyakit ini secara prinsip terbagi 2 faktor, yaitu : faktor medis dan faktor sosial.
B.      Gejala Umum Penyakit Menular Seksual
TABEL GEJALA UMUM  PENYAKIT MENULAR SEKSUAL
Gejala
Perempuan
Laki-laki
Luka
Luka dengan atau tanpa rasa sakit, disekitar alat kelamin, anus, mulut atau bagian tubuh yang lain. Tonjolan kecil-kecil, diikuti luka yang sangat sakit di sekitar alat kelamin
Cairan tidak normal
Cairan dari vagina bisa gatal, kekuningan, kehijauan, berbau atau berlendir. Duhtubuh bisa juga keluar dari anus.
Cairan bening atau berwarna berasal dari pembukaan kepala penis atau anus.
Sakit pada saat buang air kecil
PMS pada wanita biasanya tidak menyebabkan sakit atau burning urination
Rasa terbakar atau rasa sakit selama atau setelah urination terkadang diikuti dengan duhtubuh dari penis
Perubahan warna kulit
terutama di bagian telapak tangan atau kaki. Perubahan bias menyebar ke seluruh bagian tubuh
Tonjolan seperti jengger ayam
Tumbuh tomjolan seperti jengger ayam di sekitar alat kelamin
Sakit pada bagian bawah perut
Rasa sakit yang muncul dan hilang, yang tidak berkaitan dengan menstruasi bisa menjadi tanda infeksi saluran reproduksi (infeksi yang telah berpindah ke bagian dalam system reproduksi, termasuk servik, tuba falopi, dan ovarium)
Kemerahan
Kemerahan pada sekitar alat kelamin, atau diantara kaki
Kemerahan pada sekitar alat kelamin, kemerahan dan sakit di kantong zakar
Gejala lain dari HIV/AIDS
  • Demam
  • Keringat malam
  • Sakit kepala
  • Kemerahan di ketiak, paha atau leher
  • Mencret yang terus menerus
  • Penurunan berat badan secara cepat
  • Batuk, dengan atau tanpa darah
  • Bintik ungu kebiruan pada kulit



