Minggu, 01 April 2012
klimakterium dan menopause
KLIMAKTERIUN DAN MENOPAUSE
1. KLIMAKTERIUM
Klimakterium adalah masa yang bermula dari akhir tahap reproduksi, berakhir pada awal senium dan terjadi pada wanita umur 40-65 tahun. Masa ini ditandai dengan berbagai macam keluhan. Klimakterium bukan suatu keadaan patologis, melainkan suatu masa peralihan yang normal yang berlangsung beberapa tahun sebelum dan sesudah menapouse. Hal ini disebabkan oleh karena ovarium menjadi tua, sehingga hormon estrogen menurun dan hormon gonadotropin meningkat (Sarwono, 1999).
Klimakterium suatu masa peralihan antara tahun-tahun reproduktif akhir dan berakhir pada awal masa senium. Sekitar umur 40-65 tahun (Purwoastutik, 2008).
Klimakterium masa peralihan yang dilalui seorang wanita dari periode reproduktif ke periode non reproduktif usia 45-50 tahun (Dini, 2002).
Dari beberapa pengertian dari klimakterium dapat disimpulkan bahwa klimakterium adalah masa peralihan dari masa reproduktif menuju ke masa non reproduktif
2. MENOPAUSE
Menopause adalah berhentinya secara fisiologis siklus menstruasi yang berkaitan dengan tingkat lanjut usia perempuan. Seorang wanita yang mengalami menopause alamiah sama sekali tidak dapat mengetahui apakah saat menstruasi tertentu benar-benar merupakan menstruasinya yang terakhir sampai satu tahun berlalu.
Ketika menopause sudah mendekat, siklus dapat terjadi dalam waktu-waktu yang tidak menentu dan bukan hal yang aneh jika menstruasi tidak datang selama beberapa bulan. Pada usia empat puluh tahun, beberapa perubahan hormon yang dikaitkan dengan pra-menopause mulai terjadi.
Penelitian telah membuktikan, misalnya, bahwa pada usia empat puluh tahun banyak wanita telah mengalami perubahan-perubahan dalam kepadatan tulang dan pada usia empat puluh empat tahun banyak yang menstruasinya menjadi lebih sedikit atau lebih pendek waktunya dibanding biasanya, atau malah lebih banyak dan/atau lebih lama.
Sekitar 80% wanita mulai tidak teratur siklus menstruasinya. Kenyataannya, hanya sekitar 10% wanita berhenti menstruasi sama sekali tanpa disertai ketidakteraturan siklus yang berkepanjangan sebelumnya. Dalam suatu kajian yang melibatkan lebih dari 2.700 wanita, kebanyakan di antara mereka mengalami transisi pra-menopause yang berlangsung antara dua hingga delapan tahun. Kecuali jika seseorang mengalami menopause secara tiba-tiba akibat operasi atau perawatan medis, pra-menopase dapat dianggap sebagai akhir dari suatu proses yang awalnya dimulai ketika seorang perempuan pertama kali mengalami menstruasi.
Periode menstruasi pertama itu biasanya diikuti dengan lima atau tujuh tahun siklus yang relatif panjang, tidak teratur dan sering tidak disertai pembentukan sel telur. Akhirnya pada akhir usia belasan atau awal dua puluhan, lamanya siklus menjadi lebih pendek dan lebih teratur ketika wanita mencapai usia subur puncak, yang berlangsung selama kira-kira dua puluh tahun.
Pada usia empat puluhan, siklus mulai memanjang lagi. Meskipun kebanyakan orang cenderung percaya bahwa dua puluh delapan hari merupakan panjang siklus yang normal, penelitian telah membuktikan bahwa hanya 12,4% wanita benar-benar mempunyai siklus dua puluh delapan hari dan 20% dari semua wanita mengalami siklus tidak teratur.
Dua hingga delapan tahun sebelum menopause, kebanyakan wanita menjadi tak teratur ovulasinya. Selama tahun-tahun tersebut, folikel indung telur (kantung indung telur), yang mematangkan telur setiap bulan, akan mengalami tingkat kerusakan yang semakin cepat hingga pasokan folikel itu akhirnya habis. Penelitian menunjukkan bahwa percepatan rusaknya folikel ini dimulai sekitar usia tiga puluh tujuh atau tiga puluh delapan. Inhibin, zat yang dihasilkan dalam indung telur, juga semakin berkurang sehingga mengakibatkan meningkatnya kadar FSH (Follicle Stimulating Hormone - hormon perangsang folikel yang dihasilkan hipofise).
Bertolak belakang dengan keyakinan umum, kadar estrogen perempuan sering relatif stabil atau bahkan meningkat di masa pra-menopause. Kadar itu tidak bekurang selama kurang dari satu tahun sebelum periode menstruasi terakhir. Sebelum menopause, estrogen utama yang dihasilkan tubuh seorang wanita adalah estradiol. Namun selama pra-menopause, tubuh wanita mulai menghasilkan lebih banyak estrogen dari jenis yang berbeda, yang dinamakan estron yang dihasilkan di dalam indung telur maupun dalam lemak tubuh.
Kadar testoteron biasanya tidak turun secara nyata selama pra-menopause. Kenyataannya, indung telur pasca-menopause dari kebanyakan wanita (tetapi tidak semua wanita) mengeluarkan testoteron lebih banyak daripada indung telur pra-menopause. Sebaliknya, kadar progesteron benar-benar mulai menurun selama pra-menopause, bahkan jauh sebelum terjadinya perubahan-perubahan pada estrogen atau testoteron dan ini merupakan hal yang paling penting bagi kebanyakan wanita.
Meskipun reproduksi tidak lagi merupakan tujuan, hormon-hormon reproduksi tetap memegang peran yang penting, yaitu peran-peran yang dapat meningkatkan kesehatan dan tidak ada kaitannya dengan melahirkan bayi. Hal ini dapat dilihat dalam kenyataan bahwa reseptor hormon steroid terdapat dalam hampir semua organ tubuh perempuan. Estrogen dan androgen (seperti halnya testoteron) adalah penting, misalnya untuk mempertahankan tulang yang kuat dan sehat serta jaringan vagina dan saluran kencing yang lentur. Baik estrogen maupun progesteron sama-sama penting untuk mempertahankan lapisan kolagen yang sehat pada kulit.
A. Definisi Menopause
Kata menopause berasal dari dua kata Yunani yang berarti "bulan" dan "penghentian sementara" yang secara linguistik lebih tepat disebut "menocease". Secara medis istilah menopause mengandung arti berhentinya masa menstruasi, bukan istirahat. Menopause merupakan haid terakhir atau saat terjadinya haid terakhir, dengan diagnosis dibuat setelah amenorhea sekurang-kurangnya satu tahun, didahului oleh siklus haid yang lebih panjang.
Menopause adalah suatu masa peralihan dalam kehidupan manusia, dimana:
1. ovarium (indung telur) berhenti menghasilkan telur
2. aktivitas menstruasi berkurang dan akhirnya berhenti
3. pembentukan hormon wanita (estrogen dan progesteron) berkurang
Menopause sebenarnya terjadi pada akhir siklus menstruasi yang terakhir. Tetapi kepastiannya baru diperoleh jika seorang wanita sudah tidak mengalami siklusnya selama minimal 12 bulan. Menopause rata-rata terjadi pada usia 50 tahun. Tetapi bisa terjadi secara normal pada wanita yang berusia 40 tahun. Biasanya ketika mendekati masa menopause, lama dan banyaknya darah yang keluar pada siklus menstruasi cenderung bervariasi, tidak seperti biasanya. Pada beberapa wanita, aktivitas menstruasi berhenti secara tiba-tiba, tetapi biasanya berhenti secara bertahap (baik jumlah maupun lamanya) dan jarak antara 2 siklus menjadi lebih dekat atau lebih jarang. Ketidakteraturan ini terjadi selama 2-3 tahun sebelum akhirnya siklusnya berhenti.
Pengertian menopause menurut para ahli, diantaranya:
1. Pengertian menopause. Menurut Kartono (1992), bahwa “men” berarti
bulan, “pause, pausa, pausis, paudo” berarti periode atau tanda berhenti, hilangnya
menopause diartikan sebagai berhentinya secara definitif menstruasi.
2. Mappiare (1983), mengemukakan menopause sebagai akibat adanya
perubahan fisik dan psikis yang ditandai dengan berhentinya produksi sel telur
dan hilangnya kemampuan untuk melahirkan anak yang juga ditandai berhentinya
menstruasi.
3. Ibrahim (2002) mengemukakan Wanita akan mengalami menopause ditandai dengan berhentinya sirkulasi haid dan juga diikuti dengan melemahnya organ produksi dan muncul
gejala penuaan dibeberapa bagian tubuh.
4. Pakasi (1996), menjelaskan definisi menopause bukan hanya dari segi fisik
yaitu berhentinya menstruasi, tetapi dari segi usia yaitu dimulai pada akhir masa
menopause dan berakhir pada awal lanjut usia (senium) yaitu sekitar 40-65 tahun.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan menopause adalah suatu fase
dari kehidupan wanita yang ditandai dengan berhentinya menstruasi, berhentinya
produksi sel telur, hilangnya kemampuan melahirkan anak, dan membawa
perubahan dan kemunduran baik secara fisik maupun psikis.
B. Patofisiologi Menopause
Sebelum seorang wanita mengalami menopause, telah terjadi perubahan anatomis pada ovarium berupa sclerosis vaskuler, pengurangan jumlah folikel primordial, serta penurunan aktivitas sintesa hormon steroid. Penurunan hormon estrogen akan berlangsung dimulai pada awal masa klimakterium dan makin menurun pada menopause, serta mencapai kadar terendah pada saat pascamenopause.
Penurunan ini menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik negative terhadap hypothalamus, yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan produksi gonadotropin sehingga membuat pola hormonal wanita klimakterium menjadi hipergonadotropin, hipogonadisme. Dengan menurunnya kadar estrogen di dalam tubuh maka fungsi fisiologis hormon tersebut akan menjadi terganggu. Perubahan fisiologik sindroma kekurangan estrogen akan menampilkan gambaran klinis berupa gangguan neurovegetatif, gangguan palkis, gangguan somatic, dan gangguan siklus haid.
Tahap-Tahap Menopause
Ada beberapa macam tahap menopause, diantaranya:
1. Premenopause adalah masa sebelum menopause yang dapat ditandai dengan timbulnya keluhan-keluhan klimakterium dan periode pendarahan uterus yang bersifat tidak teratur. Dimulai sekitar usia 40 tahun. Pendarahan terjadi karena menurunnya kadar estrogen, insufisiensi korpus luteum dan kegagalan proses ovulasi. Sehingga bentuk kelainan haid dapat bermanifestasi seperti amenorrhoe, polimenorrhoe, serta hipermenorrhoe.
2. Perimenopause adalah masa menjelang dan selah menopause sekitar 50 tahun. Keluhan sistematik berkaitan dengan vasomotor. Keluhan yang sering dijumpai adalah berupa gejolak panas (hot flushes), berkeringat banyak, insomnia, depresi, serta perasaan mudah tersinggung.
3. Pascamenopause adalah masa yang berlangsung kurang lebih 3-5 tahun setelah menopause. Keluhan lokal pada sistem urogenital bagian bawah, atrofi vulva dan vagina menimbulkan berkurangny produksi lender / timbulnya nyeri senggama.
Penyebab Menopause
Menopause terjadi sejalan dengan pertambahan usia, ovarium menjadi kurang tanggap terhadap rangsangan LH ( luteineizing hormone) dan FSH (folikel stimulating hormone), yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa. Akibatnya ovarium melepasakan lebih sedikit estrogen dan progesterone dan pada akhirnya proses ovulasi (pelepasan sel telur) berhenti.
Ada dua macam menopause, antara lain :
1. Menopause dini
Adalah menopause yang terjadi sebelum usia 40 tahun. Kemungkinan penyebabnya adalah factor keturunan , penyakit autoimun, dan rokok.
2. Menopause buatan
Adalah menopause yang terjadi akibat campur tangan medis yang menyebabkan berkurangnya atau berhentinya pelepasan hormone oleh ovarium. Campur tangan ini bisa berupa pembedahan untuk mengangkat ovarium serta kemotrapi atau penyiaran pada panggul untuk mengibati kanker .
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Menopause
Banyak faktor yang mempengaruhi menopause antara lain :
1. Usia pertama haid
2. Diabetes militus
3. Perokok berat dan minum alkohol
4. Kurang gizi
5. Wanita vegetarian
6. Sosial ekonomi
Gejala Menopause
1. Fisik
Ketika seseorang memasuki masa menopause, fisik mengalami ketidaknyamanan seperti rasa kaku dan linu yang dapat terjadi secara tiba-tiba di sekujur tubuh, misalnya pada kepala, leher dan
dada bagian atas. Kadang-kadang rasa kaku ini dapat diikuti dengan rasa panas atau dingin, pening, kelelahan, jengkel, resah, cepat marah, dan berdebar-debar (Hurlock, 1992). Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu:
a. Ketidakteraturan Siklus Haid
Tanda paling umum adalah fluktuasi dalam siklus haid, kadang kala haid muncul tepat waktu, tetapi tidak pada siklus berikutnya. Ketidakteraturan ini sering disertai dengan jumlah darah yang sangat banyak, tidak seperti volume pendarahan haid yang normal. Keadaan ini sering mengesalkan wanita karena ia harus beberapa kali mengganti pembalut yang dipakainya. Normalnya haid akan berakhir setelah tiga sampai empat hari, namun pada keadaan ini haid baru dapat berakhir setelah satu minggu atau lebih.
b. Gejolak Rasa Panas
Arus panas biasanya timbul pada saat darah haid mulai berkurang dan berlangsung sampai haid benar-benar berhenti. Sheldon H.C (dalam Rosetta Reitz, 1979) mengatakan " kira-kira 60% wanita mengalami arus panas". Arus panas ini disertai oleh rasa menggelitik disekitar jari-jari, kaki maupun tangan serta pada kepala, atau bahkan timbul secara menyeluruh. Munculnya hot flashes ini sering diawali pada daerah dada, leher atau wajah dan menjalar ke beberapa daerah tubuh yang lain. Hal ini berlangsung selama dua sampai tiga menit yang disertai pula oleh keringat yang banyak. Ketika terjadi pada malam hari, keringat ini dapat menggangu tidur dan bila hal ini sering terjadi akan menimbulkan rasa letih yang serius bahkan menjadi depresi.
b. Kekeringan Vagina
Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali mensekresikan lendir. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering dan kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut, Liang senggama kering sehingga menimbulkan nyeri pada saat senggama, keputihan, rasa sakit pada saat kencing. Keadaan inI membuat hubungan seksual akan terasa sakit dan sering kali menimbulkan keluhan pada wanita bahwa frekuensi buang air kecilnya meningkat dan tidak dapat menahan kencing terutama pada saat batuk, bersin, tertawa atau orgasme.
d. Perubahan Kulit
Estrogen berperan dalam menjaga elastisitas kulit, ketika menstruasi berhenti maka kulit akan terasa lebih tipis, kurang elastis terutama pada daerah sekitar wajah, leher dan lengan. Kulit di bagian bawah mata menjadi mengembung seperti kantong, dan lingkaran hitam dibagian ini menjadi lebih permanen dan jelas (Hurlock, 1992)
e. Keringat di Malam Hari
Berkeringat malam hari, bangun bersimbah peluh. Sehingga perlu mengganti pakaian dimalam hari. Berkeringat malam hari tidak saja menggangu tidur melainkan juga teman atau pasangan tidur. Akibatnya diantara keduanya merasa lelah dan lebih mudah tersinggung, karena tidak dapat tidur nyenyak.
f. Sulit Tidur
Insomnia (sulit tidur) lazim terjadi pada waktu menopause, tetapi hal ini mungkin ada kaitannya dengan rasa tegang akibat berkeringat malam hari, wajah memerah dan perubahan yang lain.
g. Perubahan Pada Mulut
Pada saat ini kemampuan mengecap pada wanita berubah menjadi kurang peka, sementara yang lain mengalami gangguan gusi dan gigi menjadi lebih mudah tanggal.
h. Kerapuhan Tulang
Rendahnya kadar estrogen merupakan penyebab proses osteoporosis (kerapuhan tulang). Osteoporosis merupakan penyakit kerangka yang paling umum dan merupakan persoalan bagi yang telah berumur, paling banyak menyerang wanita yang telah menopause. Biasanya kita kehilangan 1% tulang dalam setahun akibat proses penuaan (mungkin ini yang menyebabkan nyeri persendian), tetapi kadang setelah menopause kita kehilangan 2% setahunnya. John Hutton (1984:35) memperkirakan sekitar 25% wanita kehilangan tulang lebih cepat daripada proses menua. Menurunnya kadar estrogen akan diikuti dengan penurunan penyerapan kalsium yang terdapat dalam makanan. Kekurangan kalsium ini oleh tubuh diatasi dengan menyerap kembali kalsium yang terdapat dalam tulang, dan akibatnya tulang menjadi keropos dan rapuh.
i. Badan Menjadi Gemuk
Banyak wanita yang menjadi gemuk selama menopause. Rasa letih yang biasanya dialami pada masa menopause, diperburuk dengan perilaku makan yang sembarangan. Banyak wanita yang bertambah berat badannya pada masa menopause, hal ini disebabkan oleh faktor makanan ditambah lagi karena kurang berolahraga.
j. Penyakit
Ada beberapa penyakit yang seringkali dialami oleh wanita menopause. Dari sudut pandang medik ada 2 (dua) perubahan paling penting yang terjadi pada waktu menopause yaitu meningkatnya kemungkinan terjadi penyakit jantung, pembuluh darah serta hilangnya mineral dan protein di dalam tulang (osteoporosis).
Penyakit jantung dan pembuluh darah dapat menimbulkan gangguan seperti stroke atau serangan jantung. Selain itu penyakit kanker juga lebih sering terjadi pada orang yang berusia lanjut. Semakin lama kehidupan maka semakin besar kemungkinan penyakit itu menyerang. Misalnya kanker payudara, kanker rahim dan kanker ovarium. Kanker payudara lebih umum terjadi pada wanita yang telah melampaui masa menopause.
Kanker rahim adalah istilah luas untuk kanker yang terjadi di rahim, ada dua bagian rahim yang dapat menjadi tempat bermulanya kanker. Yang pertama adalah serviks, kanker ini terutama berjangkit pada wanita berusia diatas 30 tahun. Gejala yang harus diperhatikan adalah pendarahan vagina setelah persetubuhan, pergetahan vagina yang tidak biasa dan noda diantara haid.