C.    Penyakit yang termasuk dalam kelompok IMS
IMS ada banyak sekali jenisnya. Beberapa diantaranya yang paling penting adalah :
1.      Gonoroe (GO) atau kencing nanah
Penyakit gonoroe adalah salah satu penyakit IMS yang disebabkan oleh Neisseria Gonorhoe, tergolong bakteri diplokokus berbentuk seperti buah kopi. Masa inkubasi (waktu sebelum terjadi gejala) berkisar antara 3 sampai 5 hari setelah infeksi. Penyakit gonoroe paling banyak dijumpai dalam jajaran penyakit infeksi menular seksual namun mudah di obati, tetapi jika terlambat atau pengobatan yang kurang tepat dapat menimbulkan komplikasi yang fatal.
Infeksi gonore selama kehamilan telah diasosiasikan dengan pelvic inflammatory disease (PID). Infeksi ini sering ditemukan pada trimester pertama sebelum korion berfusi dengan desidua dan mengisi kavum uteri. Pada tahap lanjut, Neisseria gonorrhoeae diasosiasikan dengan rupture membrane yang premature, kelahiran premature, korioamnionitis, dan infeksi pascapersalinan. Konjungtivitis gonokokol ( ophthalmia neonatorum), manifestasi terserang dari infeksi perinatal, umumnya ditransmisi selama proses persalinan. Jika tidak terapi, kondisi ini dapat mengarah pada perforasi kornea dan panoftalmitis. Infeksi neonatal yang lebih jarang termasuk meningitis sepsis diseminata dengan atritis, serta infeksi genital dan rectal.
a.      Infeksi Gonoroe pada Pria
Bentuk yang paling sering adalah uretritis gonore anterior akuta yang dalam bahasa awam disebutnya juga kencing nanah. Gejala umumnya adalah rasa gatal dan panas diujung kemaluan, rasa sakit saat kencing dan banyak kencing, diikuti pengeluaran nanah diujung kemaluan dapat bercampur darah.
Pada pemeriksaan akan dijumpai ujung kemaluan merah, membengkak, dan menonjol, diujungnya bila dipijit akan keluar nanah. Penyakit ini bila tidak mendapat pengobatan yang tepat dapat menyebar kebagian alat kelamin lainnya seperti kandung kencing, prostat sampai buah zakar dan salurannya. Dengan pengobatan yang kurang mantap, penyakit akan bersifat menahun dan menjadi sumber penularan bagi orang lain serta keluarganya.
b.      Infeksi Gonoroe pada wanita
Infeksi pertama terkena pada wanita adalah mulut rahim, apalagi bila telah terdapat perlukaan sehingga penyebarannya kebagian bawah dan bagian atas alat kelamin semakin cepat. Infeksi mulut rahim disebut servisitis yang bersamaan dengan infeksi vagina (liang senggama) trikomonas maka gejala klinisnya semakin menonjol yaitu rasa nyeri pada daerah punggung, mengeluarkan keputihan encer seperti nanah.
Pemeriksaan serviks akan tampak berwarna merah, membengkak, perlukaan, dan tertutup oleh lendir bernanah. Lendir yang dikeluarkan sangat infeksius (bersifat menginfeksi), sehingga dapat menyebarkan penyakitnya menuju liang kencing  (uretritis) dengan gejala rasa sakit saat kencing, banyak kencing dan dapt bercampur nanah, pemeriksaan mulut saluran kencing menunjukkan berwarna merah, bengkak, bila diurut keluar nanah.
ü  Jenis Tes : Pemeriksaan Nanah
ü  Penatalaksanaan
Diagnose gonore dapat dipastikan dengan menemukan N.gonorrhoeaae sebagai penyebab baik secara mikroskopik maupun kultur (biakan). Sensitivitas dan spesifitas dengan pewarnaan Gram dari sediaan serviks hanya berkisar antara 45-65%, sedangkan sensitivitas dan spesifisitas dengan kultur sebesar 85-95%. Oleh karena itu untuk infeksi gonore tanpa komplikasi  adalah pengobatan dosis tunggal. Pilihan terapi yang direkomendasikan adalah :
Ø  Terapi Gonorrhoea
-          Penisilin (banyak yang resisten)
-          Cephalosporin :
Cefixime : 400 mg single dose
Ceftriaxone : 250 mg IM single dose
Cefotaxime : 500 mg IM single dose
-          Quinolone (banyak yang resisten)
-          Spectinomisin : 2 g IM single dose




2.      Herpes Simpleks
Penyakit infeksi hubungan seksual dengan penyebab virus herpes simpleks tipe I dan II. Gejala klinisnya adalah gejala umum dalam bentuk badan panas, lelah atau cepat lelah, napsu makan berkurang. Masa manifestasinya (inkubasinya) sekitar 3 minggu. Gejala lokal pada genitalia terdapat pembentukan vesikel berkelompok diatas kulit, kulit tampak basah dan lebih merah, terdapt ulkus yang dangkal, kulit keriput (krusta), rasa nyeri yang hebat, sehingga terdapt kesukaran berjalan.
Pada pria gejala klinisnya lebih ringan, karena sering mendapat pengobatan preventif sendiri, dibandingkan pada wanita. Pengobatan lokal dengan salep yang mengandung idoksuridin sedangkan pengobatan sistemik mempergunakan preparat asiklovir yang cukup memberikan harapan kesembuhan.
Semua virus herpes memiliki ukuran dan morfologi yang sama dan semuanya melakukan replikasi pada inti sel. Herpes Simplex Virus sendiri dibagi menjadi dua tipe, yaitu Herpes Simplex Virus tipe 1 (HSV-1) yang menyebabkan infeksi pada alat kelamin (genital). Tetapi, bagaimanapun kedua tipe virus tersebut dapat menyebabkan penyakit dibagian tubuh manapun. HSV-1 menyebabkan munulnya gelembung berisi cairan yang terasa nyeri pada mukosa mulut, wajah dan sekitar mata. HSV-2 atau herpes genital ditularkan melalui hubungan seksual dan menyebabkan vagina terlihat seperti bercak dengan luka mungkin muncul iritasi, penurunan kesadaran yang disertai pusing, dan kekuningan pada kulit (jaundice) dan kesulitan bernapas atau kejang. Biasanya hilang dalam 2 minggu infeksi, infeksi pertama HSV adalah yang paling berat dan dimulai setelah masa inkubasi 4 - 6 hari. Gejala yang timbul meliputi nyeri, inflamasi dan kemerahan pada kulit (eritema) dan diikuti dengan pembentukan gelembung - gelembung yang berisi cairan bening yang selanutnya dapat berkembang menjadi nanah, diikuti dengan pembentukan keropeng atau kerang (scab). Setelah infeksi pertama, HSV memiliki kemampuan yang unik untuk bermigrasi sampai pada saraf sensorik tepi menuju spinal ganglia dan berdormansi sampai diaktifasi kembali. Pengaktifan virus yang berdormansi tersebut dapat disebabkan penurunan daya tahan tubuh, stres, depresi, alergi pada makanan, demam, trauma pada mukosa genital, menstruasi, kurang tidur dan sinar ultraviolet.

ü  Jenis Tes : Tes Darah
ü  Terapi Herpes Simpleks
Terapi diberikan dalam bentuk krim, pil atau secara intrevena (infus). infeksi pada ibu hamil atau ibu menyusui, janin atau anaknya maka perlu resep dokter sendiri yang perlu ada tambahan obat bagi mereka.

v  Infeksi Primer
-          Acyckivir 3x400 mg dan Acyclovir 5x200 mg oral  (7-10 hari)
-          2x1 g oral (7-10 hari)
v  Infeksi berulang/kambuhan
-          Acyclovir 2x800 mg oral (5 hari)
-          Valacyclovir 2x500 mg oral (3 hari)
v  Terapi Supresi : yang sering kambuh (> 6x/tahun)
-          Acyclovir 400 mg oral 2 kali sehari (6 bln- 1 tahun)
-          Valacyclovir 500 mg oral sekali sehari (1 tahun)


3.      Sifilis atau raja singa
Penyebab dari sifilis adalah treponema pallidum, orde spirochaetaeas. yang diserang oleh penyakit ini adalah semua organ tubuh, sehingga cairan tubuh mengandung treponema pallidum. Stadium lanjut menyerang sistem pembuluh darah dan jantung, otak dan susunan saraf. Penjalaran menuju janin yang sedang berkembang dalam rahim dapat menimbulkan kelainan bawaan janin dan infeksi dini saat persalinan.
Masa inkubasinya cukup panjang sekitar 10-90 hari dan rata-rata 3 minggu. Timbul perlukaan di tempat infeksi masuk, terdapat infitrat (pemadatan karena serbuan sel darah putih) yang selanjutnya mengelupas dan menimbulkan perlukaan dengan ciri perlukaan dengan permukaan bersih, berwarna merah, kulit sekitarnya tidak terdapat tanda radang, membengkak, dan sebagiannya, tidak terasa nyeri, perlukaan mendatar dapat berubah menjadi ulkus karena dindingnya tegak lurus kedalam, ulkus ini tidak nyeri dan disebut ulkus durum. Penyakit infeksi dapat menyebar ke daerah kelenjar getah bening regional yang berbentuk soliter artinya tidak ada pelekatan tanpa rasa nyeri, dan pergerakannya bebas.

ü  Macam-macam sifilis
A.    Sifilis primer
Dalam banyak kasus, yang jelas salah satunya gejala sifilis primer adalah rasa sakit maag di sebut chancre yang muncul dalam waktu dua sampai enam minggu setelah seseorang menjadi terinfeksi dengan T. palidum. Biasanya, ulkus muncul pada penis, vulva, vagina atau anus. Hal ini juga dapat muncul pada leher rahim. Lidah, bibir dan bagian tubuh lainnya.
B.     Sifilis sekunder
Gejala yang paling umum adalah ruam lesi kecil mirip dengan penyakit cacar (biasanya cokelat kemerah-merahan), yang kelompok telah munculnya gatal-gatal yang tidak menghasilkan. Sementara mereka dapat muncul dimana pada tubuh, gejala sifilis sekunder adalah ruam pada telapak tangan dan telapak kaki.
C.    Sifilis laten
Sifilis laten (tersembunyi)di diagnose ketika seseoranng telah dihasilkan antibody terhadap bakteri tetapi tidak memiliki gejala infeksi. Sementara orang dengan sifilis laten secara umum tidak di anggap menular (yang berarti sangat tidak mungkin untuk mengirim bakteri padaorang lain).
Sifilis laten dapat di bagi menjadi laten awal atau laten lanjut, tergantung pada beberapa lama orang itu sudah terinfeksi. Orang dengan sifilis laten lanjut (orang-orang yang tidak tahu kapan infeksi yang di peroleh) untuk memerlukan perawatan lebih agresif di bandingkan dengan infeksi laten Dini (yang telah terinfeksi kurang dari satu tahun).
D.    Sifilis neurosifilis
Hal ini terjadi ketika T.pallidum menginfeksi otak atau sumsum tulang belakang (system saraf pusat). Infeksi dapat terjadi dalam setiap tahap sifilis bias menyebabkn kerusakan neurologis yang serius, termasuk kelumpuhan, hilang sensasi fisik, buta dan tuli bertahap. Neurosifilis bisa cukup berat sehingga menyebabkan cacat permanen atau kematian.