Sementara kanker indometrium (kanker tubuh rahim) terutama menjangkiti wanita diatas usia 45 tahun, yang paling menanggung resiko adalah yang pernah mendapat haid agak lambat, dan yang mempunyai kombinasi antara tekanan darah tinggi, diabetes, dan berat tubuh berlebih. Gejalanya adalah pendarahan tak normal, pendarahan antara haid, keluaran darah yang lebih lama atau lebih kental dibandingkan biasanya, dan pendarahan haid terakhir dalam menopause.
1. Psikologis
Aspek psikologis yang terjadi pada lansia atau wanita menopause amat penting peranan dalam kehidupan sosial lansia terutama dalam menghadapi masalah-masalah yang berkaitan dengan pensiun; hilangnya jabatan atau pekerjaan yang sebelumnya sangat menjadi kebanggaan sang lansia tersebut. Berbicara tentang aspek psikologis lansia dalam pendekatan eklektik holistik, sebenarnya tidak dapat dipisahkan antara aspek organ-biologis, psikologis, sosial, budaya dan spiritual dalam kehidupan lansia.
Beberapa gejala psikologis yang menonjol ketika menopause adalah mudah tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar, tegang (tension), cemas dan depresi. Ada juga lansia yang kehilangan harga diri karena menurunnya daya tarik fisik dan seksual, mereka merasa tidak dibutuhkan oleh suami dan anak-anak mereka, serta merasa kehilangan femininitas karena fungsi reproduksi yang hilang. Beberapa keluhan psikologis yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu:
a. Ingatan Menurun
Gelaja ini terlihat bahwa sebelum menopause wanita dapat mengingat dengan mudah, namun sesudah mengalami menopause terjadi kemunduran dalam mengingat, bahkan sering lupa pada hal-hal yang sederhana, padahal sebelumnya secara otomatis langsung ingat.
b. Kecemasan
Banyak ibu-ibu yang mengeluh bahwa setelah menopause dan lansia merasa menjadi pencemas. Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan. Misalnya kalau dulu biasa pergi sendirian ke luar kota sendiri, namun sekarang merasa cemas dan khawatir, hal itu sering juga diperkuat oleh larangan dari ana-anaknya. Kecemasan pada Ibu-ibu lansia yang telah menopause umumnya bersifat relatif, artinya ada orang yang cemas dan dapat tenang kembali, setelah mendapatkan semangat/dukungan dari ornag di sekitarnya; namun ada juga yang terus-menerus cemas, meskipun orang-orang disekitarnya telah memberi dukungan.
Akan tetapi banyak juga ibu-ibu yang mengalami menopause namun tidak mengalami perubahan yang berarti dalam kehidupannya. Menopause rupanya mirip atau sama juga dengan masa pubertas yang dialami seorang remaja sebagai awal berfungsinya alat-alat reproduksi, dimana ada remaja yang cemas, ada yang khawatir namun ada juga yang biasa-biasa sehingga tidak menimbulkan gejolak.
Adapun simtom-simtom psikologis adanya kecemasan bila ditinjau dari beberapa aspek, menurut Blackburn and Davidson (1990 :9) adalah sebagai berikut :
1. Suasana hati yaitu keadaan yang menunjukkan ketidaktenangan psikis, seperti: mudah marah, perasaan sangat tegang.
2. Pikiran yaitu keadaan pikiran yang tidak menentu, seperti: khawatir, sukar konsentrasi, pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman, memandang diri sebagai sangat sensitif, merasa tidak berdaya.
3. Motivasi yaitu dorongan untuk mencapai sesuatu, seperti : menghindari situasi, ketergantungan yang tinggi, ingin melarikan diri, lari dari kenyataan.
4. Perilaku gelisah yaitu keadaan diri yang tidak terkendali seperti : gugup, kewaspadaan yang berlebihan, sangat sensitif dan agitasi.
5. Reaksi-reaksi biologis yang tidak terkendali, seperti : berkeringat, gemetar, pusing, berdebar-debar, mual, mulut kering.
Gangguan kecemasan dianggap berasal dari suatu mekanisme pertahanann diri yang dipilih secara alamiah oleh makhluk hidup bila menghadapi sesuatu yang mengancam dan berbahaya. Kecemasan yang dialami dalam situasi semacam itu memberi isyarat kepada makhluk hidup agar melakukan tindakan mempertahankan diri untuk menghindari atau mengurangi bahaya atau ancaman.
Cemas pada tingkat tertentu dapat dianggap sebagai bagian dari respon normal untuk mengatasi masalah sehari-hari. Bagaimana juga, bila kecemasan ini berlebihan dan tidak sebanding dengan suatu situasi, hal itu dianggap sebagai hambatan dan dikenal sebagai masalah klinis.
c. Mudah Tersinggung
Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan kecemasan. Wanita lebih mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang sebelumnya dianggap tidak menggangu. Ini mungkin disebabkan dengan datangnya menopause maka wanita menjadi sangat menyadari proses mana yang sedang berlangsung dalam dirinya. Perasaannya menjadi sangat sensitif terhadap sikap dan perilaku orang-orang di sekitarnya, terutama jika sikap dan perilaku tersebut dipersepsikan sebagai menyinggung proses penerimaan yang sedang terjadi dalam dirinya.
d. Stress
Tidak ada orang yang bisa lepas sama sekali dari rasa was-was dan cemas, termasuk para lansia menopause. Ketegangan perasaan atau stress selalu beredar dalam lingkungan pekerjaan, pergaulan sosial, kehidupan rumah tangga dan bahkan menyelusup ke dalam tidur. Kalau tidak ditanggulangi stress dapat menyita energi, mengurangi produktivitas kerja dan menurunkan kekebalan terhadap penyakit, artinya kalau dibiarkan dapat menggerogoti tubuh secara diam-diam.
Namun demikian stress tidak hanya memberikan dampak negatif, tapi bisa juga memberikan dampak positif. Apakah kemudian dampak itu positif atau negatif, tergantung pada bagaimana individu memandang dan mengendalikannya. Stress adalah suatu keadaan atau tantangan yang kapasitasnya diluar kemampuan seseorang oleh karena itu, stress sangat individual sifatnya.
Respon orang terhadap sumber stress sangat beragam, suatu rentang waktu bisa tiba-tiba jadi pencetus stress yang temporer. Stress dapat juga bersifat kronis misalnya konflik keluarga. Reaksi kita terhadap pencetus stress dapat digolongkan dalam dua kategori psikologis dan fisiologis.
Di tingkat psikologis, respon orang terhadap sumber stress tidak bisa diramalkan, sebagaimana perbedaan suasana hati dan emosi kita dapat menimbulkan beragam reaksi, mulai dari hanya ekspresi marah sampai akhirnya ke hal-hal lain yang lebih sulit untuk dikendalikan. Di tingkat psikologis, respon orang terhadap sumber stress ini tergantung pada beberapa faktor, termasuk keadaan emosi pada saat itu dan sikap orang itu dalam menanggapi stress tersebut.
e. Depresi
Dari penelitian-penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan Eropa diperkirakan 9% s/d 26% wanita dan 5% s/d 12% pria pernah menderita penyakit depresi yang gawat di dalam kehidupan mereka. Setiap saat, diperkirakan bahwa 4,5% s/d 9,3% wanita dan 2,3% s/d 3,2% pria akan menderita karena gangguan ini. Dengan demikian secara kasar dapat dikatakan bahwa wanita dua kali lebih besar kemungkinan akan menderita depresi daripada pria.
Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih, karena kehilangan kemampuan untuk bereproduksi, sedih karena kehilangan kesempatan untuk memiliki anak, sedih karena kehilangan daya tarik. Wanita merasa tertekan karena kehilangan seluruh perannya sebagai wanita dan harus menghadapi masa tuanya.
Depresi dapat menyerang wanita untuk satu kali, kadang-kadang depresi merupakan respon terhadap perubahan sosial dan fisik yang sering kali dialami dalam fase kehidupan tertentu, akan tetapi beberapa wanita mungkin mengembangkan rasa depresi yang dalam yang tidak sesuai atau proporsional dengan lingkungan pribadi mereka dan mungkin sulit dihindarkan.
Tanggapan Wanita Terhadap Menopause
1. Reaksi pasif
Pasrah atau menerima keadan ini dengan baik
2. Reaksi neurosis
Reaksi yang ditimbulkan oleh penolakan datangnya masa ini dan ditandai dengan timbulnya keluhan – keluhan seperti rasa cemas, tertekan, serta mudah tersinggung.
3. Reaksi hiperaktif
Reaksi penolakan dengan seolah-olah mengabaikan datangnya masa ini, dengan cara meningkatkan perhatian pada pekrjaan dan hobi serta tidak setuju pada keluhan – keluhan wanita lain.
4. Reaksi adekuat
Reaksi wajar yang diberikan wanita yang memasulki masa ini dan dialami oleh sebagian besar wanita.
C. Penanganan
Tidak semua wanita pasca menopause perlu menjalani Terapi Sulih Hormon (TSH). Setiap wanita seharusnya mendiskusikan resiko dan keuntungan yang diperoleh dari TSH dengan dokter pribadinya. Banyak ahli yang menganjurkan TSH dengan tujuan untuk :
a) Mengurangi gejala menopause yang tidak diinginkan.
b) Membantu mengurangi kekeringan pada vagina.
c) Mencegah terjadinya osteoporosis.
Estrogen tersedia dalam bentuk alami dan sintesis (dibuat di laboraturium). Estrogen sintesis ratusan kali lebih kuat dibanding estrogen alami, sehingga tidak secara rutin diberikan kepada wanita menopause. Untuk mencegah hot flushes dan osteoporosis hanya diperlukan estrogen alami dalam dosis yang rendah. Dosis tinggi cenderung menimbulkan masalah, diantaranya sakit kepala migren. Krim estrogen bisa dioleskan pada vagina (sehingga mengurangi resiko terjadinya infeksi saluran kemih dan beser). Dan untuk mengurangi nyeri pada ketika melakukan hubungan seksual.
Biasanya terapi sulih hormon tidak diberikan kepada wanita yang menderita:
1. Atau pernah menderita kanker payudara atau kanker endometrium stadium lanjut
2. Pendarahan kelamin dengan penyebab yang tidak pasti.
3. Penyakit hati akut
4. Penyakit pembekuan darah
5. Porfiria intermiten akut
Kepada wanita tersebut biasanya diberikan obat anti cemas, progesteron, atau klonidin untuk mengurangi hot flushes. Untuk mengurangi depresi, kecemasan mudah tersinggung dan susah tidur bisa diberikan anti-depresi.
Cara-Cara yang Di lakukan Untuk Menyiasati Datangnya Menopause
1. Mengkonsumsi makanan bergizi
2. Menghindari stres
3. Olah raga secara teratur
4. Menghentikan merokok dan minuman beralkohol
5. Berkonsultasi dengan dokter
D. Tata Laksana dan Peran Sebagai Bidan
Adapun cara untuk mengatasi gangguan psikologis yang berhubungan dengan depresi menstrual yaitu:
1. Dukungan informative
a. Memberikan nasihat agar wanita tersebut mau dan bisa menerima status quo (keadaan dirinya pada saat ini) dan diharapkan dapat memahami apa yang sedang terjadi pada dirinya
b. Memberikan nasihat untuk mencari tahu lebih banyak tentang hal yang dihadapi melalui media cetak,elektronik,dan lain-lain
c. Memberikan contoh-contoh pengalaman positif tentang wanita menopause
2. Dukungan emosional
a. Mempunyai perasaan empati terhadap hal yang dialami oleh wanita menopause
b. Memberikan perhatian dan kepedulian kepada wanita tersebut
c. Menciptakan lingkungan keluarga yang nyaman, tenang, harmonis,dan saling pengertian
3. Dukungan penghargaan
a. Memberikan penghormatan (rasa hormat) kepada wanita tersebut sehingga wanita tersebut merasa dihargai
b. Memberikan dorongan kepada wanita tersebut sehingga wanita tersebut bisa percaya diri
4. Dukungan instrumental
a. Memberikan bantuan tenaga terhadap apa yang dibutuhkan oleh wanita menopause (yang dilakukan oleh keluarga, teman, dan lain-lain)
b. Memberi bantuan materi terhadap apa yang dibutuhkan oleh wanita menopause.
nifas patologi dengan mastitis
TUGAS ASKEB IV PATOLOGI
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS PATOLOGI
DENGAN MASTITIS
Dosen Pembimbing : Eko Mindarsih, S.Si.T, M.Kes
Oleh :
Kelompok III
Nama Anggota :
1. Ayu Fitrianawati ( 09150182 )
2. Rina Kumalasari ( 09150187 )
3. Ni Komang Juniati ( 09150195 )
4. Reni Atmy Pratiwi ( 09150196 )
5. Aminah ( 09150197 )
6. Restika Putri Nayundari ( 09150198 )
7. Made Putri Dian Puspasari ( 09150207 )
8. Ni Wayan Sudarniati ( 09150209 )
9. Nur Kholipah ( 09150211 )
10. Ni Made Olistyawati ( 09150220 )
11. Erlin Putriyanti ( 09150224 )
DIII KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2011/2012
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS PATOLOGI
PADA Ny. N UMUR 23 TAHUN P1A0Ah1 POST PARTUM HARI KE 20
DENGAN MASTITIS
DI BPM SANTHI RAHAYU, SLEMAN
No. Register : 05/2012
Masuk tanggal/jam : 20 Januari 2012/16.00 WIB
Dirawat diruang : Periksa
1. PENGKAJIAN Tanggal : 20 Januari Jam : 16.00 WIB, Oleh : Bidan
A. Identitas
Istri Suami
Nama : Ny. N : Tn. W
Umur : 23 tahun : 26 Tahun
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia : Jawa/ndonesia
Agama : Islam : Islam
Pendidikan : SMA : S1
Pekerjaan : Ibu rumah tangga : Swasta
Alamat : Jl. Pisang No.112 Catur Tunggal,Depok,Sleman
Hjjjjnjnjnjn
B. Data Subyektif
1. Alasan Datang
Ibu mengatakan ingin memeriksakan keadaannya
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan 2 minggu yang lalu melahirkan anak pertama, payudara sebelah kanan terasa nyeri,keras dan kemerahan,selain itu badan Ibu panas.
3. Riwayat menstruasi
Menarche : 12 tahun Siklus : 28 hari
Lama : 6-7 hari Banyaknya : 2-3x ganti pembalut
Sifat : kental Teratur : Teratur
Keluhan : tidak ada
4. Riwayat perkawinan
Status pernikahan: sah Menikah ke : pertama
Lama : 1 tahun Usia pernikahan pertamaa kali:22 tahun
5. Riwayat obstetrik : G1 P1 A0 Ah1
Hamil
Ke Persalinan Nifas
Tahun UK Jns prslnan Penolong Komplikasi JK BBL ASI Komplikasi
1 Kehamilan ini
6. Riwayat kontrasepsi yang digunakan
No Jns alkon Pasang Lepas
Thun Oleh Tempat Kel Thun Oleh Tempat Alasan
1 Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun
7. Riwayat persalinan
Tanggal/jam : 6 januari 2012/ 03.30 WIB
Tempat Persalinan : BPM
Jenis Persalinan : spontan
Penolong : bidan
Komplikasi : tidak ada
8. Keadaan bayi baru lahir
Lahir tanggal/jam : 6 januari 2012/03.30 WIB
Masa gestasi : 40 minggu
Jenis Kelamin : laki-laki
BB/PB lahir : 3300 gram/49 cm
Pola tidur : bayi hampir menghabiskan waktunya untuk tidur
Pola nutrisi
Frek. Menyusu: on demand
Durasi : 15-30 menit
Keluhan : sakit pada payudara saat dihisap bayi
Pola eliminasi
BAK
Frekuensi : 8-9 kali/hari Konsistensi : cair
Warna : kuning jernih Bau : khas urine
BAB
Frekuensi : 3-4 kali/hari Konsistensi : lembek
Warna : kuning feses Bau : khas feses
9. Riwayat post partum
Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola nutrisi
Makan
Frekuensi : 3-4x/hari Porsi : ½-1 piring
Jenis : nasi, sayur, lauk, buah Pantangan : tidak ada
Keluhan : nafsu makan ibu berkurang
Minum
Frekuensi : 7-9x/hari Porsi : 1 gelas
Jenis :air putih, teh, susu Pantangan : tidak ada
Keluhan : tidak ada
b. Pola Eliminasi
BAB
Frekuensi : 1 x/ hari Konsistensi : lembek
Warna : kuning feses Keluhan : tidak ada
BAK
Frekuensi :5-6x / hari Konsistensi : cair
Warna : kuning jernih Keluhan : tidak ada
c. Pola Istirahat
Tidur siang
Lama : ± 1 jam/hari Keluhan : tidak ada
Tidur malam
Lama : ± 6-7 jam/hari Keluhan : sering trbgun
d. Pola Aktivitas (terkait kegiatan fisik, perawatan bayi dan diri)
Ibu mengatakan setiap hari sudah melakukan pekerjaan rumah yang ringan-ringan seperti menyapu, mencuci dan memasak. Setiap hari Ibu tidur malam ±6-7 jam dan sering terbangun Karen mengurusi bayinya, tidur siang ± 1jam.
e. Pengalaman menyusui
Ibu mengatakan baru kali ini menyusui bayinya dan sudah sedikit tahu tentang menyusui
f. Kebiasaan menyusui
Ibu mengatakan tidak menyusui bayinya secara terus menerus dan teratur di bagian payudara sebelah kanan.
Posisi : duduk
Durasi : 15-30 menit
Perawatan payudara: ibu jarang membersihkan dgn waslap baik sebelum maupun setelah menyusui
Keluhan : puting sering lecet
g. Personal hygiene
Ibu mengatakan mandi 2xsehari di kamar mandi dan menggunakan sabun, menggosok gigi 2x dengan menggunakan pasta gigi, ganti pakaian 2x sehari, dan keramas 2x seminggu dengan menggunakan shampoo, Ibu mengatakan setiap pagi dan sore dalam membersihkan putting susu tidak teratur karena malas dan lupa
h. Pola seksual
Ibu belum melakukan hubungan seksual karena masih dalam keadaan masa nifas.
10. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit yang pernah/sedang diderita (menular, menurun,menahun)
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular (HIV,TBC), menurun (DM,asma),menahun (jantung)
b. Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga (menular ,menurun, menahun)
Ibu mengatakan tidak ada keluarga yang pernah/sedang menderita penyakit menular (HIV,TBC),menurun (DM,asma), menahun (jantung)
c. Riwayat operasi
Ibu mengatakan tidak pernah menjalani operasi apapun ( appendiks, kista, dll)
d. Riwayat alergi obat
Ibu mengatakan tidak ada alergi terhadap obat-obatan apapun
11. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan (merokok, minum jamu, minum alkohol).