ü  Jenis Tes : Tes Darah
ü  Terapi Sifilis
-          Penisilin
Benzatin Benzilpenisilin G: 2,4 MIU IM single dose, injeksi 2 tempat
Procain Benzilpenisilin : 600.000 unit IM sekali sehari selama 10-14 hari
-          Azitromisin : 500 mg oral sekali sehari selama 10 hari
-          Cefriaxone : 1-2 g/hari IM/IV sekali sehari selama 8-10 hari
-          Doksisiklin : 200-300 mg/hari oral selama 10-14 hari
-          Tetrasiklin : 4x500 mg selama 14 hari

*      Kondiloma Akuminata (Kutil)
Kondiloma akuminatum (KA) adalah infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh Human papilloma virus (HPV) yang menyerang kulit alat kelamin. KA disebut juga kutil kelamin, penyakit jengger ayam atau brondong jagung. KA ditularkan melalui sentuhan langsung, misalnya trauma pada saat hubungan seksual. Kelainan ini sering ditemukan pada dewasa muda, terbanyak pada kelompok umur 17-33 tahun, dengan frekuensi yang seimbang antara pria dan wanita.
Masa inkubasi KA sulit dipastikan, rata-rata sekitar 3 bulan. Pada wanita, lesi KA sering timbul di liang vagina, labia mayor dan minor, serta sekitar anus. Pada pria, tempat yang sering terkena adalah glans penis (topi baja), batang penis, daerah rambut kemaluan dan di buah zakar. Gambaran klinis KA berupa bintil atau benjolan sewarna daging, dengan permukaan tidak rata/berbenjol-benjol.
ü  Jenis Tes : Pemeriksaan jaringan dan tes darah
ü  Terapi Kondiloma Akuminata
~        Obat-obatan:
-          Podofilox 0,5% solution atau gel 2xsehari (3hari) diikuti 4 hari bebas terapi
-          Imiquimod 5% cream
Sekali sehari sebelum tidur 3 kali seminggu selama 16 minggu, cuci dengan sabun 6-10 jam setelah diaplikasikan.
ü  Bedah
-          Cryosurgery
-          Laser eksisi
-          Local eksisi
-          Kauterisasi




*      Klamidia
Penyakit Klamidia tergolong dalam infeksi menular seksual (IMS) pada manusia yang disebabkan oleh bakteri Chlamidia trachomatis dapat ditularkan melalui hubungan seksual secara vaginal, anal, atau oral, dan dapat mengakibatkan bayi tertular dari ibunya selama masa persalinan. Antara setengah dan tiga perempat dari semua wanita yang mengidap Klamidia pada leher rahim (cervicitis) tidak memiliki gejala dan tidak tahu bahwa mereka terinfeksi.
Pada pria, infeksi terjadi pada saluran kencing (urethritis) gejalanya : keluarnya putih dari penis dengan atau tanpa rasa sakit pada kencing (dysuria) dan menyebabkan peradangan pada daerah pernyimpanan dan kantung sperma (epididymitis).
Gejala yang kadang muncul pada wanita yaitu rasa panas terbakar pada pinggul. Jika Tanpa perawatan, Klamidia dapat menyebabkan infeksi serius reproduksi dan masalah-masalah kesehatan lainnya dengan baik jangka pendek maupun jangka panjanglamydia trachomatis, dapat merusak alat reproduksi manusia dan penyakit mata.
ü  Jenis Tes : Pemeriksaan cairan atau lendir
ü  Terapi Klamidia
-          Azitromisin : 1 g oral single dose
-          Doksisiklin : 2x100 mg selama 7 hari
-          Amoksisilin : 3x500 mg oral selama 7 hari
-          Eritromisin : 4x500mg oral selama 7 hari
-          Clarithromisin: 2x250 mg oral selama 7 hari
-          Quinolone :
Levofloksasin : 1x500 mg oral selama 7 hari
Ofloksasin : 2x200 mg oral selama 7 hari




*      Ulkus Mole (Chancroid) Disebabkan oleh bakteri Hemophilus ducreyi.
Gejala-gejala yang mungkin ditimbulkan antara lain :
o   Luka lebih dari diameter 2 cm
o   Cekung, pinggirnya tidak teratur
o   Keluar nanah dan rasa nyeri
o   Biasanya hanya pada salah satu sisi alat kelamin
o   Sering (50%) disertai pembengkakan kelenjar getah bening di lipat paha berwarna kemerahan (bubo) yang bila pecah akan bernanah dan nyeri.
o   Komplikasi yang mungkin terjadi : kematian janin pada ibu hamil yang tertular, memudahkan penularan infeksi HIV.Tes laboratorium untuk mendeteksinya dengan pewarnaan Gram dan Biakan agar selama seminggu.


*      Hepatitis
Hepatitis diindikasi sebagai salah satu penyakit akibat infeksi virus DNA (hepatitis
B) atau RNA (hepatitis C) yang terjadi pada (organ) hati, yang menyebabkan perasangan
pada sel hati dengan segala akibatnya. Terdeteksi adanya hepatitis virus ABCDEF, namun
yang berkaitan dengan PMS adalah B dan C.
Memiliki masa inkubasi antara 45-160 hari dan mengenai pada seluruh usia. Gejala yang
muncul meliputi: lelah, kerongkongan terasa pahit, sakit kepala, diare, nafsu makan menurun,
otot pegal-pegal dan sakit perut, demam tinggi serta vomitus.

1.      Hepatitis C
Gejala biasanya baru muncul 10-15 tahun setelah terinfeksi. Gejala yang muncul antara
lain:lelah, mual, kehilangan nafsu makan,vomitus, sakit perut, otot terasa pegal, demam, diare dan sakit kuning.
~        Cara Penularan
Mediasi penularan hepatitis C yang utama adalah melalui pemakaian jarum suntik yang tidak disposible. Namun virus ini juga bisa ditularkan melalui hubungan seksual dengan proporsi yang lebih rendah (yakni dengan pemaparan antara darah wanita menstruasi yang melakukan hubungan seks dengan perlukaan akibat hepatitis pada pria pasangannya). Untuk mendeteksi, pemeriksaan anti-hepatitis C virus ditegakkan.
ü  Pemeriksaan darah sebagai pemeriksaan lab tambahan.
        Obat-obatan untuk penderita hepatitis C kronis saat ini telah tersedia, sayangnya terbukti tidak selalu efektif dan punta efek samping. Gejala terburuk adalah kerusakan hati yang serius. Menghidari pemaparan spesimen tubuh dan kontak langsung dengan penderita. Hidup sehat dan teratur sebagai alternatif bijak untuk menghindarinya.
2.      Hepatitis B
HbsAg+ berperan menyebarkan virus melalui cairan yang sudah terinfeksi, antara lain: air mani, darah, cairan vagina ataupun ludah masuk ke tubuh manusia melalui luka yang terbuka dan bagian tubuh yang memungkinkan untuk infeksi bakteri.

ü  Tes (diagnosa) HbsAg telah ditemukan hampir pada spesimen tubuh yang terinfeksi, yaitu: darah,  semen, saliva, air mata, ascites, ASI dan urine penderita.
ü  Terapi untuk penderita virus ini: asimptomatis, interferon.