Ibu mengatakan tidak mempunyai kebiasaan yang dapat menggaggu kesehatan seperti merokok, minum-minuman beralkohol, dan tidak menggunakan obat-obat terlarang. Ibu tidak pernah minum jamu, Ibu tidak pernah minum obat yang dibeli di warung.
12. Psikospiritual (penerimaan ibu/suami/keluarga terhadap kehamilanya, dukungan social,perencanaann persalinan, pemberian ASI, perawatan bayi, kegiatan ibadah, kegiatan social, dan persiapan keuangan ibu dan keluarga)
a. Ibu mengatakan Ibu/suami/keluarga sangat senang dengan kehamilan nya
b. Ibu mengatakan suami/keluarga semua mendukungnya
c. Ibu mengatakan akan bersalin di Rumah Sakit
d. Ibu mengatakan akan memberikan ASI nya eksklusif
e. Ibu mengatakan akan merawat sendiri bayinya
f. Ibu mengatakan taat menjalankan ibadah sesuai Agama nya
g. Ibu mengatakan ikut kegiatan PKK di RTnya
h. Ibu mengatakan sudah mempersiapkan biaya persalinya
13. Pengetahuan ibu (perawatan ibu, bayi,dan laktasi)
a. Ibu mengatakan mengetahui tentang cara merawat diri dan bayinya dari konseling yang diberikan oleh bidan tapi ibu masih kurang paham tentang perawatan payudara.
b. Ibu mengatakan mengerti bahwa ASI adalah nutrisi yang cukup baik bagi bayi.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : compos mentis
- Vital sign T : 110/70 mmHg N : 84x /menit
R : 24x /menit S : 38oC
BB: 50 kg PB : 157 cm
2. Pemeriksaan fisik
Kepala : mesosephal, tidak ada benjolan,tidak ada nyeri tekan.
Rambut : lurus, hitam, bersih, tidak mudah rontok, tidak berketombe
Muka : tidak oedem, tidak ada cloasma gravidaium,tidak ada bekas luka tidak pucat.
Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen, pendengaran baik.
Mata : simetris, tidak ada sekret,tidak ada tanda infeksi, konjungtiva merah, sclera putih jernih.pengelihatan baik
Hidung : simetris, bersih, tidak ada tanda infeksi, tidak ada polip,
Mulut : bersih, tidak kering, tidak stomatitis, tidak ada caries gigi, gusi tidak berdarah,lidah bersih.
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar parotis,limfe dan kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran vena jugularis.
Dada : payudara tidak simetris, payudara sebelah kanan membesar, membengkak, tampak kemerah-merahan, nyeri pada perabaan, berbenjol-benjol, putting susu menonjol dan kotor.
Abdomen : ada striae dan linea nigra, TFU pertengahan pusat dan symfisis.
Eksremitas atas : simetris, tidak odem, tidak sianosis, tidak polidaktily
Ekstremitas bawah : simetris, tidak oedem, tidak sianosis, tidak varises, tidak polidaktily.
Genetalia : tidak oedem, tidak varices, pengeluaran pervaginan putih agak kecoklatan dan tidak berbau.
Jahitan dalam : jahit jelujur
Jahitan luar : jahit satu-satu
Lokhea : alba
Anus : tidak Haemoroid.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 11.7 gr%
Gol. Darah : A
4. Data penunjang
Riwayat persalinan
Masa Gestasi : 40 miggu
Komplikasi : tidak ada
Plasenta : lengkap
Lahir : spontan
Berat : 485 gram
Tali pusat : 49 cm
Perineum : terdapat robekan
Robekan derajat : 1
Jahitan dalam : jahit jelujur, benang cutgut
Jahitan luar : jahit satu-satu, benang cutgut
Perdarahan : Kala I 0 cc
Kala II 10 cc
Kala III 130 cc
Kala IV 60 cc
Total 200 cc
Lama persalinan : kala I 10 jam menit
Kala II 1 jam 15 menit
Kala III 15 menit
Kala IV 2 jam menit
Total 13 jam 30 menit
Tindakan lain : tidak ada
Nilai APGAR :1menit/5 menit/10 menit/2 jam: 10/10/10/10
Kelaianan kongenital : tidak ada
II. INTERPRESTASI DATA Tanggal: 14 Sepember 2007, Jam: 16. 05 WIB
Seorang Ibu Ny. N umur 23 tahun P1A0Ah1 post partum hari ke 20 dengan mastitis.
a. Dasar subyektif :
1. Ibu mengatakan bernama Ny.N
2. Ibu mengatakan berumur 23 tahun
3. Ibu mengatakan telah melahirkan 2 minggu merasa payudara sebelah kanan nyeri, keras, dan kemerahan dan badan panas.
4. Ibu tidak menyusui bayinya secara teratur pada payudara sebelah kanan.
5. Nafsu makan Ibu berkurang.
b. Dasar Obyektif
KU : baik
Kesadaran : composmentis
Vital sign
TD : 110/70 mmHg S : 38oC
N : 84x/menit R : 24x/menit
BB : 50 kg PB : 157 cm
Payudara : tidak simetris, payudara sebelah kanan membesar, membengkak, tampak kemerahan, nyeri pada perabaan, berbenjol-benjol, putting susu meninjol dan kotor.
c. Masalah
Ibu mengatakan belum tahu perawatan payudara
d. Kebutuhan
- KIE perawatan cara perawatan payudara
- Melakukan dan mengajari ibu untuk breast care
III. DIAGNOSA POTENSIAL
Abses payudara
IV. ANTISIPASI DAN TINDAKAN
Mengobservasi KU dan VS
V. RENCANA/TINDAKAN Tanggal : 20 januari 2012, Jam : 16. 10 WIB
1. Memberitahu keadaan Ibu
2. Anjurkan dan motivasi Ibu untuk mau menyusui bayinya secara teratur bergantian payudara kanan dan kiri
3. Anjurkan Ibu untuk mengompres payudara yang bengkak dengan menggunakan air hangat
4. Lakukan perawatan pada payudara ibu
5. Anjurkan ibu untuk memeras ASI
6. Anjurkan Ibu untuk memakai baju dan BH yang longgar dan menopang
7. Anjurkan Ibu untuk istirahat yang cukup dan makan makan yang brgizi
8. Anjurkan Ibu untuk minum sekitar 8-23 gelas/hari
9. Berikan Ibu antibiotic dan senam analgesic
10. Aanjurkan dan ajari Ibu senam laktasi
11. Menganjurkan Ibu untuk ualang 3 hari lagi.
VI. IMPEMENTASI Tanggal : 20 januari 2012, Jam : 16. 10 WIB
1. Memberitahu tetang kondisi Ibu bahwa payudara Ibu terkena mastitis karena Ibu tidak menyusui bayiya secara teratur dibagian payudara sebelah kanan sehingga pada payudara sebelah kanan terjadi bendungan yang terus menerus berkembang menjadi mastitis
2. Mengajarkan Ibu dan memberi motivasi aibu agar menyusui bayinya pada payudara sebelah kanan-kiri secara bergantian.
3. Menganjurkan Ibu untuk mengompres payudara dengan menggunakan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri di payudara dan memperlancar aliran ASI.
4. Melakukan perawatan payudara ibu yaitu dengan membersihkan puting menggunakan kapas yang sudah dibasahi minyak, tangan diolesi minyak lalu oleskan pada payudara ibu, kemudian payudara diurut dari arah pangkal ke putting. Setelah payudara dikompres dengan air hangat untuk melunakan payudara.
5. Menganjurkan ibu ntuk memeras ASInya dengan menggunakan tangan. Payudara diurut dari arah pangkal kepting dimana posisi ibu jari berada dipayudara bagian atas dan 4 jari lainya berada pada posisibawah payudara untuk menyokong payudara, kemudian tekan pada sisi samping payudara untuk mengosongkan ASI secara sempurna. Setelah itukompres dengan air dingin untuk mengurangi rasa nyeri
6. Menganjurkan Ibu untuk menggunakan baju dan BH yang longgar dan menopang.
7. Menganjurkan Ibu untuk istirahat yang cukup dan mekan makanan yang bergizi seperti sayur-sayuran (bayam, kangkun g, wartel, sawi, dan sayur-sayuran yang berwarna hijau) protein (tahu, tempe, daging, dan susu)
8. Menganjurkan Ibu minum sekitar 8-12 gelas/hari
9. Memberikan Ibu antibiotic, berupa:
- Amoxilin 500 mg 15 tablet per oral 3x1
- Parasetamol 15 tablet per oral 3x1
10. Mengajari dan mengajurkan Ibu senam laktasi yaitu dengan menggerakkan lengan secara berputar-putar sehingga sendi bahu ikut bergerak kearah yang sama untuk membantu memperlancar peredaran darah dan limfe di payudara.
11. Menganjurkan Ibu untuk melakukan kunjungan ulang 3 hari lagi.
VII. EVALUASI Tanggal : 20 januari 2012, Jam : 16. 20 WIB
1. Ibu mengerti bahwa kondisinya disebabkan karena pada payudara kanan tidak disusukan secara terus menerus
2. Ibu bersedia menyusui bayinya pada payudara sebelah kanan agar payudaranya bisa sembuh
3. Ibu mengatakan akan mengompres payudaranya fengan air hangat
4. Sudah dilakukan perawatan pada payudara ibu
5. Ibu sudah mengerti dan bersedia untuk memeras ASI nya
6. Ibu bersedia memakai baju dan BH yang longgar dan menopang payudara.
7. Ibu bersedia istirahat cukup dan makan makanan yang bergizi
8. Ibu bersedia minum 8-12 gelas/hri
9. Ibu bersedia minum obat yang diberikan secara teratur.
10. Ibu telah mengerti dan dapat memperaktekkan senam laktasi dengan benar.
11. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang 3 hari lagi.
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS PATOLOGI
DENGAN MASTITIS
Dosen Pembimbing : Eko Mindarsih, S.Si.T, M.Kes
Oleh :
Kelompok III
Nama Anggota :
1. Ayu Fitrianawati ( 09150182 )
2. Rina Kumalasari ( 09150187 )
3. Ni Komang Juniati ( 09150195 )
4. Reni Atmy Pratiwi ( 09150196 )
5. Aminah ( 09150197 )
6. Restika Putri Nayundari ( 09150198 )
7. Made Putri Dian Puspasari ( 09150207 )
8. Ni Wayan Sudarniati ( 09150209 )
9. Nur Kholipah ( 09150211 )
10. Ni Made Olistyawati ( 09150220 )
11. Erlin Putriyanti ( 09150224 )
DIII KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2011/2012
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS PATOLOGI
PADA Ny. N UMUR 23 TAHUN P1A0Ah1 POST PARTUM HARI KE 20
DENGAN MASTITIS
DI BPM SANTHI RAHAYU, SLEMAN
No. Register : 05/2012
Masuk tanggal/jam : 20 Januari 2012/16.00 WIB
Dirawat diruang : Periksa
1. PENGKAJIAN Tanggal : 20 Januari Jam : 16.00 WIB, Oleh : Bidan
A. Identitas
Istri Suami
Nama : Ny. N : Tn. W
Umur : 23 tahun : 26 Tahun
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia : Jawa/ndonesia
Agama : Islam : Islam
Pendidikan : SMA : S1
Pekerjaan : Ibu rumah tangga : Swasta
Alamat : Jl. Pisang No.112 Catur Tunggal,Depok,Sleman
Hjjjjnjnjnjn
B. Data Subyektif
1. Alasan Datang
Ibu mengatakan ingin memeriksakan keadaannya
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan 2 minggu yang lalu melahirkan anak pertama, payudara sebelah kanan terasa nyeri,keras dan kemerahan,selain itu badan Ibu panas.
3. Riwayat menstruasi
Menarche : 12 tahun Siklus : 28 hari
Lama : 6-7 hari Banyaknya : 2-3x ganti pembalut
Sifat : kental Teratur : Teratur
Keluhan : tidak ada
4. Riwayat perkawinan
Status pernikahan: sah Menikah ke : pertama
Lama : 1 tahun Usia pernikahan pertamaa kali:22 tahun
5. Riwayat obstetrik : G1 P1 A0 Ah1
Hamil
Ke Persalinan Nifas
Tahun UK Jns prslnan Penolong Komplikasi JK BBL ASI Komplikasi
1 Kehamilan ini
6. Riwayat kontrasepsi yang digunakan
No Jns alkon Pasang Lepas
Thun Oleh Tempat Kel Thun Oleh Tempat Alasan
1 Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun
7. Riwayat persalinan
Tanggal/jam : 6 januari 2012/ 03.30 WIB
Tempat Persalinan : BPM
Jenis Persalinan : spontan
Penolong : bidan
Komplikasi : tidak ada
8. Keadaan bayi baru lahir
Lahir tanggal/jam : 6 januari 2012/03.30 WIB
Masa gestasi : 40 minggu
Jenis Kelamin : laki-laki
BB/PB lahir : 3300 gram/49 cm
Pola tidur : bayi hampir menghabiskan waktunya untuk tidur
Pola nutrisi
Frek. Menyusu: on demand
Durasi : 15-30 menit
Keluhan : sakit pada payudara saat dihisap bayi
Pola eliminasi
BAK
Frekuensi : 8-9 kali/hari Konsistensi : cair
Warna : kuning jernih Bau : khas urine
BAB
Frekuensi : 3-4 kali/hari Konsistensi : lembek
Warna : kuning feses Bau : khas feses
9. Riwayat post partum
Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola nutrisi
Makan
Frekuensi : 3-4x/hari Porsi : ½-1 piring
Jenis : nasi, sayur, lauk, buah Pantangan : tidak ada
Keluhan : nafsu makan ibu berkurang
Minum
Frekuensi : 7-9x/hari Porsi : 1 gelas
Jenis :air putih, teh, susu Pantangan : tidak ada
Keluhan : tidak ada
b. Pola Eliminasi
BAB
Frekuensi : 1 x/ hari Konsistensi : lembek
Warna : kuning feses Keluhan : tidak ada
BAK
Frekuensi :5-6x / hari Konsistensi : cair
Warna : kuning jernih Keluhan : tidak ada
c. Pola Istirahat
Tidur siang
Lama : ± 1 jam/hari Keluhan : tidak ada
Tidur malam
Lama : ± 6-7 jam/hari Keluhan : sering trbgun
d. Pola Aktivitas (terkait kegiatan fisik, perawatan bayi dan diri)
Ibu mengatakan setiap hari sudah melakukan pekerjaan rumah yang ringan-ringan seperti menyapu, mencuci dan memasak. Setiap hari Ibu tidur malam ±6-7 jam dan sering terbangun Karen mengurusi bayinya, tidur siang ± 1jam.
e. Pengalaman menyusui
Ibu mengatakan baru kali ini menyusui bayinya dan sudah sedikit tahu tentang menyusui
f. Kebiasaan menyusui
Ibu mengatakan tidak menyusui bayinya secara terus menerus dan teratur di bagian payudara sebelah kanan.
Posisi : duduk
Durasi : 15-30 menit
Perawatan payudara: ibu jarang membersihkan dgn waslap baik sebelum maupun setelah menyusui
Keluhan : puting sering lecet
g. Personal hygiene
Ibu mengatakan mandi 2xsehari di kamar mandi dan menggunakan sabun, menggosok gigi 2x dengan menggunakan pasta gigi, ganti pakaian 2x sehari, dan keramas 2x seminggu dengan menggunakan shampoo, Ibu mengatakan setiap pagi dan sore dalam membersihkan putting susu tidak teratur karena malas dan lupa
h. Pola seksual
Ibu belum melakukan hubungan seksual karena masih dalam keadaan masa nifas.
10. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit yang pernah/sedang diderita (menular, menurun,menahun)
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular (HIV,TBC), menurun (DM,asma),menahun (jantung)
b. Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga (menular ,menurun, menahun)
Ibu mengatakan tidak ada keluarga yang pernah/sedang menderita penyakit menular (HIV,TBC),menurun (DM,asma), menahun (jantung)
c. Riwayat operasi
Ibu mengatakan tidak pernah menjalani operasi apapun ( appendiks, kista, dll)
d. Riwayat alergi obat
Ibu mengatakan tidak ada alergi terhadap obat-obatan apapun
11. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan (merokok, minum jamu, minum alkohol).
Ibu mengatakan tidak mempunyai kebiasaan yang dapat menggaggu kesehatan seperti merokok, minum-minuman beralkohol, dan tidak menggunakan obat-obat terlarang. Ibu tidak pernah minum jamu, Ibu tidak pernah minum obat yang dibeli di warung.
12. Psikospiritual (penerimaan ibu/suami/keluarga terhadap kehamilanya, dukungan social,perencanaann persalinan, pemberian ASI, perawatan bayi, kegiatan ibadah, kegiatan social, dan persiapan keuangan ibu dan keluarga)
a. Ibu mengatakan Ibu/suami/keluarga sangat senang dengan kehamilan nya
b. Ibu mengatakan suami/keluarga semua mendukungnya
c. Ibu mengatakan akan bersalin di Rumah Sakit
d. Ibu mengatakan akan memberikan ASI nya eksklusif
e. Ibu mengatakan akan merawat sendiri bayinya
f. Ibu mengatakan taat menjalankan ibadah sesuai Agama nya
g. Ibu mengatakan ikut kegiatan PKK di RTnya
h. Ibu mengatakan sudah mempersiapkan biaya persalinya
13. Pengetahuan ibu (perawatan ibu, bayi,dan laktasi)
a. Ibu mengatakan mengetahui tentang cara merawat diri dan bayinya dari konseling yang diberikan oleh bidan tapi ibu masih kurang paham tentang perawatan payudara.
b. Ibu mengatakan mengerti bahwa ASI adalah nutrisi yang cukup baik bagi bayi.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : compos mentis
- Vital sign T : 110/70 mmHg N : 84x /menit
R : 24x /menit S : 38oC
BB: 50 kg PB : 157 cm
2. Pemeriksaan fisik
Kepala : mesosephal, tidak ada benjolan,tidak ada nyeri tekan.
Rambut : lurus, hitam, bersih, tidak mudah rontok, tidak berketombe
Muka : tidak oedem, tidak ada cloasma gravidaium,tidak ada bekas luka tidak pucat.
Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen, pendengaran baik.
Mata : simetris, tidak ada sekret,tidak ada tanda infeksi, konjungtiva merah, sclera putih jernih.pengelihatan baik
Hidung : simetris, bersih, tidak ada tanda infeksi, tidak ada polip,
Mulut : bersih, tidak kering, tidak stomatitis, tidak ada caries gigi, gusi tidak berdarah,lidah bersih.
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar parotis,limfe dan kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran vena jugularis.