Istirahat, menghindari stres, tidak melakukan aktivitas berat dan memenuhi kebutuhan nutrisi dan gizi yang seimbang. Selain itu kurangi dan hindari kebiasaan merokok dan alkoholik. Antibodi virus ini bersifat seumur hidup setelah penderita terjangkit, namun masih mungkin terinfeksi hepatitis C. Komplikasi sebagai penyebab utama hepatitis akut,kronik, serosis bahkan kanker hati.
ü  Pencegahan
Vaksin yang aman dan adekuat telah tersedia. Pemberiannya dilakukan 3 kali penyuntikan selama 6 bulan berturut-turut dan semuanya dilakukan di bahu. Hindari sebisa mungkin untuk tidak terpapar spesimen penderita.

*      HIV/AIDS
HIV ada singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus yang menyebabkan rusaknya atau melemahnya sistem kekebalan tubuh manusia.Virus HIV membutuhkan sel-sel kekebalan tubuh kita untuk berkembang biak. Acquired Immuno Deficiency Syndrom (AIDS) muncul setelah HIV menyerang sistem kekebalan tubuh kita selam lima hingga sepuluh tahun atau lebih. penyabab AIDS adalah lymphadenopaty associated virus (LAV),human T cell leucemia virus III (HTLV III), human T cell lymphotrophic virus. Berntuk virus ini selalu berubah-ubah sehingga sulit dibuat vaksin dan obat yang dapat menyembuhkan. HIV berkembang dari infeksi menjadi suatu penyakit yang mengancam jiwa manusia, yaitu Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), dalam 4 fase berikut :
Fase1:
Fase ini dimulai tepat setelah infeksi dan berlangsung selama beberapa minggu. Fase 1 ini ditandai dengan perasaan “tidak enak badan” seperti flu, meski pada 20% penderita terjadi flu yang parah. Tes HIV yang dilakukan pada fase ini mungkin menunjukkan bahwa anda tidak terinfeksi HIV.

Fase 2:
Fase ini adalah tahap yang terpanjang diantara keempat fase lainnya, bahkan dapat berlangsung hingga sepuluh tahun. Selama fase ini hampir tidak ada gejala serta penderita terlihat dan merasa sehat-sehat saja. Padahal sebenarnya, pada fase inilah virus sedang berkembang. Pelan-pelan HIV menghancurkan sel-sel CD4 dalam darah, yang berjumlah banyak sekali untuk melawan penyakit. Semakin sedikit sel CD4 yang anda miliki, sistem kekebalan tubuh anda semakin melemah dan anda akan semakin sulit untuk menghindari penyakit. Memang tubuh akan melawan dengan cara mengganti sel CD4 yang rusak atau hilang dengan yang baru sebanyak mungkin, tetapi selalu kalah cepat dibanding dengan pembiakan HIV dalam tubuh anda. Untuk membantu tubuh dalam memerangi HIV ini, para peneliti telah mengembangkan obat-obatan antivirus yang bisa dikonsumsi orang-orang dengan HIV.
Fase 3 :
Fase ini dimulai ketika sel CD4 dalam tubuh sudah dikuasai virus yang pada tahap ini sudah banyak sekalidalam darah. Ketika sistem kekebalan tubuh sudah gagal, penyakitpun mulai menyerang. Penyakit-penyakit ini adalah penyakit yang biasanya dapat dilawan sistem kekebalan tubh dengan mudah, ironisnya penyakit inilah yang mnguasai dan mengendalikan tubuh yang terinfeksi HIV dan gejala penyakitpun berkembang. Pada awalnya gejala-gejala ini ringan, misalnya : lelah, diare, infeksi jamur, demam, berat badan terus menurun, berkeringat pada malam hari, pembengkakan kelenjar limpa, infeksi pada sekitar area mulut, atau batuk yang terus-menerus. Tetapi seiring dengan semakin melemahnya sistem kekebalan, gejala-gejala ini semakin parah.
 Fase 4 :
Ketika gejala-gejala penyakit (seperti tuberculosis atau cancer) menjadi semakin parah, selanjutnya penderita didiagnosis menderita AIDS. Pada fase ini obat-obatan antivirus hanya bisa memperlambat perkembangan virus ini.



Cara penularannya terutama melalui hubungan seksual dan darah dengan memakai jarum suntik atau transfusi darah.  gejala yang dapat muncul adalah :
1.      membesarnya kelenjar getah bening
2.      Panas badan sekitar 38oC yang hilang timbul lebih dari 3 bulan, tampa diketahui sebabnya terutama malam hari.
3.      Berat badan menurun lebih dari 10%
4.      Napsu makan berkurang
5.      Dapat disertai diare (sering buang air bersar yang encer)


ü  jenis tes :
~        Tes darah Untuk mendeteksi virus HIV : Elisa dan western blood
~        Tes melalui spesimen saliva / ludah (Tes Oral)



D.    Resikol kesehatan yang dihadapi remaja
masa kanak-kanak ke dewasa dan relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial ,sehingga mereka harus menghadapi Masa remaja memang masa transisi  tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan. Kebutuhan dan jenis resiko kesehatan reproduksi yang dihadapi remaja mempunyai ciri yang berbeda dari anak-anak atau pun orang dewasa.
            Jenis risiko kesehatan reproduksi yang harus dihadapi remaja antara lain yaitu :
·         kehamilan
·         aborsi
·         penyakit menular seksual (PMS)
·         kekerasan seksual
·         serta masalah keterbatasan akses terhadap informasi dan pelayanan kesehatan

Risiko ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berhubungan, yaitu:
·         tuntutan untuk menikah muda dan hubungan seksual
·         akses terhadap pendidikan dan pekerjaan
·         ketidaksetaraan jender
·         kekerasan seksual
·         Dan pengaruh media massa maupun gaya hidup.
            Khusus bagi remaja putri, mereka kekurangan informasi dasar mengenai keterampilan menegosiasikan hubungan seksual dengan pasangannya. Mereka juga memiliki kesempatan yang lebih kecil untuk mendapatkan pendidikan formal dan pekerjaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi kemampuan pengambilan keputusan dan pemberdayaan mereka untuk menunda perkawinan dan kehamilan serta mencegah kehamilan yang tidak dikehendaki .                 
Remaja yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap dan tidak mendapatkan perlindungan dan kasih sayang orang tua, memiliki lebih banyak lagi faktor-faktor yang berkontribusi, seperti:
Ø  rasa kekhatiran dan ketakutan yang terus menerus
Ø  ancaman sesama remaja jalanan
Ø  pemerasan
Ø  penganiayaan serta tindak kekerasan lainnya
Ø  pelecehan seksual
Ø  dan perkosaan 
            Para remaja ini berisiko  terpengaruh lingkungan yang tidak sehat, termasuk penyalahgunaan obat, minuman beralkohol, tindakan kriminalitas, serta prostitusi.


E.     CARA PENULARAN IMS
Kita bisa terkena IMS melalui hubungan seks yang tidak aman, yang dimaksudkan dengan tidak aman adalah :
·         Hubungan seks lewat liang senggama tanpa kondom (zakar masuk ke vagina atau liang senggama).
·         Hubungan seks lewat dubur tanpa kondom (zakar masuk ke dubur)
·         Seks oral (zakar dimasukkan ke mulut tanpa zakar ditutupi kondom)

F.     YANG HARUS DI LAKUKAN JIKA TERKENA IMS
Kalau terkena IMS atau curiga terkena IMS :
Ø Cepat ke dokter, IMS harus diobati, tetapi jangan mengobati sendiri. Dokter saja perlu melakukan tes untuk memastikan IMS yang diderita pasiennya. Obat IMS juga berbeda-beda tergantung jenis IMS-nya. Cuma dokter yang tahu obat paling tepat untuk IMS yang diderita. Pergilah ke dokter, klinik, puskesmas atau rumah sakit. ikuti saran dokter atau petugas kesehatan dan habiskan semua obatnya meski sakit dan gejalanya sudah hilang. Ajak atau anjurkan semua pasangan seks yang Anda ketahui untuk juga berobat.
Ø Jangan melakukan hubungan seks selama dalam pengobatan IMS.
Ø Beberapa IMS meskipun diobati, tidak bisa disembuhkan dan sifatnya kumat-kumatan. Herpes misalnya, akan kumat pada waktu-waktu tertentu
Ø Tes IMS tidak selalu dilakukan kecuali kalau perlu. Biasanya dokter memeriksa berdasarkan tanda-tanda atau gejala-gejala yang kita rasakan. Jawablah semua pertanyaan dokter dengan jujur supaya ia dapat memberikan obat yang tepat.