Dada : payudara tidak simetris, payudara sebelah kanan membesar, membengkak, tampak kemerah-merahan, nyeri pada perabaan, berbenjol-benjol, putting susu menonjol dan kotor.
Abdomen : ada striae dan linea nigra, TFU pertengahan pusat dan symfisis.
Eksremitas atas : simetris, tidak odem, tidak sianosis, tidak polidaktily
Ekstremitas bawah : simetris, tidak oedem, tidak sianosis, tidak varises, tidak polidaktily.
Genetalia : tidak oedem, tidak varices, pengeluaran pervaginan putih agak kecoklatan dan tidak berbau.
Jahitan dalam : jahit jelujur
Jahitan luar : jahit satu-satu
Lokhea : alba
Anus : tidak Haemoroid.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 11.7 gr%
Gol. Darah : A
4. Data penunjang
Riwayat persalinan
Masa Gestasi : 40 miggu
Komplikasi : tidak ada
Plasenta : lengkap
Lahir : spontan
Berat : 485 gram
Tali pusat : 49 cm
Perineum : terdapat robekan
Robekan derajat : 1
Jahitan dalam : jahit jelujur, benang cutgut
Jahitan luar : jahit satu-satu, benang cutgut
Perdarahan : Kala I 0 cc
Kala II 10 cc
Kala III 130 cc
Kala IV 60 cc
Total 200 cc
Lama persalinan : kala I 10 jam menit
Kala II 1 jam 15 menit
Kala III 15 menit
Kala IV 2 jam menit
Total 13 jam 30 menit
Tindakan lain : tidak ada
Nilai APGAR :1menit/5 menit/10 menit/2 jam: 10/10/10/10
Kelaianan kongenital : tidak ada
II. INTERPRESTASI DATA Tanggal: 14 Sepember 2007, Jam: 16. 05 WIB
Seorang Ibu Ny. N umur 23 tahun P1A0Ah1 post partum hari ke 20 dengan mastitis.
a. Dasar subyektif :
1. Ibu mengatakan bernama Ny.N
2. Ibu mengatakan berumur 23 tahun
3. Ibu mengatakan telah melahirkan 2 minggu merasa payudara sebelah kanan nyeri, keras, dan kemerahan dan badan panas.
4. Ibu tidak menyusui bayinya secara teratur pada payudara sebelah kanan.
5. Nafsu makan Ibu berkurang.
b. Dasar Obyektif
KU : baik
Kesadaran : composmentis
Vital sign
TD : 110/70 mmHg S : 38oC
N : 84x/menit R : 24x/menit
BB : 50 kg PB : 157 cm
Payudara : tidak simetris, payudara sebelah kanan membesar, membengkak, tampak kemerahan, nyeri pada perabaan, berbenjol-benjol, putting susu meninjol dan kotor.
c. Masalah
Ibu mengatakan belum tahu perawatan payudara
d. Kebutuhan
- KIE perawatan cara perawatan payudara
- Melakukan dan mengajari ibu untuk breast care
III. DIAGNOSA POTENSIAL
Abses payudara
IV. ANTISIPASI DAN TINDAKAN
Mengobservasi KU dan VS
V. RENCANA/TINDAKAN Tanggal : 20 januari 2012, Jam : 16. 10 WIB
1. Memberitahu keadaan Ibu
2. Anjurkan dan motivasi Ibu untuk mau menyusui bayinya secara teratur bergantian payudara kanan dan kiri
3. Anjurkan Ibu untuk mengompres payudara yang bengkak dengan menggunakan air hangat
4. Lakukan perawatan pada payudara ibu
5. Anjurkan ibu untuk memeras ASI
6. Anjurkan Ibu untuk memakai baju dan BH yang longgar dan menopang
7. Anjurkan Ibu untuk istirahat yang cukup dan makan makan yang brgizi
8. Anjurkan Ibu untuk minum sekitar 8-23 gelas/hari
9. Berikan Ibu antibiotic dan senam analgesic
10. Aanjurkan dan ajari Ibu senam laktasi
11. Menganjurkan Ibu untuk ualang 3 hari lagi.
VI. IMPEMENTASI Tanggal : 20 januari 2012, Jam : 16. 10 WIB
1. Memberitahu tetang kondisi Ibu bahwa payudara Ibu terkena mastitis karena Ibu tidak menyusui bayiya secara teratur dibagian payudara sebelah kanan sehingga pada payudara sebelah kanan terjadi bendungan yang terus menerus berkembang menjadi mastitis
2. Mengajarkan Ibu dan memberi motivasi aibu agar menyusui bayinya pada payudara sebelah kanan-kiri secara bergantian.
3. Menganjurkan Ibu untuk mengompres payudara dengan menggunakan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri di payudara dan memperlancar aliran ASI.
4. Melakukan perawatan payudara ibu yaitu dengan membersihkan puting menggunakan kapas yang sudah dibasahi minyak, tangan diolesi minyak lalu oleskan pada payudara ibu, kemudian payudara diurut dari arah pangkal ke putting. Setelah payudara dikompres dengan air hangat untuk melunakan payudara.
5. Menganjurkan ibu ntuk memeras ASInya dengan menggunakan tangan. Payudara diurut dari arah pangkal kepting dimana posisi ibu jari berada dipayudara bagian atas dan 4 jari lainya berada pada posisibawah payudara untuk menyokong payudara, kemudian tekan pada sisi samping payudara untuk mengosongkan ASI secara sempurna. Setelah itukompres dengan air dingin untuk mengurangi rasa nyeri
6. Menganjurkan Ibu untuk menggunakan baju dan BH yang longgar dan menopang.
7. Menganjurkan Ibu untuk istirahat yang cukup dan mekan makanan yang bergizi seperti sayur-sayuran (bayam, kangkun g, wartel, sawi, dan sayur-sayuran yang berwarna hijau) protein (tahu, tempe, daging, dan susu)
8. Menganjurkan Ibu minum sekitar 8-12 gelas/hari
9. Memberikan Ibu antibiotic, berupa:
- Amoxilin 500 mg 15 tablet per oral 3x1
- Parasetamol 15 tablet per oral 3x1
10. Mengajari dan mengajurkan Ibu senam laktasi yaitu dengan menggerakkan lengan secara berputar-putar sehingga sendi bahu ikut bergerak kearah yang sama untuk membantu memperlancar peredaran darah dan limfe di payudara.
11. Menganjurkan Ibu untuk melakukan kunjungan ulang 3 hari lagi.
VII. EVALUASI Tanggal : 20 januari 2012, Jam : 16. 20 WIB
1. Ibu mengerti bahwa kondisinya disebabkan karena pada payudara kanan tidak disusukan secara terus menerus
2. Ibu bersedia menyusui bayinya pada payudara sebelah kanan agar payudaranya bisa sembuh
3. Ibu mengatakan akan mengompres payudaranya fengan air hangat
4. Sudah dilakukan perawatan pada payudara ibu
5. Ibu sudah mengerti dan bersedia untuk memeras ASI nya
6. Ibu bersedia memakai baju dan BH yang longgar dan menopang payudara.
7. Ibu bersedia istirahat cukup dan makan makanan yang bergizi
8. Ibu bersedia minum 8-12 gelas/hri
9. Ibu bersedia minum obat yang diberikan secara teratur.
10. Ibu telah mengerti dan dapat memperaktekkan senam laktasi dengan benar.
11. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang 3 hari lagi.
gangguan psikologi pada masa nifas
TUGAS ASUHAN KEBIDANAN IV
PERDARAHAN POST PARTUM dan GANGGUAN PSIKOLOGI
PADA MASA NIFAS
Dosen Pengampu : Urip Tugiarti S.SiT, M.Kes
Oleh
Kelompok 2
1. Sri Maryatun (09150188)
2. Germana Cessilia Srikandi M. (09150189)
3. Anjar Sulistya Rini (09150190)
4. Irahwati (09150191)
5. Titik Malaysiani (09150192)
6. Nur Utami (09150193)
7. Nia Lestari (09150194)
8. Ni Komang Juniati (09150195)
9. Reni Atmy Pratiwi (09150196)
10. Aminah (09150197)
Kelas A6.5
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2011/2012
I
KATA PENGANTAR
Rasa syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena atas rahmat-NYA makalah yang berjudul “Perdarahan Post Partum dan Gangguan Psikologi Pada masa Nifas” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dari mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN IV pada Universitas Respati Yogyakarta. Selama penyusunan makalah ini penulis telah banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak dalam bentuk informasi, motivasi serta dorongan moral dan spiritual, sehingga makalah ini tersusun dan dapat diselesaikan sesuai dengan rencana.
Disamping itu, penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan sudah barang tentu masih ada kesalahan-kesalahan yang luput dari pengamatan penulis. Oleh karena itu, tegur sapa dan kritik yang konstruktif dari pembaca untuk perbaikan dan penyempurnaan seperlunya sangat penulis harapkan.
Pada akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Jogyakarta, 2011
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………… 1
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………………………...2
D. Manfaat Penulisan…………………………………………………………………... 2
BAB II PEMBAHASAN
1. Perdarahan Post Partum
1.1 Pengertian perdarahan post partum……………………………………………. 3
1.2 Penyebab perdarahan post partum…………………………………….……....3
1.3 Manifestasi klinis perdarahan post partum……………………………………..4
1.4 Patofisiologi perdarahan post partum…………………………………………..5
1.5 Penatalaksanaan perdarahan post partum………………………………………10
2. Gangguan Psikologi Pada Masa Nifas
2.1 Post Partum Blues……………………………………………………………....13
2.2 Depresi Post Partum…………………………………………………………….14
2.3 Post Partum Psikosa……………………………………………………………..17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………………….. 19
B. Saran………………………………………………………………………………… 20
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perdarahan setelah melahirkan atau post partum hemorrhagic (PPH) adalah konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta, trauma di traktus genitalia dan struktur sekitarnya, atau keduanya. Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya paling sedikit 128.000 wanita mengalami perdarahan sampai meninggal. Sebagian besar kematian tersebut terjadi dalam waktu 4 jam setelah melahirkan. Di Inggris (2000), separuh kematian ibu hamil akibat perdarahan disebabkan oleh perdarahan post partum.
Di Indonesia, sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah sakit, sehingga sering pasien yang bersalin di luar kemudian terjadi perdarahan post partum terlambat sampai ke rumah sakit, saat datang keadaan umumnya sudah memburuk, akibatnya mortalitas tinggi. Menurut Depkes RI, kematian ibu di Indonesia (2002) adalah 650 ibu tiap 100.000 kelahiran hidup dan 43% dari angka tersebut disebabkan oleh perdarahan post partum. Apabila terjadi perdarahan yang berlebihan pasca persalinan harus dicari etiologi yang spesifik. Atonia uteri, retensio plasenta (termasuk plasenta akreta dan variannya), sisa plasenta, dan laserasi traktus genitalia merupakan penyebab sebagian besar perdarahan post partum. Dalam 20 tahun terakhir, plasenta akreta mengalahkan atonia uteri sebagai penyebab tersering perdarahan post partum yang keparahannya mengharuskan dilakukan tindakan histerektomi. Laserasi traktus genitalia yang dapat terjadi sebagai penyebab perdarahan post partum antara lain laserasi perineum, laserasi vagina, dan cedera pada serviks uteri. Selain itu patologi kebidanan adalah salah satu masalah dalam pelayanan kesehatan dan harus dikenali gejalanya sejak dini. Pada bab ini kita sebagai bidan harus bisa mengidentifikasi gangguan psikologi post partum diantaranya depresi post parum, post partum blues, dan post partum psikosa.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perdarahan post partum?
2. Apa saja faktor penyebab perdarahan post partum ?
3. Bagaimana patofisiologi perdarahan post partum dan ?
4. Bagaimana penatalaksanaan perdarahan post partum ?
5. Apa yang dimaksud dengan gangguan psikologi pada masa nifas?
6. Apa saja faktor penyebab gangguan psikologi pada masa nifas ?
7. Bagaimana patofisiologi gangguan psikologi pada masa nifas?
8. Bagaimana penatalaksanaan gangguan psikologi pada masa nifas?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Pengertian perdarahan post partum.
2. Faktor penyebab perdarahan post partum.
3. Patofisiologi perdarahan post partum
4. Penatalaksanaan perdrahan post partum
5. Pengertian gangguan psikologi pada masa nifas
6. Faktor penyebab gangguan psikologi pada masa nifas
7. Patofisiologi gangguan psikologi pada masa nifas
8. Penatalaksanaan gangguan psikologi pada masa nifas
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini untuk mengetahui berbagai factor atau berbagai hal yang berhubungan dengan perdarahan post partum dan gangguan psikologi pada masa nifas sehingga dapat dilakukan upaya-upaya pencegahan dan penanganannya bila terjadi masalah tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Perdarahan post partum
1.1 Pengertian
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak dan plasenta lahir.
Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
A. Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
B. Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan post partum :
1. Menghentikan perdarahan.
2. Mencegah timbulnya syok.
3. Mengganti darah yang hilang.
Frekuensi perdarahan post partum 4/5-15 % dari seluruh persalinan. Berdasarkan penyebabnya:
1. Atoni uteri (50-60%).
2. Retensio plasenta (16-17%).
3. Sisa plasenta (23-24%).
4. Laserasi jalan lahir (4-5%).
5. Kelainan darah (0,5-0,8%).
1.2 Penyebab perdarahan post partum
Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:
1. Atonia Uteri
2. Retensi Plasenta
3. Sisa Plasenta dan selaput ketuban
- Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)
- Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)
4. Trauma jalan lahir
a. Episiotomi yang lebar
b. Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim
c. Rupture uteri
5. Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia /hipofibrinogenemia.
Tanda yang sering dijumpai :
- Perdarahan yang banyak.
- Solusio plasenta.
- Kematian janin yang lama dalam kandungan.
- Pre eklampsia dan eklampsia.
- Infeksi, hepatitis dan syok septik.
6. Hematoma
7. Inversi Uterus
8. Subinvolusi Uterus
Hal-hal yang dicurigai akan menimbulkan perdarahan pasca persalinan. Yaitu;
• Riwayat persalinan yang kurang baik, misalnya:
1. Riwayat perdarahan pada persalinan yang terdahulu.
2. Grande multipara (lebih dari empat anak).
3. Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari dua tahun).
4. Bekas operasi Caesar.
5. Pernah abortus (keguguran) sebelumnya.
• Hasil pemeriksaan waktu bersalin, misalnya:
1. Persalinan/kala II yang terlalu cepat, sebagai contoh setelah ekstraksi vakum, forsep.
2. Uterus terlalu teregang, misalnya pada hidramnion, kehamilan kembar, anak besar.
3. Uterus yang kelelahan, persalinan lama.
4. Uterus yang lembek akibat narkosa.
5. Inversi uteri primer dan sekunder.
1.3 Manifestasi Klinis Perdarahan Post Partum
Gejala Klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah yang banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, mual.
Gejala Klinis berdasarkan penyebab:
a. Atonia Uteri
Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan perdarahan segera setelah anak lahir (perdarahan postpartum primer) Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain)
b. Robekan jalan lahir
Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir segera setelah bayi lahir, kontraksi uteru baik, plasenta baik. Gejala yang kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil.
c. Retensio plasenta
Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan
d. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)
Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah ) tidak lengkap dan perdarahan segera. Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
e. Inversio uterus
Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau berat. Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat
1.4 Patofisiologi Perdarahan Post Partum
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah-pembuluh darah yang melebar tadi tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi terus menerus. Trauma jalan lahir seperti epiostomi yang lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada ibu; misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak ada atau kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga merupakan penyebab dari perdarahan postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa mendorong pada keadaan shock hemoragik.
Perbedaan perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri dan robekan jalan lahir adalah:
• Atonia uteri (sebelum/sesudah plasenta lahir).
1. Kontraksi uterus lembek, lemah, dan membesar (fundus uteri masih tinggi.
2. Perdarahan terjadi beberapa menit setelah anak lahir.
3. Bila kontraksi lemah, setelah masase atau pemberian uterotonika, kontraksi
yang lemah tersebut menjadi kuat.
• Robekan jalan lahir (robekan jaringan lunak).
1. Kontraksi uterus kuat, keras dan mengecil.
2. Perdarahan terjadi langsung setelah anak lahir. Perdarahan ini terus-menerus. Penanganannya, ambil spekulum dan cari robekan.
3. Setelah dilakukan masase atau pemberian uterotonika langsung uterus mengeras tapi perdarahan tidak berkurang
Perdarahan Postpartum akibat Atonia Uteri
Perdarahan postpartum dapat terjadi karena terlepasnya sebagian plasenta dari rahim dan sebagian lagi belum karena perlukaan pada jalan lahir atau karena atonia uteri. Atoni uteri merupakan sebab terpenting perdarahan postpartum. Atonia uteri dapat terjadi karena proses persalinan yang lama; pembesaran rahim yang berlebihan pada waktu hamil seperti pada hamil kembar atau janin besar; persalinan yang sering (multiparitas) atau anestesi yang dalam. Atonia uteri juga dapat terjadi bila ada usaha mengeluarkan plasenta dengan memijat dan mendorong rahim ke bawah sementara plasenta belum lepas dari rahim. Perdarahan yang banyak dalam waktu pendek dapat segera diketahui. Tapi bila perdarahan sedikit dalam waktu lama tanpa disadari penderita telah kehilangan banyak darah sebelum tampak pucat dan gejala lainnya. Pada perdarahan karena atonia uteri, rahim membesar dan lembek.
Terapi terbaik adalah pencegahan. Anemia pada kehamilan harus diobati karena perdarahan yang normal pun dapat membahayakan seorang ibu yang telah mengalami anemia. Bila sebelumnya pernah mengalami perdarahan postpartum, persalinan berikutnya harus di rumah sakit. Pada persalinan yang lama diupayakan agar jangan sampai terlalu lelah. Rahim jangan dipijat dan didorong ke bawah sebelum plasenta lepas dari dinding rahim. Pada perdarahan yang timbul setelah janin lahir dilakukan upaya penghentian perdarahan secepat mungkin dan mengangatasi akibat perdarahan. Pada perdarahan yang disebabkan atonia uteri dilakukan massage rahim dan suntikan ergometrin ke dalam pembuluh balik. Bila tidak memberi hasil yang diharapkan dalam waktu singkat, dilakukan kompresi bimanual pada rahim, bila perlu dilakukan tamponade utero vaginal, yaitu dimasukkan tampon kasa kedalam rahim sampai rongga rahim terisi penuh. Pada perdarahan postpartum ada kemungkinann dilakukan pengikatan pembuluh nadi yang mensuplai darah ke rahim atau pengangkatan rahim.
Gambar 1. Perdarahan Postpartum Akibat Atonia Uteri
Adapun Faktor predisposisi terjadinya atonia uteri : Umur, Paritas, Partus lama dan partus terlantar, Obstetri operatif dan narkosa, Uterus terlalu regang dan besar misalnya pada gemelli, hidramnion atau janin besar, Kelainan pada uterus seperti mioma uterii, uterus couvelair pada solusio plasenta, Faktor sosio ekonomi yaitu malnutrisi.
Perdarahan Pospartum akibat Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir selama 1 jam setelah bayi lahir. Penyebab retensio plasenta :
1. Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan tumbuh lebih
dalam. Menurut tingkat perlekatannya :
a. Plasenta adhesiva : plasenta yang melekat pada desidua endometrium lebih dalam.
b. Plasenta inkreta : vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua endometrium sampai ke miometrium.
c. Plasenta akreta : vili khorialis tumbuh menembus miometrium sampai
keserosa.
d. Plasenta perkreta : vili khorialis tumbuh menembus serosa atau peritoneum dinding rahim.
2. Plasenta sudah terlepas dari dinding rahim namun belum keluar karena atoni uteri atau adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim (akibat
kesalahan penanganan kala III) yang akan menghalangi plasenta keluar
(plasenta inkarserata). Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan tetapi bila sebagian plasenta sudah lepas maka akan terjadi perdarahan. Ini merupakan indikasi untuk segera mengeluarkannya. Plasenta mungkin pula tidak keluar karena kandung kemih atau rektum penuh. Oleh karena itu keduanya harus dikosongkan.
Perdarahan Postpartum akibat Subinvolusi
Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal involusi, dan keadaan ini merupakan salah satu dari penyebab terumum perdarahan pascapartum. Biasanya tanda dan gejala subinvolusi tidak tampak, sampai kira-kira 4 hingga 6 minggu pascapartum. Fundus uteri letaknya tetap tinggi di dalam abdomen/ pelvis dari yang diperkirakan. Keluaran lokia seringkali gagal berubah dari bentuk rubra ke bntuk serosa, lalu ke bentuk lokia alba. Lokia bisa tetap dalam bentuk rubra, atau kembali ke bentuk rubra dalam beberapa hari pacapartum. Lokia yang tetap bertahan dalam bentuk rubra selama lebih dari 2 minggu pascapatum sangatlah perlu dicurigai terjadi kasus subinvolusi. Jumlah lokia bisa lebih banyak dari pada yang diperkirakan. Leukore, sakit punggung, dan lokia berbau menyengat, bisa terjadi jika ada infeksi. Ibu bisa juga memiliki riwayat perdarahan yang tidak teratur, atau perdarahan yang berlebihan setelah kelahiran.
Perdarahan Postpartum akibat Inversio Uteri
Inversio Uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri. Uterus dikatakan mengalami inverse jika bagian dalam menjadi di luar saat melahirkan plasenta. Reposisi sebaiknya segera dilakukan dengan berjalannya waktu, lingkaran konstriksi sekitar uterus yang terinversi akan mengecil dan uterus akan terisi darah.
Pembagian inversio uteri :
1. Inversio uteri ringan : Fundus uteri terbalik menonjol ke dalam kavum uteri namun belum keluar dari ruang rongga rahim.
2. Inversio uteri sedang : Terbalik dan sudah masuk ke dalam vagina.
3. Inversio uteri berat : Uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian sudah keluar vagina.
Penyebab inversio uteri :
1. Spontan : grande multipara, atoni uteri, kelemahan alat kandungan, tekanan intra abdominal yang tinggi (mengejan dan batuk).
2. Tindakan : cara Crade yang berlebihan, tarikan tali pusat, manual plasenta yang dipaksakan, perlekatan plasenta pada dinding rahim.
Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya inversio uteri :
1. Uterus yang lembek, lemah, tipis dindingnya.
2. Tarikan tali pusat yang berlebihan.
Frekuensi inversio uteri : angka kejadian 1 : 20.000 persalinan.
Gejala klinis inversio uteri :
- Dijumpai pada kala III atau post partum dengan gejala nyeri yang hebat, perdarahan yang banyak sampai syok. Apalagbila plasenta masih melekat dan sebagian sudah ada yang terlepas dan dapat terjadi strangulasi dan nekrosis.
- Pemeriksaan dalam :
1.Bila masih inkomplit maka pada daerah simfisis uterus teraba fundus uteri cekung ke dalam.
2.Bila komplit, di atas simfisis uterus teraba kosong dan dalam vagina teraba tumor lunak.
3. Kavum uteri sudah tidak ada (terbalik).
Perdarahan Postpartum Akibat Hematoma
Hematoma terjadi karena kompresi yang kuat disepanjang traktus genitalia, dan tampak sebagai warna ungu pada mukosa vagina atau perineum yang ekimotik. Hematoma yang kecil diatasi dengan es, analgesic dan pemantauan yang terus menerus. Biasanya hematoma ini dapat diserap kembali secara alami.
Perdarahan Postpartum akibat Laserasi /Robekan Jalan Lahir
Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan postpartum. Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan postpartum dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robelan servik atau vagina.
- Robekan Serviks
Persalinan Selalu mengakibatkan robekan serviks sehingga servik seorang multipara berbeda dari yang belum pernah melahirkan pervaginam. Robekan servik yang luas menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah uterus. Apabila terjadi perdarahan yang tidak berhenti, meskipun plasenta sudah lahir lengkap dan uterus sudah berkontraksi dengan baik, perlu dipikirkan perlukaan jalan lahir, khususnya robekan servik uteri
- Robekan Vagina
Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi lebih sering terjadi sebagai akibat ekstraksi dengan cunam, terlebih apabila kepala janin harus diputar. Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan speculum.
- Robekan Perineum
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi digaris tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkum ferensia suboksipito bregmatika. Laserasi pada traktus genitalia sebaiknya dicurigai, ketika terjadi perdarahan yang berlangsung lama yang menyertai kontraksi uterus yang kuat.
1.5 Penatalaksanaan Perdarahan Post Partum
Dengan adanya perdarahan yang keluar pada kala III, bila tidak berkontraksi dengan kuat, uterus harus diurut :
• Pijat dengan lembut boggi uterus, sambil menyokong segmen uterus bagian bawah untuk menstimulasi kontraksi dan kekuatan penggumpalan. Waspada terhadap kekuatan pemijatan. Pemijatan yang kuat dapat meletihkan uterus, mengakibatkan atonia uteri yang dapat menyebabkan nyeri. Lakukan dengan lembut. Perdarahan yang signifikan dapat terjadi karena penyebab lain selain atoni uteri.
• Dorongan pada plasenta diupayakan dengan tekanan manual pada fundus uteri. Bila perdarahan berlanjut pengeluaran plasenta secara manual harus dilakukan.
• Pantau tipe dan jumlah perdarahan serta konsistensi uterus yang menyertai selama berlangsungnya hal tersebut. Waspada terhadap darah yang berwarna merah dan uterus yang relaksasi yang berindikasi atoni uteri atau fragmen plasenta yang tertahan. Perdarahan vagina berwarna merah terang dan kontra indikasi uterus, mengindikasikan perdarahan akibat adanya laserasi.
• Berikan kompres es salama jam pertama setelah kelahiran pada ibu yang beresiko mengalami hematoma vagina. Jika hematoma terbentuk, gunakan rendam duduk setelah 12 jam.
• Pertahankan pemberian cairan IV dan mulai cairan IV kedua dengan ukuran jarum 18, untuk pemberian produk darah, jika diperlukan. Kirim contoh darah untuk penentuan golongan dan pemeriksaan silang, jika pemeriksaan ini belum dilakukan diruang persalinan.
• Pemberian 20 unit oksitodin dalam 1000 ml larutan RL atau saline normal, terbukti efektif bila diberikan infus intra vena + 10 ml/mnt bersama dengan mengurut uterus secara efektif
• Bila cara diatas tidak efektif, ergonovine 0,2 mg yang diberikan secara IV, dapat merangsang uterus untuk berkontraksi dan berelaksasi dengan baik, untuk mengatasi perdarahan dari tempat implantasi plasenta.
• Pantau asupan dan haluaran cairan setiap jam. Pada awalnya masukan kateter foley untuk memastikan keakuratan perhitungan haluaran.
• Berikan oksigen malalui masker atau nasal kanula. Dengan laju 7-10 L/menit bila terdapat tanda kegawatan pernafasan.
Terapi Perdarahan Postpartum karena Atonia
Bila terjadi perdarahan sebelum plasenta lahir (Retensia plasenta), ibu harus
segera minta pertolongan dokter rumah sakit terdekat. Untuk daerah terpencil
dimana terdapat bidan, maka bidan dapat melakukan tindakan dengan urutan
sebagai berikut:
• Pasang infus.
• Pemberian uterotonika intravena tiga hingga lima unit oksitosina atau
ergometrin 0,5 cc hingga 1 cc.
• Kosongkan kandung kemih dan lakukan masase ringan di uterus
• Keluarkan plasenta dengan perasat Crede, bila gagal, lanjutkan dengan
• Plasenta manual (seyogyanya di rumah sakit).
• Periksa apakah masih ada plasenta yang tertinggal. Bila masih berdarah;
• Dalam keadaan darurat dapat dilakukan penekanan pada fundus uteri atau
kompresi aorta.
Bila perdarahan terjadi setelah plasenta lahir, dapat dilakukan:
• Pemberian uterotonika intravena.
• Kosongkan kandung kemih.
• Menekan uterus-perasat Crede.
• Tahan fundus uteri/(fundus steun) atau kompresi aorta.
Tentu saja, urutan di atas dapat dilakukan jika fasilitas dan kemampuan penolong memungkinkan. Bila tidak, rujuk ke rumah sakit yang mampu melakukan operasi histerektomi, dengan terlebih dahulu memberikan uterotonika intravena serta infus cairan sebagai pertolongan pertama.
Perdarahan postpartum akibat laserasi/ Robekan Jalan Lahir
Perdarahan pasca persalinan yang terjadi pada kontraksi uterus yang kuat, keras, bisa terjadi akibat adanya robekan jalan lahir (periksa dengan spekulum dan lampu penerangan yang baik-red). Bila sudah dapat dilokalisir dari perdarahannya, jahitlah luka tersebut dengan menggunakan benang katgut dan jarum bulat.
Untuk robekan yang lokasinya dalam atau sulit dijangkau, berilah tampon pada liang senggama/vagina dan segera dirujuk dengan terlebih dahulu memasang infus dan pemberian uterotonika intravena.
2. Gangguan Psikologi Pada Masa Nifas
2.1 Post Partum Blues
Pengertian Post Partum Blues
Post Partum Blues (PBB) sering juga disebut sebagai maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelahh persalinan.
Penyebab Post Partum Blues
Dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan, tetapi bila tidak ditatalaksanai dengan baik dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman bagi wanita yang mengalaminya, dan bahkan gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis salin yang mempunyai dampak lebih buruk terutama dalam hubungan perkawinan dengan suami dan perkembangan anknya.
Gejala Post Partum Blues
Gejala-gejala yang terjadi: reaksi depresi/sedih/disforia, menagis, mudah tersinggun atau iritabilitas, cemas, labil perasaan, cendrung menyalahkan diri sendiri,gangguan tidur dan gangguan nafsu makan.
Gambaran Klinik, Pencegahan dan Penatalaksanaan
Banyak factor yang dianggap mendukung pada sindroma ini:
1. Faktor hormonal yang terlalu rendah
2. Faktor demografik yaitu umur dan parietas
3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan
4. Latar belakang psikososial yang bersangkutan
Cara mengatasinya adalah dengan mempersiapkan persalinan dengan lebih baik, maksudnya disini tidak hanya menekankan pada materi tapi yang lebih penting dari segi psikologi dan mental ibu.
Pencegahannya dapat dilakukan dengan:
1. beristirahat ketika bayi tidur
2. erolah raga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu
3. tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi
4. bicarakan rasa cemas dan komunikasikan
5. bersikap fleksibel dan bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru
6. kempatan merawat bayi hanya dating satu kali
2.2 Depresi Post Partum
Pengertian Depresi Post Partum
Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung selama 30 hari, dapat terjadi kapanpun bahkan sampai 1 tahun kedepan.
Pitt tahun 1988 dalam Pitt(regina dkk,2001) depresi post parum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan dan kehilangan libido(kehilangan selera untuk berhubungan intim dengan suami).
Llewelly-jones (1994) menyatakan wanita yang didiagnosa mengalami depresi 3 bulan pertama setelah melahirkan. Wanita tersebut secara social dan emosional meras terasingkan atau mudah tegang dalam setiap kejadian hidupnya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa depresi post partum adalah gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi pada 10 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus-menerus sampai 6 bulan atau bahkan sampai satu tahun.
Penyebab Depresi Post Partum
Disebabkan karena gangguan hormonal. Hormon yang terkait dengan terjadinya depresi post partum adalah prolaktin, steroid dan progesterone.
Pitt(regina dkk,2001) mengemukakan 4 faktor penyebab depresi post partum:
1. factor konstitusional
2. factor fisik yang etrjadi karena ketidakseimbangan hormonal
3. factor psikologi
4. factor social dan karateristik ibu
Gejala Depresi Post Partum
Gejala yang menonjol dalam depresi post partum adalah trias depresi yaitu:
1. berkurangnya energi
2. penurunan efek
3. hilang minat (anhedonia)
Ling dan Duff(2001) mengatakan bahwa gejala depresi post partum yang dialami 60% wanita mempunyai karateristik dan spesifik antara lain:
1. trauma terhadap intervensi medis yang terjadi
2. kelelahan dan perubahan mood
3. gangguan nafsu makan dan gangguan tidur
4. tidak mau berhubungan dengan orang lain
5. tidak mencintai bayinya dan ingin menyakiti bayinya atau dirinya sendiri.
Gambaran Klinik, Pencegahan dan Penatalaksanaan
Monks dkk (1988) mengatakan depresi post partum merupakan problem psikis sesudah melahirkan seperti labilitas efek, kecemasan dan depresi pada ibu yang dapat berlangsung berbulan-bulan.
Faktor resiko:
1. keadaan hormonal
2. dukungan sosial
3. emotional relationship
4. komunikasi dan kedekatan
5. struktur keluarga
6. antropologi
7. perkawinan
8. demografi
9. stressor psikososial dan lingkungan
Hormon yang terkait dengan terjadinya depresi post partum adalah prolaktin, steroid, progesteron dan estrogen.
Untuk mencegah terjadinya depresi post partum sebagai anggota keluarga harus memberikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu bila terlihat sedang sedih, dan sarankan pada ibu untuk:
1. beristirahat dengan baik
2. berolahraga yang ringan
3. berbagi cerita dengan orang lain
4. bersikap fleksible
5. bergabung dengan orang-oarang baru
6. sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis
2.3 Post Partum Psikosa
Pengertian Post Partum Psikosa
Adalah depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu setelah melahirkan.
Penyebab Post Partum Psikosa
Disebabkan karena wanita menderita bipolar disorder atau masalah psikiatrik lainnya yang disebut schizoaffektif disorder. Wanita tersebut mempunyai resiko tinggi untuk terkena post partum psikosa.
Gejala Post Partum Psikosa
Gejala yang sering terjadi adalah:
1. delusi
2. halusinasi
3. gangguan saat tidur
4. obsesi mengenai bayi
Gambaran Klinik, Pencegahan dan Penatalaksanaan
Pada wanita yang menderita penyakit ini dapat terkena perubahan mood secara drastis, dari depresi ke kegusaran dan berganti menjadi euforia dalam waktu singkat. Penderita kehilangan semangat dan kenyamanan dalam beraktifitas,sering menjauhkan diri dari teman atau keluarga, sering mengeluh sakit kepala dan nyeri dada, jantung berdebar-berdebar serta nafas terasa cepat.
Untuk mengurangi jumlah penderita ini sebagai anggota keluarga hendaknya harus lebih memperhatikan kondisi dan keadaan ibu serta memberikan dukungan psikis agar tidak merasa kehilangan perhatian.
Saran kepada penderita untuk:
1. beristirahat cukup
2. mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang
3. bergabung dengan orang-orang yang baru
4. bersikap fleksible
5. berbagi cerita dengan orang terdekat
6.sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis
MENGATASI GANGGUAN PSIKOLOGIS YANG BERHUBUNGAN DENGAN MASA NIFAS.
Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sbb :
a. Fase Taking in yaiyu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang diceritakannya. Hal ini membuat cenderung inu menjadi pasif terhadap lingkungannya.
b. Fase taking hold Yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri.
c. Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang verlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya sudah meningkat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perdarahan postpartum merupakan bagian terbanyak dari perdarahan obstetrik sebagai penyebab kematian maternal. Secara medis penyebab perdarahan postpartum disebabkan oleh faktor 4T, yakni tonus (atonia uteri), trauma (robekan jalan lahir), tissue (retensi plasenta atau sisa plasenta) dan trombin (kelainan koagulasi darah). Kegagalan penanganan perdarahan obstetrik dipengaruhi oleh beberapa faktor keterlambatan, baik keterlambatan pengenalan adanya perdarahan, intensitas perdarahan, keterlambatan transportasi dan keterlambatan dalam penanganan. Keterlambatan rujukan meningkatkan kematian maternal sebanyak 5,27 kali dan keterlambatan penanganan di rumah sakit 12,73 kali. Perdarahan lebih dari 1500 ml menaikkan kematian maternal sebanyak 4,18 kali.
Perdarahan yang terjadi dapat deras atau merembes. perdarahan yang deras biasanya akan segera menarik perhatian, sehingga cepat ditangani sedangkan perdarahan yang merembes karena kurang nampak sering kali tidak mendapat perhatian. Perdarahan yang bersifat merembes bila berlangsung lama akan mengakibatkan kehilangan darah yang banyak. Untuk menentukan jumlah perdarahan, maka darah yang keluar setelah uri lahir harus ditampung dan dicatat. Kadang-kadang perdarahan terjadi tidak keluar dari vagina, tetapi menumpuk di vagina dan di dalam uterus. Keadaan ini biasanya diketahui karena adanya kenaikan fundus uteri setelah uri keluar. Untuk menentukan etiologi dari perdarahan postpartum diperlukan pemeriksaan lengkap yang meliputi anamnesis, pemeriksaan umum, pemeriksaan abdomen dan pemeriksaan dalam.
Pada atonia uteri terjadi kegagalan kontraksi uterus, sehingga pada palpasi abdomen uterus didapatkan membesar dan lembek. Sedangkan pada laserasi jalan lahir uterus berkontraksi dengan baik sehingga pada palpasi teraba uterus yang keras. Dengan pemeriksaan dalam dilakukan eksplorasi vagina, uterus dan pemeriksaan inspekulo. Dengan cara ini dapat ditentukan adanya robekan dari serviks, vagina, hematoma dan adanya sisa-sisa plasenta.