G.    CARA MENCEGAH IMS
Pencegahan Penularan lewat seks :
ü Absen dari seks atau tidak berhubungan seks sama sekali sehingga tidak ada cairan kelamin yang masuk kedalam tubuh. Ini sama dengan pantang seks atau puasa seks saat jauh dari pasangan.
ü Berlaku saling setia atau berhubungan hanya dengan seorang yang di pastikan hanya berhubungan seks dengan kita saja kalau sudah menikah atau kita tidak bisa berpantang sek.
ü Cegah infeksi degan menggunakan kondom sewaktu berhubungan seks. Bila kita dapat memastikan kesetiaan pasangan kita atau tidak tau apakan dia pernah menerima transfusi darah, tato, suntikan, dengan jarum yang tidak steril. Juga bila kita tidak bisa setia kepada pasangan kita gunakan kondom untuk berhubungan seks baik lewat liang senggama, lewat mulut atau lubang dubur.

Pencegahan Penularan Cara lainnya :
ü  Mencegah masuknya transfusi darah tambahan yang belum diperiksa kebersihannya dari IMS ke dalam tubuh kita.
ü  Berhati-hati waktu menangani segala hal yang tercemar oleh darah segar.
ü  Mencegah pemakaian alat-alat tembus kulit yang tidak suci hama atau tidak steril terhadap diri kita. Misalnya Jarum suntik, alat tato, alat tindik dan sejenisnya yang bekas dipakai orang lain. Jarum suntik yang abru biasanya masih dalam plastik dan dibuka dihadapan kita.




H.    PERAN BIDAN DALAM MENGATASI IMS
Sebagai seorang bidan dalam hal ini dapat mengambil perannya sebagai pelaksana yaitu :
ü  memberikan penyuluhan kepada remaja atau orang dewasa tentang seks, sebelum terjadi penularan IMS melalui hubungan seksual, betapa bahayanya jika melakukan hubungan seks bebas seperti berganti-ganti pasangan seks, melakukan hubungan seks lewat dubur (anal), oral seks.
ü  Pada seseorang yang telah terkena IMS, bidan disini memberikan konseling memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya tentang IMS, Seseorang yang terkena IMS di anjurkan untuk tidak berhubungan seks untuk menghindari tertularnya kepada patner seksnya, Jika melakukan hubungan seks sebaiknya menggunakan kondom, IMS yang masi dapat disembuhkan sebaiknya penderita di anjurkn untuk melakukan pengobatan yang rutin.

















BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN

IMS (Infeksi Menular Seksual) merupakan salah satu penyakit yang mudah ditularkan melalui hubungan seksual, dengan ciri khas adanya penyebab dan kelainan yang terjadi terutama di daerah genital. IMS sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di negara berkembang.
Penyakit yang termasuk dalam kelompok IMS di antaranya Gonore (kencing nanah) dan Kondiloma Akuminata (KA). Prilaku seksual berupa bergonta-ganti pasangan seksual akan meningkatkan penularan penyakit, Kelompok berisiko tinggi terkena infeksi menular seksual yaitu PSK (Pekerja Seks Komersial). Angka penyakit IMS di kalangan PSK (Pekerja Seks Komersial) tiap tahunnya menunjukkan peningkatan. Saat ini diperkirakan 80%-90% PSK terinfeksi IMS seperti : Neisseria gonorrhoeae, Herpes simplex vinio tipe 2 dan clamidia. Pekerja seks memerlukan skrining secara rutin untuk IMS seperti penggunaan kondom tidak sepenuhnya protektif.

B.      SARAN
Sebagai saran dari penulis semoga setelah membaca makalah ini kita semua dapat mengerti tentang apa yang dimaksud dengan IMS ( Infeksi Menular Seksual ), dan dapat melakukan berbagai tindak pencegahan, karna ini merupakan kewajiban kita semua untuk mengurangi tingkat kejadian pada penyakit mematikan tersebut. Menghindari tindakan seks bebas, meberikan pengetahuan pada seluru remaja agar menghindari tidakan yang tidak bermoral tersebut karna dapat merusak masa depan mereka  dan dapat menjadi penyesalah seumur hidup.