B. Saran
Dengan adanya pelatihan diharapkan mampu mengenal faktor risiko, mengidentifikasi faktor penyebab, mengenal tanda, gejala dan menegakkan diagnosis, menilai derajat syok hemoragik, melakukan manajemen medis dan terapi cairan, melakukan rujukan, melakukan manajemen operatif, dan melakukan tranfusi dengan tepat
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono.2008.Ilmu Kebidanan.Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sastrawinata, R.S., Inversio Uteri, Obstetri Patologi, hal 238-242, Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UNDIP, Bandung, 1984.
Mansjoer Arif et.al., Perdarahan Pasca Persalinan, Ilmu Kebidanan dan Kandungan, Kapita Selekta, Edisi 3, Jilid I, hal 313, Medik Aesculapius, Jakarta, 1999.
Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadi T. Perdarahan Post Partum. Dalam : Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi 3. Jakarta : YBP-SP. 2002.
PERDARAHAN POST PARTUM dan GANGGUAN PSIKOLOGI
PADA MASA NIFAS
Dosen Pengampu : Urip Tugiarti S.SiT, M.Kes
Oleh
Kelompok 2
1. Sri Maryatun (09150188)
2. Germana Cessilia Srikandi M. (09150189)
3. Anjar Sulistya Rini (09150190)
4. Irahwati (09150191)
5. Titik Malaysiani (09150192)
6. Nur Utami (09150193)
7. Nia Lestari (09150194)
8. Ni Komang Juniati (09150195)
9. Reni Atmy Pratiwi (09150196)
10. Aminah (09150197)
Kelas A6.5
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2011/2012
I
KATA PENGANTAR
Rasa syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena atas rahmat-NYA makalah yang berjudul “Perdarahan Post Partum dan Gangguan Psikologi Pada masa Nifas” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dari mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN IV pada Universitas Respati Yogyakarta. Selama penyusunan makalah ini penulis telah banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak dalam bentuk informasi, motivasi serta dorongan moral dan spiritual, sehingga makalah ini tersusun dan dapat diselesaikan sesuai dengan rencana.
Disamping itu, penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan sudah barang tentu masih ada kesalahan-kesalahan yang luput dari pengamatan penulis. Oleh karena itu, tegur sapa dan kritik yang konstruktif dari pembaca untuk perbaikan dan penyempurnaan seperlunya sangat penulis harapkan.
Pada akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Jogyakarta, 2011
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………… 1
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………………………...2
D. Manfaat Penulisan…………………………………………………………………... 2
BAB II PEMBAHASAN
1. Perdarahan Post Partum
1.1 Pengertian perdarahan post partum……………………………………………. 3
1.2 Penyebab perdarahan post partum…………………………………….……....3
1.3 Manifestasi klinis perdarahan post partum……………………………………..4
1.4 Patofisiologi perdarahan post partum…………………………………………..5
1.5 Penatalaksanaan perdarahan post partum………………………………………10
2. Gangguan Psikologi Pada Masa Nifas
2.1 Post Partum Blues……………………………………………………………....13
2.2 Depresi Post Partum…………………………………………………………….14
2.3 Post Partum Psikosa……………………………………………………………..17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………………….. 19
B. Saran………………………………………………………………………………… 20
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perdarahan setelah melahirkan atau post partum hemorrhagic (PPH) adalah konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta, trauma di traktus genitalia dan struktur sekitarnya, atau keduanya. Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya paling sedikit 128.000 wanita mengalami perdarahan sampai meninggal. Sebagian besar kematian tersebut terjadi dalam waktu 4 jam setelah melahirkan. Di Inggris (2000), separuh kematian ibu hamil akibat perdarahan disebabkan oleh perdarahan post partum.
Di Indonesia, sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah sakit, sehingga sering pasien yang bersalin di luar kemudian terjadi perdarahan post partum terlambat sampai ke rumah sakit, saat datang keadaan umumnya sudah memburuk, akibatnya mortalitas tinggi. Menurut Depkes RI, kematian ibu di Indonesia (2002) adalah 650 ibu tiap 100.000 kelahiran hidup dan 43% dari angka tersebut disebabkan oleh perdarahan post partum. Apabila terjadi perdarahan yang berlebihan pasca persalinan harus dicari etiologi yang spesifik. Atonia uteri, retensio plasenta (termasuk plasenta akreta dan variannya), sisa plasenta, dan laserasi traktus genitalia merupakan penyebab sebagian besar perdarahan post partum. Dalam 20 tahun terakhir, plasenta akreta mengalahkan atonia uteri sebagai penyebab tersering perdarahan post partum yang keparahannya mengharuskan dilakukan tindakan histerektomi. Laserasi traktus genitalia yang dapat terjadi sebagai penyebab perdarahan post partum antara lain laserasi perineum, laserasi vagina, dan cedera pada serviks uteri. Selain itu patologi kebidanan adalah salah satu masalah dalam pelayanan kesehatan dan harus dikenali gejalanya sejak dini. Pada bab ini kita sebagai bidan harus bisa mengidentifikasi gangguan psikologi post partum diantaranya depresi post parum, post partum blues, dan post partum psikosa.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perdarahan post partum?
2. Apa saja faktor penyebab perdarahan post partum ?
3. Bagaimana patofisiologi perdarahan post partum dan ?
4. Bagaimana penatalaksanaan perdarahan post partum ?
5. Apa yang dimaksud dengan gangguan psikologi pada masa nifas?
6. Apa saja faktor penyebab gangguan psikologi pada masa nifas ?
7. Bagaimana patofisiologi gangguan psikologi pada masa nifas?
8. Bagaimana penatalaksanaan gangguan psikologi pada masa nifas?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Pengertian perdarahan post partum.
2. Faktor penyebab perdarahan post partum.
3. Patofisiologi perdarahan post partum
4. Penatalaksanaan perdrahan post partum
5. Pengertian gangguan psikologi pada masa nifas
6. Faktor penyebab gangguan psikologi pada masa nifas
7. Patofisiologi gangguan psikologi pada masa nifas
8. Penatalaksanaan gangguan psikologi pada masa nifas
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini untuk mengetahui berbagai factor atau berbagai hal yang berhubungan dengan perdarahan post partum dan gangguan psikologi pada masa nifas sehingga dapat dilakukan upaya-upaya pencegahan dan penanganannya bila terjadi masalah tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Perdarahan post partum
1.1 Pengertian
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak dan plasenta lahir.
Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
A. Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
B. Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan post partum :
1. Menghentikan perdarahan.
2. Mencegah timbulnya syok.
3. Mengganti darah yang hilang.
Frekuensi perdarahan post partum 4/5-15 % dari seluruh persalinan. Berdasarkan penyebabnya:
1. Atoni uteri (50-60%).
2. Retensio plasenta (16-17%).
3. Sisa plasenta (23-24%).
4. Laserasi jalan lahir (4-5%).
5. Kelainan darah (0,5-0,8%).
1.2 Penyebab perdarahan post partum
Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:
1. Atonia Uteri
2. Retensi Plasenta
3. Sisa Plasenta dan selaput ketuban
- Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)
- Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)
4. Trauma jalan lahir
a. Episiotomi yang lebar
b. Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim
c. Rupture uteri
5. Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia /hipofibrinogenemia.
Tanda yang sering dijumpai :
- Perdarahan yang banyak.
- Solusio plasenta.
- Kematian janin yang lama dalam kandungan.
- Pre eklampsia dan eklampsia.
- Infeksi, hepatitis dan syok septik.
6. Hematoma
7. Inversi Uterus
8. Subinvolusi Uterus
Hal-hal yang dicurigai akan menimbulkan perdarahan pasca persalinan. Yaitu;
• Riwayat persalinan yang kurang baik, misalnya:
1. Riwayat perdarahan pada persalinan yang terdahulu.
2. Grande multipara (lebih dari empat anak).
3. Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari dua tahun).
4. Bekas operasi Caesar.
5. Pernah abortus (keguguran) sebelumnya.
• Hasil pemeriksaan waktu bersalin, misalnya:
1. Persalinan/kala II yang terlalu cepat, sebagai contoh setelah ekstraksi vakum, forsep.
2. Uterus terlalu teregang, misalnya pada hidramnion, kehamilan kembar, anak besar.
3. Uterus yang kelelahan, persalinan lama.
4. Uterus yang lembek akibat narkosa.
5. Inversi uteri primer dan sekunder.
1.3 Manifestasi Klinis Perdarahan Post Partum
Gejala Klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah yang banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, mual.
Gejala Klinis berdasarkan penyebab:
a. Atonia Uteri
Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan perdarahan segera setelah anak lahir (perdarahan postpartum primer) Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain)
b. Robekan jalan lahir
Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir segera setelah bayi lahir, kontraksi uteru baik, plasenta baik. Gejala yang kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil.
c. Retensio plasenta
Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan
d. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)
Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah ) tidak lengkap dan perdarahan segera. Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
e. Inversio uterus
Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau berat. Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat
1.4 Patofisiologi Perdarahan Post Partum
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah-pembuluh darah yang melebar tadi tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi terus menerus. Trauma jalan lahir seperti epiostomi yang lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada ibu; misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak ada atau kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga merupakan penyebab dari perdarahan postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa mendorong pada keadaan shock hemoragik.
Perbedaan perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri dan robekan jalan lahir adalah:
• Atonia uteri (sebelum/sesudah plasenta lahir).
1. Kontraksi uterus lembek, lemah, dan membesar (fundus uteri masih tinggi.
2. Perdarahan terjadi beberapa menit setelah anak lahir.
3. Bila kontraksi lemah, setelah masase atau pemberian uterotonika, kontraksi
yang lemah tersebut menjadi kuat.
• Robekan jalan lahir (robekan jaringan lunak).
1. Kontraksi uterus kuat, keras dan mengecil.
2. Perdarahan terjadi langsung setelah anak lahir. Perdarahan ini terus-menerus. Penanganannya, ambil spekulum dan cari robekan.
3. Setelah dilakukan masase atau pemberian uterotonika langsung uterus mengeras tapi perdarahan tidak berkurang
Perdarahan Postpartum akibat Atonia Uteri
Perdarahan postpartum dapat terjadi karena terlepasnya sebagian plasenta dari rahim dan sebagian lagi belum karena perlukaan pada jalan lahir atau karena atonia uteri. Atoni uteri merupakan sebab terpenting perdarahan postpartum. Atonia uteri dapat terjadi karena proses persalinan yang lama; pembesaran rahim yang berlebihan pada waktu hamil seperti pada hamil kembar atau janin besar; persalinan yang sering (multiparitas) atau anestesi yang dalam. Atonia uteri juga dapat terjadi bila ada usaha mengeluarkan plasenta dengan memijat dan mendorong rahim ke bawah sementara plasenta belum lepas dari rahim. Perdarahan yang banyak dalam waktu pendek dapat segera diketahui. Tapi bila perdarahan sedikit dalam waktu lama tanpa disadari penderita telah kehilangan banyak darah sebelum tampak pucat dan gejala lainnya. Pada perdarahan karena atonia uteri, rahim membesar dan lembek.
Terapi terbaik adalah pencegahan. Anemia pada kehamilan harus diobati karena perdarahan yang normal pun dapat membahayakan seorang ibu yang telah mengalami anemia. Bila sebelumnya pernah mengalami perdarahan postpartum, persalinan berikutnya harus di rumah sakit. Pada persalinan yang lama diupayakan agar jangan sampai terlalu lelah. Rahim jangan dipijat dan didorong ke bawah sebelum plasenta lepas dari dinding rahim. Pada perdarahan yang timbul setelah janin lahir dilakukan upaya penghentian perdarahan secepat mungkin dan mengangatasi akibat perdarahan. Pada perdarahan yang disebabkan atonia uteri dilakukan massage rahim dan suntikan ergometrin ke dalam pembuluh balik. Bila tidak memberi hasil yang diharapkan dalam waktu singkat, dilakukan kompresi bimanual pada rahim, bila perlu dilakukan tamponade utero vaginal, yaitu dimasukkan tampon kasa kedalam rahim sampai rongga rahim terisi penuh. Pada perdarahan postpartum ada kemungkinann dilakukan pengikatan pembuluh nadi yang mensuplai darah ke rahim atau pengangkatan rahim.
Gambar 1. Perdarahan Postpartum Akibat Atonia Uteri
Adapun Faktor predisposisi terjadinya atonia uteri : Umur, Paritas, Partus lama dan partus terlantar, Obstetri operatif dan narkosa, Uterus terlalu regang dan besar misalnya pada gemelli, hidramnion atau janin besar, Kelainan pada uterus seperti mioma uterii, uterus couvelair pada solusio plasenta, Faktor sosio ekonomi yaitu malnutrisi.
Perdarahan Pospartum akibat Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir selama 1 jam setelah bayi lahir. Penyebab retensio plasenta :
1. Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan tumbuh lebih
dalam. Menurut tingkat perlekatannya :
a. Plasenta adhesiva : plasenta yang melekat pada desidua endometrium lebih dalam.
b. Plasenta inkreta : vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua endometrium sampai ke miometrium.
c. Plasenta akreta : vili khorialis tumbuh menembus miometrium sampai
keserosa.
d. Plasenta perkreta : vili khorialis tumbuh menembus serosa atau peritoneum dinding rahim.
2. Plasenta sudah terlepas dari dinding rahim namun belum keluar karena atoni uteri atau adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim (akibat
kesalahan penanganan kala III) yang akan menghalangi plasenta keluar
(plasenta inkarserata). Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan tetapi bila sebagian plasenta sudah lepas maka akan terjadi perdarahan. Ini merupakan indikasi untuk segera mengeluarkannya. Plasenta mungkin pula tidak keluar karena kandung kemih atau rektum penuh. Oleh karena itu keduanya harus dikosongkan.
Perdarahan Postpartum akibat Subinvolusi
Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal involusi, dan keadaan ini merupakan salah satu dari penyebab terumum perdarahan pascapartum. Biasanya tanda dan gejala subinvolusi tidak tampak, sampai kira-kira 4 hingga 6 minggu pascapartum. Fundus uteri letaknya tetap tinggi di dalam abdomen/ pelvis dari yang diperkirakan. Keluaran lokia seringkali gagal berubah dari bentuk rubra ke bntuk serosa, lalu ke bentuk lokia alba. Lokia bisa tetap dalam bentuk rubra, atau kembali ke bentuk rubra dalam beberapa hari pacapartum. Lokia yang tetap bertahan dalam bentuk rubra selama lebih dari 2 minggu pascapatum sangatlah perlu dicurigai terjadi kasus subinvolusi. Jumlah lokia bisa lebih banyak dari pada yang diperkirakan. Leukore, sakit punggung, dan lokia berbau menyengat, bisa terjadi jika ada infeksi. Ibu bisa juga memiliki riwayat perdarahan yang tidak teratur, atau perdarahan yang berlebihan setelah kelahiran.
Perdarahan Postpartum akibat Inversio Uteri
Inversio Uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri. Uterus dikatakan mengalami inverse jika bagian dalam menjadi di luar saat melahirkan plasenta. Reposisi sebaiknya segera dilakukan dengan berjalannya waktu, lingkaran konstriksi sekitar uterus yang terinversi akan mengecil dan uterus akan terisi darah.
Pembagian inversio uteri :
1. Inversio uteri ringan : Fundus uteri terbalik menonjol ke dalam kavum uteri namun belum keluar dari ruang rongga rahim.
2. Inversio uteri sedang : Terbalik dan sudah masuk ke dalam vagina.
3. Inversio uteri berat : Uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian sudah keluar vagina.
Penyebab inversio uteri :
1. Spontan : grande multipara, atoni uteri, kelemahan alat kandungan, tekanan intra abdominal yang tinggi (mengejan dan batuk).
2. Tindakan : cara Crade yang berlebihan, tarikan tali pusat, manual plasenta yang dipaksakan, perlekatan plasenta pada dinding rahim.
Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya inversio uteri :
1. Uterus yang lembek, lemah, tipis dindingnya.
2. Tarikan tali pusat yang berlebihan.
Frekuensi inversio uteri : angka kejadian 1 : 20.000 persalinan.
Gejala klinis inversio uteri :
- Dijumpai pada kala III atau post partum dengan gejala nyeri yang hebat, perdarahan yang banyak sampai syok. Apalagbila plasenta masih melekat dan sebagian sudah ada yang terlepas dan dapat terjadi strangulasi dan nekrosis.
- Pemeriksaan dalam :
1.Bila masih inkomplit maka pada daerah simfisis uterus teraba fundus uteri cekung ke dalam.
2.Bila komplit, di atas simfisis uterus teraba kosong dan dalam vagina teraba tumor lunak.
3. Kavum uteri sudah tidak ada (terbalik).
Perdarahan Postpartum Akibat Hematoma
Hematoma terjadi karena kompresi yang kuat disepanjang traktus genitalia, dan tampak sebagai warna ungu pada mukosa vagina atau perineum yang ekimotik. Hematoma yang kecil diatasi dengan es, analgesic dan pemantauan yang terus menerus. Biasanya hematoma ini dapat diserap kembali secara alami.
Perdarahan Postpartum akibat Laserasi /Robekan Jalan Lahir
Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan postpartum. Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan postpartum dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robelan servik atau vagina.
- Robekan Serviks
Persalinan Selalu mengakibatkan robekan serviks sehingga servik seorang multipara berbeda dari yang belum pernah melahirkan pervaginam. Robekan servik yang luas menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah uterus. Apabila terjadi perdarahan yang tidak berhenti, meskipun plasenta sudah lahir lengkap dan uterus sudah berkontraksi dengan baik, perlu dipikirkan perlukaan jalan lahir, khususnya robekan servik uteri
- Robekan Vagina
Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi lebih sering terjadi sebagai akibat ekstraksi dengan cunam, terlebih apabila kepala janin harus diputar. Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan speculum.
- Robekan Perineum
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi digaris tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkum ferensia suboksipito bregmatika. Laserasi pada traktus genitalia sebaiknya dicurigai, ketika terjadi perdarahan yang berlangsung lama yang menyertai kontraksi uterus yang kuat.
1.5 Penatalaksanaan Perdarahan Post Partum
Dengan adanya perdarahan yang keluar pada kala III, bila tidak berkontraksi dengan kuat, uterus harus diurut :
• Pijat dengan lembut boggi uterus, sambil menyokong segmen uterus bagian bawah untuk menstimulasi kontraksi dan kekuatan penggumpalan. Waspada terhadap kekuatan pemijatan. Pemijatan yang kuat dapat meletihkan uterus, mengakibatkan atonia uteri yang dapat menyebabkan nyeri. Lakukan dengan lembut. Perdarahan yang signifikan dapat terjadi karena penyebab lain selain atoni uteri.
• Dorongan pada plasenta diupayakan dengan tekanan manual pada fundus uteri. Bila perdarahan berlanjut pengeluaran plasenta secara manual harus dilakukan.
• Pantau tipe dan jumlah perdarahan serta konsistensi uterus yang menyertai selama berlangsungnya hal tersebut. Waspada terhadap darah yang berwarna merah dan uterus yang relaksasi yang berindikasi atoni uteri atau fragmen plasenta yang tertahan. Perdarahan vagina berwarna merah terang dan kontra indikasi uterus, mengindikasikan perdarahan akibat adanya laserasi.
• Berikan kompres es salama jam pertama setelah kelahiran pada ibu yang beresiko mengalami hematoma vagina. Jika hematoma terbentuk, gunakan rendam duduk setelah 12 jam.
• Pertahankan pemberian cairan IV dan mulai cairan IV kedua dengan ukuran jarum 18, untuk pemberian produk darah, jika diperlukan. Kirim contoh darah untuk penentuan golongan dan pemeriksaan silang, jika pemeriksaan ini belum dilakukan diruang persalinan.
• Pemberian 20 unit oksitodin dalam 1000 ml larutan RL atau saline normal, terbukti efektif bila diberikan infus intra vena + 10 ml/mnt bersama dengan mengurut uterus secara efektif
• Bila cara diatas tidak efektif, ergonovine 0,2 mg yang diberikan secara IV, dapat merangsang uterus untuk berkontraksi dan berelaksasi dengan baik, untuk mengatasi perdarahan dari tempat implantasi plasenta.
• Pantau asupan dan haluaran cairan setiap jam. Pada awalnya masukan kateter foley untuk memastikan keakuratan perhitungan haluaran.
• Berikan oksigen malalui masker atau nasal kanula. Dengan laju 7-10 L/menit bila terdapat tanda kegawatan pernafasan.
Terapi Perdarahan Postpartum karena Atonia
Bila terjadi perdarahan sebelum plasenta lahir (Retensia plasenta), ibu harus
segera minta pertolongan dokter rumah sakit terdekat. Untuk daerah terpencil
dimana terdapat bidan, maka bidan dapat melakukan tindakan dengan urutan
sebagai berikut:
• Pasang infus.
• Pemberian uterotonika intravena tiga hingga lima unit oksitosina atau
ergometrin 0,5 cc hingga 1 cc.
• Kosongkan kandung kemih dan lakukan masase ringan di uterus
• Keluarkan plasenta dengan perasat Crede, bila gagal, lanjutkan dengan
• Plasenta manual (seyogyanya di rumah sakit).
• Periksa apakah masih ada plasenta yang tertinggal. Bila masih berdarah;
• Dalam keadaan darurat dapat dilakukan penekanan pada fundus uteri atau
kompresi aorta.
Bila perdarahan terjadi setelah plasenta lahir, dapat dilakukan:
• Pemberian uterotonika intravena.
• Kosongkan kandung kemih.
• Menekan uterus-perasat Crede.
• Tahan fundus uteri/(fundus steun) atau kompresi aorta.
Tentu saja, urutan di atas dapat dilakukan jika fasilitas dan kemampuan penolong memungkinkan. Bila tidak, rujuk ke rumah sakit yang mampu melakukan operasi histerektomi, dengan terlebih dahulu memberikan uterotonika intravena serta infus cairan sebagai pertolongan pertama.
Perdarahan postpartum akibat laserasi/ Robekan Jalan Lahir
Perdarahan pasca persalinan yang terjadi pada kontraksi uterus yang kuat, keras, bisa terjadi akibat adanya robekan jalan lahir (periksa dengan spekulum dan lampu penerangan yang baik-red). Bila sudah dapat dilokalisir dari perdarahannya, jahitlah luka tersebut dengan menggunakan benang katgut dan jarum bulat.
Untuk robekan yang lokasinya dalam atau sulit dijangkau, berilah tampon pada liang senggama/vagina dan segera dirujuk dengan terlebih dahulu memasang infus dan pemberian uterotonika intravena.
2. Gangguan Psikologi Pada Masa Nifas
2.1 Post Partum Blues
Pengertian Post Partum Blues
Post Partum Blues (PBB) sering juga disebut sebagai maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelahh persalinan.
Penyebab Post Partum Blues
Dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan, tetapi bila tidak ditatalaksanai dengan baik dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman bagi wanita yang mengalaminya, dan bahkan gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis salin yang mempunyai dampak lebih buruk terutama dalam hubungan perkawinan dengan suami dan perkembangan anknya.
Gejala Post Partum Blues
Gejala-gejala yang terjadi: reaksi depresi/sedih/disforia, menagis, mudah tersinggun atau iritabilitas, cemas, labil perasaan, cendrung menyalahkan diri sendiri,gangguan tidur dan gangguan nafsu makan.
Gambaran Klinik, Pencegahan dan Penatalaksanaan
Banyak factor yang dianggap mendukung pada sindroma ini:
1. Faktor hormonal yang terlalu rendah
2. Faktor demografik yaitu umur dan parietas
3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan
4. Latar belakang psikososial yang bersangkutan
Cara mengatasinya adalah dengan mempersiapkan persalinan dengan lebih baik, maksudnya disini tidak hanya menekankan pada materi tapi yang lebih penting dari segi psikologi dan mental ibu.
Pencegahannya dapat dilakukan dengan:
1. beristirahat ketika bayi tidur
2. erolah raga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu
3. tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi
4. bicarakan rasa cemas dan komunikasikan
5. bersikap fleksibel dan bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru
6. kempatan merawat bayi hanya dating satu kali
2.2 Depresi Post Partum
Pengertian Depresi Post Partum
Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung selama 30 hari, dapat terjadi kapanpun bahkan sampai 1 tahun kedepan.
Pitt tahun 1988 dalam Pitt(regina dkk,2001) depresi post parum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan dan kehilangan libido(kehilangan selera untuk berhubungan intim dengan suami).
Llewelly-jones (1994) menyatakan wanita yang didiagnosa mengalami depresi 3 bulan pertama setelah melahirkan. Wanita tersebut secara social dan emosional meras terasingkan atau mudah tegang dalam setiap kejadian hidupnya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa depresi post partum adalah gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi pada 10 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus-menerus sampai 6 bulan atau bahkan sampai satu tahun.
Penyebab Depresi Post Partum
Disebabkan karena gangguan hormonal. Hormon yang terkait dengan terjadinya depresi post partum adalah prolaktin, steroid dan progesterone.
Pitt(regina dkk,2001) mengemukakan 4 faktor penyebab depresi post partum:
1. factor konstitusional
2. factor fisik yang etrjadi karena ketidakseimbangan hormonal
3. factor psikologi
4. factor social dan karateristik ibu
Gejala Depresi Post Partum
Gejala yang menonjol dalam depresi post partum adalah trias depresi yaitu:
1. berkurangnya energi
2. penurunan efek
3. hilang minat (anhedonia)
Ling dan Duff(2001) mengatakan bahwa gejala depresi post partum yang dialami 60% wanita mempunyai karateristik dan spesifik antara lain:
1. trauma terhadap intervensi medis yang terjadi
2. kelelahan dan perubahan mood
3. gangguan nafsu makan dan gangguan tidur
4. tidak mau berhubungan dengan orang lain
5. tidak mencintai bayinya dan ingin menyakiti bayinya atau dirinya sendiri.
Gambaran Klinik, Pencegahan dan Penatalaksanaan
Monks dkk (1988) mengatakan depresi post partum merupakan problem psikis sesudah melahirkan seperti labilitas efek, kecemasan dan depresi pada ibu yang dapat berlangsung berbulan-bulan.
Faktor resiko:
1. keadaan hormonal
2. dukungan sosial
3. emotional relationship
4. komunikasi dan kedekatan
5. struktur keluarga
6. antropologi
7. perkawinan
8. demografi
9. stressor psikososial dan lingkungan
Hormon yang terkait dengan terjadinya depresi post partum adalah prolaktin, steroid, progesteron dan estrogen.
Untuk mencegah terjadinya depresi post partum sebagai anggota keluarga harus memberikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu bila terlihat sedang sedih, dan sarankan pada ibu untuk:
1. beristirahat dengan baik
2. berolahraga yang ringan
3. berbagi cerita dengan orang lain
4. bersikap fleksible
5. bergabung dengan orang-oarang baru
6. sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis
2.3 Post Partum Psikosa
Pengertian Post Partum Psikosa
Adalah depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu setelah melahirkan.
Penyebab Post Partum Psikosa
Disebabkan karena wanita menderita bipolar disorder atau masalah psikiatrik lainnya yang disebut schizoaffektif disorder. Wanita tersebut mempunyai resiko tinggi untuk terkena post partum psikosa.
Gejala Post Partum Psikosa
Gejala yang sering terjadi adalah:
1. delusi
2. halusinasi
3. gangguan saat tidur
4. obsesi mengenai bayi
Gambaran Klinik, Pencegahan dan Penatalaksanaan
Pada wanita yang menderita penyakit ini dapat terkena perubahan mood secara drastis, dari depresi ke kegusaran dan berganti menjadi euforia dalam waktu singkat. Penderita kehilangan semangat dan kenyamanan dalam beraktifitas,sering menjauhkan diri dari teman atau keluarga, sering mengeluh sakit kepala dan nyeri dada, jantung berdebar-berdebar serta nafas terasa cepat.
Untuk mengurangi jumlah penderita ini sebagai anggota keluarga hendaknya harus lebih memperhatikan kondisi dan keadaan ibu serta memberikan dukungan psikis agar tidak merasa kehilangan perhatian.
Saran kepada penderita untuk:
1. beristirahat cukup
2. mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang
3. bergabung dengan orang-orang yang baru
4. bersikap fleksible
5. berbagi cerita dengan orang terdekat
6.sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis
MENGATASI GANGGUAN PSIKOLOGIS YANG BERHUBUNGAN DENGAN MASA NIFAS.
Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sbb :
a. Fase Taking in yaiyu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang diceritakannya. Hal ini membuat cenderung inu menjadi pasif terhadap lingkungannya.
b. Fase taking hold Yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri.
c. Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang verlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya sudah meningkat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perdarahan postpartum merupakan bagian terbanyak dari perdarahan obstetrik sebagai penyebab kematian maternal. Secara medis penyebab perdarahan postpartum disebabkan oleh faktor 4T, yakni tonus (atonia uteri), trauma (robekan jalan lahir), tissue (retensi plasenta atau sisa plasenta) dan trombin (kelainan koagulasi darah). Kegagalan penanganan perdarahan obstetrik dipengaruhi oleh beberapa faktor keterlambatan, baik keterlambatan pengenalan adanya perdarahan, intensitas perdarahan, keterlambatan transportasi dan keterlambatan dalam penanganan. Keterlambatan rujukan meningkatkan kematian maternal sebanyak 5,27 kali dan keterlambatan penanganan di rumah sakit 12,73 kali. Perdarahan lebih dari 1500 ml menaikkan kematian maternal sebanyak 4,18 kali.
Perdarahan yang terjadi dapat deras atau merembes. perdarahan yang deras biasanya akan segera menarik perhatian, sehingga cepat ditangani sedangkan perdarahan yang merembes karena kurang nampak sering kali tidak mendapat perhatian. Perdarahan yang bersifat merembes bila berlangsung lama akan mengakibatkan kehilangan darah yang banyak. Untuk menentukan jumlah perdarahan, maka darah yang keluar setelah uri lahir harus ditampung dan dicatat. Kadang-kadang perdarahan terjadi tidak keluar dari vagina, tetapi menumpuk di vagina dan di dalam uterus. Keadaan ini biasanya diketahui karena adanya kenaikan fundus uteri setelah uri keluar. Untuk menentukan etiologi dari perdarahan postpartum diperlukan pemeriksaan lengkap yang meliputi anamnesis, pemeriksaan umum, pemeriksaan abdomen dan pemeriksaan dalam.
Pada atonia uteri terjadi kegagalan kontraksi uterus, sehingga pada palpasi abdomen uterus didapatkan membesar dan lembek. Sedangkan pada laserasi jalan lahir uterus berkontraksi dengan baik sehingga pada palpasi teraba uterus yang keras. Dengan pemeriksaan dalam dilakukan eksplorasi vagina, uterus dan pemeriksaan inspekulo. Dengan cara ini dapat ditentukan adanya robekan dari serviks, vagina, hematoma dan adanya sisa-sisa plasenta.
B. Saran
Dengan adanya pelatihan diharapkan mampu mengenal faktor risiko, mengidentifikasi faktor penyebab, mengenal tanda, gejala dan menegakkan diagnosis, menilai derajat syok hemoragik, melakukan manajemen medis dan terapi cairan, melakukan rujukan, melakukan manajemen operatif, dan melakukan tranfusi dengan tepat
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono.2008.Ilmu Kebidanan.Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sastrawinata, R.S., Inversio Uteri, Obstetri Patologi, hal 238-242, Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UNDIP, Bandung, 1984.
Mansjoer Arif et.al., Perdarahan Pasca Persalinan, Ilmu Kebidanan dan Kandungan, Kapita Selekta, Edisi 3, Jilid I, hal 313, Medik Aesculapius, Jakarta, 1999.
Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadi T. Perdarahan Post Partum. Dalam : Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi 3. Jakarta : YBP-SP. 2002.
askeb hamil patologi dengan plasenta previa
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL PATOLOGIS
NY “J” UMUR 24 TAHUN G1 P0 A0 UMUR KEHAMILAN 30+4 MINGGU
DENGAN PLACENTA PREVIA
DI RB KASIH IBU SETURAN SLEMAN YOGYAKARTA
No. Register : 340310
Tanggal Pengkajian : 04 – 04 – 2011, jam 15.00 WIB
Nama Pengkaji : Bidan Sri Rahayu
I. PENGKAJIAN DATA tanggal: 04-04-2011, jam: 15.00 WIB oleh: Bidan
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Ibu Suami
Nama : Ny “J” Tn “T”
Umur : 24 th 26 th
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Wiraswasta
Alamat : Jl. Kapas Kledokan CT, Depok Sleman Yogyakarta
2. Alasan datang
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya.
3. Keluhan utama
Ibu mengatakan perdarahan yang berwarna merah segar dan tanpa rasa nyeri sudah 2x ganti pembalut sejak tanggal 04-04-2011 jam 11.00 WIB.
4. Riwayat menstruasi
Menarche : 12 tahun Siklus : 28 hari
Lama : 5 hari Teratur : teratur
Sifat darah : cair Keluhan : tidak ada
5. Riwayat perkawinan
Status pernikahan : syah Menikah ke : I
Lama : 1 tahun Usia menikah pertama kali : 23 tahun
6. Riwayat obstetric : G1 P0 A0 Ah0
Hamil
Ke- Persalinan Nifas
Tanggal Umur
Kehamilan Jns
Persalinan penolong Komplikasi JK BB
Lahir laktasi komplikasi
1. Kehamilan sekarang
7. Riwayat kontrasepsi yang digunakan
No Jenis
Kontrasepsi Pasang Lepas
Tgl Oleh Tempat Keluhan Tgl Oleh Tempat Keluhan
Ibu mengatakan Belum pernah menggu nakan KB
8. Riwayat kehamilan sekarang
a. HPHT : 02 - 09 - 2010 HPL : 09 – 06 - 2011
b. ANC pertama umur kehamilan : 8 minggu
c. Kunjungan ANC :
Trimester I
Frekuensi : 2x, Tempat : RB Kasih Ibu Oleh : Bidan
Keluhan : mual muntah
Terapi : B6
Trimester II
Frekuensi : 3x, Tempat : RB Kasih ibu Oleh : bidan
Keluhan : tidak ada
Terapi : kalk, tablet Fe
Trimester III
Frekuensi : 2x, Tempat : RB Kasih ibu Oleh : bidan
Keluhan : perdarahan pervagina
Terapi : tablet Fe , vitamin C
d. Imunisasi TT
TT1 pada saat usia kehamilan 12 minggu
TT2 pada saat usia kehamilan 16 minggu
e. Pergerakan janin selama 24 jam (dalam sehari)
Ibu mengatakan gerakan janin > 10x sehari
9. Riwayat kesehatan
a. Penyakit yang pernah/sedang diderita (menular, menurun dan menahun)
Ibu mengatakan tidak pernah/sedang menderita penyakit menular: PMS, HIV/AIDS, TBC, hepatitis, menurun: hipertensi, asma, DM, dan menahun: jantung.
b. Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga (menular, menurun dan menahun)
Ibu mengatakan baik dari keluarga ibu maupun suami tidak pernah/sedang menderita penyakit menular: PMS, HIV/AIDS, TBC, hepatitis, menurun: hipertensi, asma, DM, dan menahun: jantung.
c. Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat keturunan kembar.
d. Riwayat operasi
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat operasi.
e. Riwayat alergi obat
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat alergi obat.
10. Pola pemenuhan kebutuhan sehari – hari
a. Pola Nutrisi
Sebelum hamil Saat hamil
Makan
Frekuensi : 3x sehari 4x sehari
Porsi : 1 piring 1 piring
Jenis : nasi, sayur, lauk nasi, sayur, lauk
Pantangan : tidak ada tidak ada
Keluhan : tidak ada tidak ada
Minum
Frekuensi : 5x sehari 6x sehari
Porsi : 1 gelas 1 gelas
Jenis : air putih, teh air putih, teh
Pantangan : tidak ada tidak ada
Keluhan : tidak ada tidak ada
b. Pola eliminasi
BAB
Frekuensi : 1x sehari 1x sehari
Konsistensi : lembek lembek
Warna : kuning kecoklatan kuning kecoklatan
Keluhan : tidak ada tidak ada
BAK
Frekuensi : 6x sehari 6x sehari
Konsistensi : cair cair
Warna : kuning jernih kuning jernih
Keluhan : tidak ada tidak ada
c. Pola istirahat
Tidur siang
Lama : 1 jam 1 jam
Keluhan : tidak ada tidak ada
Tidur malam
Lama : 7 jam 7-8 jam
Keluhan : tidak ada tidak ada
d. Personal hygiene
Mandi : 2x/ hari 2x/ hari
Gosok gigi : 2x/ hari 2x/ hari
Keramas : 3x/ minggu 3x/ minggu
Ganti pakaian : 2x/ hari 2x/ hari
e. Pola seksualitas
Frekuensi : 3x/ minggu 1x/ minggu
Keluhan : tidak ada tidak ada
f. Pola aktivitas (terkait kegiatan fisik, olahraga)
Ibu mengatakan selain menjadi IRT juga sering membantu suaminya berdagang.
11. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan (merokok, minum jamu, minuman beralkohol)
Ibu mengatakan tidak memiliki kebiasaan yang mengganggu kesehatan seperti merokok, minum jamu, dan minum minuman beralkohol.
12. Psikososiospiritual (penerimaan ibu/suami/keluarga terhadap kehamilan, dukungan sosial, perencanaan persalinan, pemberian ASI, perawatan bayi, kegiatan ibadah, kegiatan sosial, dan persiapan keuangan ibu dan keluarga)
a. Ibu mengatakan senang dengan kehamilannya.
b. Ibu mengatakan hubungan ibu dengan tetangga baik dan ramah.
c. Ibu mengatakan suami dan keluarga mendukung kehamilannya.
d. Ibu maengatakan taat menjalani ibadah.
e. Ibu mengatakan suami yang menjadi tulang punggung keluarga.
13. Pengetahuan ibu ( tentang kehamilan, persalinan, dan laktasi )
a. Ibu mengatakan belum mengetahui tentang kehamilan.
b. Ibu mengatakan belum mengetahui tentang persalinan.
c. Ibu mengatakan belum mengetahui tentang laktasi.
14. Lingkungan yang berpengaruh ( sekitar rumah dan hewan peliharaan )
a. Ibu mengatakan lingkungan sekitar rumah bersih dan nyaman.
b. Ibu mengatakan tidak memiliki hewan peliharaan.
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : CM
Status emosional : stabil
Tanda vital sign :
Tekanan darah : 100/70 mmHg berat badan : 60kg
Pernapasan : 22x/ menit tinggi badan : 157 cm
Nadi : 88x/ menit LILA : 24 cm
suhu : 370 C
2. Pemeriksaan fisik
• Rambut: lurus, tidak ada ketombe, dan tidak mudah rontok keadaan bersih.
• Muka: bentuk simetris, pucat, tidak ada oedema.
• Mata: bentuk simetris, tidak ada pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva pucat, seklera tidak ikterik, berfungsi dengan baik, keadaan bersih.
• Hidung: bentuk simetris, keadaan bersih, dan tidak ada pembesaran polip.
• Mulut : tidak ada kelalinan , tidak terdapat stomatitis, keadaan gigi bersih, tidak adacarises, tidak ada pembesaran tonsil.
• Telinga : bentuk simetris, keadaan bersih, fungsi pendengaran baik.
• Leher: tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar limpa, dan tidak ada pembengkakan vena jugularis.
• Dada: pernafasan baik tidak ada rochi dan wheezing, payudara menonjol hiperpigmentasi , tidak ada benjolan, abnormal, colostrums belum keluar.
• Abdomen : bentuk simetris, membesar sesuai dengan usia kehamilan, tidak ada cacat, tidak ada bekas operasi, tidak ada nyeri tekan pada saat dipalpasi.
Palpasi Leopold
Leopold I : TFU terpegang antara Px dengan pusat, pada fundus teraba keras bundar melenting yang berarti kepala
Leopold II : Perut ibu sebelah kiri teraba lebar dan memberikan tahanan yang besar berarti punggung janin. (PUKI) perut sebelah kanan teraba bagian-bagian janin yang kecil berarti extremitas.
Leopold III : Pada bagian terbawah janin teraba ada satu bantalan yang mengganjal pada bagian segmen bawah rahim.
Leopold IV : bagian terbawah janin belum masuk PAP (divergen)
DJJ: 110x/menit
TFU : 30cm, TBJ= (30-12)x 155=2790 gram
• Punggung : normal tidak ada kelainan.
• Genetalia : ada pengeluaran darah pervaginam banyaknya 200cc. tidak varises dan tidak oedema.
• Ektermitas : bentuk simetris, tidak ada cacat, tidak ada oedema, dapat berfungsi dengan baik.
• Anus: tidak ada hemoroid.
3. Pemeriksaan penunjang
USG : pada USG terlihat ada bagian yang menutupi jalan lahir yaitu plasenta. Tanggal 04/04/2011 jam 15.15 WIB.
Pemeriksaan Hb: 7 % gr tanggal 04/04/2011 jam 15.30 WIB
4. Data penunjang
Tidak ada
II. INTERPRETASI DATA
A. Diagnose kebidanan
Seorang ibu Ny.”J” umur 24 tahun G1P0A0Ah0 umur kehamilan 30+4 minggu janin tunggal, hidup intrauteri, PUKI, presentasi bokong, belum masuk PAP dengan plasenta previa totalis.
Data dasar
Data subjektif : Ibu mengatakan umurnya 24 tahun
Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama.
Ibu mengatakan belum pernah keguguran.
Ibu mengatakan HPHT : 02-09-2010
Ibu mengatakan keluar darah dari jalan lahir, sudah 2x ganti pembalut
Ibu mengatakan cemas karena mengeluarkan darah banyak.
Data objektif :
Keadaan umum : baik
Kesadaran : CM
Status emosional : Stabil
Tanda vital sign :
Tekanan darah : 100/70 mmHg berat badan : 60kg
Pernapasan : 22x/ menit tinggi badan : 157 cm
Nadi : 88x/ menit LILA : 24 cm
suhu : 370C
- Ada pengeluaran darah pervaginam sebanyak 200cc atau 2 pembalut yang bercampur stosel secara tiba-tiba
- Pada saat palpasi dirasakan ada suatu bantalan yang mengganjal pada segmen bawah rahim
- Bagian terendah janin masih tinggi
- Dijumpai kesalahan letak janin yaitu bukan presentasi kepala
- Tidak terdapat nyeri tekanan pada saat palpasi
- Leopold I : TFU 30 cm, pertengahan Px dan pusat, TBJ : 2790 gram
- Leopold II : PUKI
- Leopold III : Teraba bantalan pada segmen bawah rahim
- Leopold I V : Bagian terbawah janin belum masuk PAP
- DJJ : 110 x/menit
- Hb : 7 gram%
- HPHT : 02/09/2010
- HPL : 09/06/2011
B. Diagnosa masalah
Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan terjadinya perdarahan pervaginam karena adanya plasenta previa totalis.
C. Kebutuhan
KIE tentang penatalaksanaan anemis
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL
1. Potensial terjadi perdarahan anterpartum pada ibu
2. Potensial terjadi gawat janin (sudah terjadi)
3. Potensial terjadi aspeksia pada bayi (belum)
4. Potensial partus prematurius
5. IUFD
IV. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA
- Kolaborasi dengan dokter segera mungkin jika terjadi komplikasi yang lebih hebat
- Penatalaksanaan perdarahan antepartum
- Penatalaksanaan aspeksia pada BBL (G USAH)
V. PERENCANAAN
1. Beritahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan
2. KIE Observasi banyaknya perdarahan pervaginam dan tanda-tanda vital, ganti pembalut bila basah, pantau gerakan janin
3. Anjurkan ibu teknik relaksasi untuk memberikan rasa nyaman pada ibu dan meminta keluarga untuk memberikan dukungan psikologis pada ibu (HNYA DKUNGAN)
4. Jelaskan pada ibu bahwa ibu tidak dapat melaksanakan persalinan secara normal tetapi harus secara operasi (seksio sesarea) karena ada plasenta yang menutupi jalan lahir.
VI. PELAKSANAAN tanggal: 04-04-2011 jam: 15.45WIB Oleh: Bidan
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan tentang kondisinya saat ini, kehamilan ibu mengalami komplikasi dimana plasenta atau ari-ari menutupi jalan lahir.
2. Mengobservasi banyaknya perdarahan dan tanda-tanda vital, segera ganti pembalut bila sudah basah, dan selalu memantau gerakan janin. Jika ada perubahan seperti tidak ada gerakan atau gerakan kurang aktif seperti biasanya maka lakukan tindakan.
3. Menjelaskan pada ibu untuk beristirahat total atau tiram baring, beritahu ibu untuk tidak melakukan pekerjaan yang berat, seperti mencuci pakaian, mengangkat air, mengepel, menyapu, dll. Dan menjelaskan kepada ibu untuk lebih sering miring ke kiri pada saat tidur untuk memberikan oksigenisasi penuh kepada janinnya.
4. Mengajarkan ibu untuk teknik relaksasi untuk memberikan rasa nyaman pada ibu dan meminta kelurga untuk memberikan dukungan psikologis pada ibu.
5. Menjelaskan pada ibu tentang kebutuhan gizi dan nutrisi pada ibu hamil, menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan dengan menu seimbang, memberikan ibu tablet Fe dengan dosis 2x sehari selama 14 hari dan vitamin C dengan dosis 3 x sehari, jika nafsu makan berkurang maka makan dengan cara porsi sedikit tapi sering agar pemasukan cairan dan nutrisi seimbang karena adanya perdarahan.
6. Menjelaskan pada ibu bahwa ibu tidak dapat melaksanakan persalinan secara normal tetapi harus secara seksio sesarea karena ada plasenta yang menutupi jalan lahir.
VII. EVALUASI tanggal : 24-03-2011 jam: 16.00 WIB Oleh: Bidan
1. Ibu mengerti tentang kondisi kehamilannya saat ini, bahwa ibu mengalami sebuah komplikasi dalam kehamilannya dimana plasenta atau uri berada pada bagian bawah rahim ibu hamil 32 minggu, TFU pertengahan pusat-Px, DJJ (+), bagian terbawah janin belum masuk PAP
2. Ibu mengerti apa yang ia lakukan jika terjadi perdarahan atau komplikasi kembali dan ibu mengerti tentang perdarahan yang ia alami
3. Ibu mengerti tentang pentingnya istirahat total atau tirah baring untuk mengurangi terjadinya perdarahan
4. Ibu mengerti tentang kebutuhan nutrisi dan gizi bagi ibu hamil
5. Ibu mengerti tentang pentingnya pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi
6. Ibu mau mengikuti saran bidan untuk melakukan persalinan secara seksio sesarea
NY “J” UMUR 24 TAHUN G1 P0 A0 UMUR KEHAMILAN 30+4 MINGGU
DENGAN PLACENTA PREVIA
DI RB KASIH IBU SETURAN SLEMAN YOGYAKARTA
No. Register : 340310
Tanggal Pengkajian : 04 – 04 – 2011, jam 15.00 WIB
Nama Pengkaji : Bidan Sri Rahayu
I. PENGKAJIAN DATA tanggal: 04-04-2011, jam: 15.00 WIB oleh: Bidan
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Ibu Suami
Nama : Ny “J” Tn “T”
Umur : 24 th 26 th
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Wiraswasta
Alamat : Jl. Kapas Kledokan CT, Depok Sleman Yogyakarta
2. Alasan datang
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya.
3. Keluhan utama
Ibu mengatakan perdarahan yang berwarna merah segar dan tanpa rasa nyeri sudah 2x ganti pembalut sejak tanggal 04-04-2011 jam 11.00 WIB.
4. Riwayat menstruasi
Menarche : 12 tahun Siklus : 28 hari
Lama : 5 hari Teratur : teratur
Sifat darah : cair Keluhan : tidak ada
5. Riwayat perkawinan
Status pernikahan : syah Menikah ke : I
Lama : 1 tahun Usia menikah pertama kali : 23 tahun
6. Riwayat obstetric : G1 P0 A0 Ah0
Hamil
Ke- Persalinan Nifas
Tanggal Umur
Kehamilan Jns
Persalinan penolong Komplikasi JK BB
Lahir laktasi komplikasi
1. Kehamilan sekarang
7. Riwayat kontrasepsi yang digunakan
No Jenis
Kontrasepsi Pasang Lepas
Tgl Oleh Tempat Keluhan Tgl Oleh Tempat Keluhan
Ibu mengatakan Belum pernah menggu nakan KB
8. Riwayat kehamilan sekarang
a. HPHT : 02 - 09 - 2010 HPL : 09 – 06 - 2011
b. ANC pertama umur kehamilan : 8 minggu
c. Kunjungan ANC :
Trimester I
Frekuensi : 2x, Tempat : RB Kasih Ibu Oleh : Bidan
Keluhan : mual muntah
Terapi : B6
Trimester II
Frekuensi : 3x, Tempat : RB Kasih ibu Oleh : bidan
Keluhan : tidak ada
Terapi : kalk, tablet Fe
Trimester III
Frekuensi : 2x, Tempat : RB Kasih ibu Oleh : bidan
Keluhan : perdarahan pervagina
Terapi : tablet Fe , vitamin C
d. Imunisasi TT
TT1 pada saat usia kehamilan 12 minggu
TT2 pada saat usia kehamilan 16 minggu
e. Pergerakan janin selama 24 jam (dalam sehari)
Ibu mengatakan gerakan janin > 10x sehari
9. Riwayat kesehatan
a. Penyakit yang pernah/sedang diderita (menular, menurun dan menahun)
Ibu mengatakan tidak pernah/sedang menderita penyakit menular: PMS, HIV/AIDS, TBC, hepatitis, menurun: hipertensi, asma, DM, dan menahun: jantung.
b. Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga (menular, menurun dan menahun)
Ibu mengatakan baik dari keluarga ibu maupun suami tidak pernah/sedang menderita penyakit menular: PMS, HIV/AIDS, TBC, hepatitis, menurun: hipertensi, asma, DM, dan menahun: jantung.
c. Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat keturunan kembar.
d. Riwayat operasi
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat operasi.
e. Riwayat alergi obat
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat alergi obat.
10. Pola pemenuhan kebutuhan sehari – hari
a. Pola Nutrisi
Sebelum hamil Saat hamil
Makan
Frekuensi : 3x sehari 4x sehari
Porsi : 1 piring 1 piring
Jenis : nasi, sayur, lauk nasi, sayur, lauk
Pantangan : tidak ada tidak ada
Keluhan : tidak ada tidak ada
Minum
Frekuensi : 5x sehari 6x sehari
Porsi : 1 gelas 1 gelas
Jenis : air putih, teh air putih, teh
Pantangan : tidak ada tidak ada
Keluhan : tidak ada tidak ada
b. Pola eliminasi
BAB
Frekuensi : 1x sehari 1x sehari
Konsistensi : lembek lembek
Warna : kuning kecoklatan kuning kecoklatan
Keluhan : tidak ada tidak ada
BAK
Frekuensi : 6x sehari 6x sehari
Konsistensi : cair cair
Warna : kuning jernih kuning jernih
Keluhan : tidak ada tidak ada
c. Pola istirahat
Tidur siang
Lama : 1 jam 1 jam
Keluhan : tidak ada tidak ada
Tidur malam
Lama : 7 jam 7-8 jam
Keluhan : tidak ada tidak ada
d. Personal hygiene
Mandi : 2x/ hari 2x/ hari
Gosok gigi : 2x/ hari 2x/ hari
Keramas : 3x/ minggu 3x/ minggu
Ganti pakaian : 2x/ hari 2x/ hari
e. Pola seksualitas
Frekuensi : 3x/ minggu 1x/ minggu
Keluhan : tidak ada tidak ada
f. Pola aktivitas (terkait kegiatan fisik, olahraga)
Ibu mengatakan selain menjadi IRT juga sering membantu suaminya berdagang.
11. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan (merokok, minum jamu, minuman beralkohol)
Ibu mengatakan tidak memiliki kebiasaan yang mengganggu kesehatan seperti merokok, minum jamu, dan minum minuman beralkohol.
12. Psikososiospiritual (penerimaan ibu/suami/keluarga terhadap kehamilan, dukungan sosial, perencanaan persalinan, pemberian ASI, perawatan bayi, kegiatan ibadah, kegiatan sosial, dan persiapan keuangan ibu dan keluarga)
a. Ibu mengatakan senang dengan kehamilannya.
b. Ibu mengatakan hubungan ibu dengan tetangga baik dan ramah.
c. Ibu mengatakan suami dan keluarga mendukung kehamilannya.
d. Ibu maengatakan taat menjalani ibadah.
e. Ibu mengatakan suami yang menjadi tulang punggung keluarga.
13. Pengetahuan ibu ( tentang kehamilan, persalinan, dan laktasi )
a. Ibu mengatakan belum mengetahui tentang kehamilan.
b. Ibu mengatakan belum mengetahui tentang persalinan.
c. Ibu mengatakan belum mengetahui tentang laktasi.
14. Lingkungan yang berpengaruh ( sekitar rumah dan hewan peliharaan )
a. Ibu mengatakan lingkungan sekitar rumah bersih dan nyaman.
b. Ibu mengatakan tidak memiliki hewan peliharaan.
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : CM
Status emosional : stabil
Tanda vital sign :
Tekanan darah : 100/70 mmHg berat badan : 60kg
Pernapasan : 22x/ menit tinggi badan : 157 cm
Nadi : 88x/ menit LILA : 24 cm
suhu : 370 C
2. Pemeriksaan fisik
• Rambut: lurus, tidak ada ketombe, dan tidak mudah rontok keadaan bersih.
• Muka: bentuk simetris, pucat, tidak ada oedema.
• Mata: bentuk simetris, tidak ada pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva pucat, seklera tidak ikterik, berfungsi dengan baik, keadaan bersih.
• Hidung: bentuk simetris, keadaan bersih, dan tidak ada pembesaran polip.
• Mulut : tidak ada kelalinan , tidak terdapat stomatitis, keadaan gigi bersih, tidak adacarises, tidak ada pembesaran tonsil.
• Telinga : bentuk simetris, keadaan bersih, fungsi pendengaran baik.
• Leher: tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar limpa, dan tidak ada pembengkakan vena jugularis.
• Dada: pernafasan baik tidak ada rochi dan wheezing, payudara menonjol hiperpigmentasi , tidak ada benjolan, abnormal, colostrums belum keluar.
• Abdomen : bentuk simetris, membesar sesuai dengan usia kehamilan, tidak ada cacat, tidak ada bekas operasi, tidak ada nyeri tekan pada saat dipalpasi.
Palpasi Leopold
Leopold I : TFU terpegang antara Px dengan pusat, pada fundus teraba keras bundar melenting yang berarti kepala
Leopold II : Perut ibu sebelah kiri teraba lebar dan memberikan tahanan yang besar berarti punggung janin. (PUKI) perut sebelah kanan teraba bagian-bagian janin yang kecil berarti extremitas.
Leopold III : Pada bagian terbawah janin teraba ada satu bantalan yang mengganjal pada bagian segmen bawah rahim.
Leopold IV : bagian terbawah janin belum masuk PAP (divergen)
DJJ: 110x/menit
TFU : 30cm, TBJ= (30-12)x 155=2790 gram
• Punggung : normal tidak ada kelainan.
• Genetalia : ada pengeluaran darah pervaginam banyaknya 200cc. tidak varises dan tidak oedema.
• Ektermitas : bentuk simetris, tidak ada cacat, tidak ada oedema, dapat berfungsi dengan baik.
• Anus: tidak ada hemoroid.
3. Pemeriksaan penunjang
USG : pada USG terlihat ada bagian yang menutupi jalan lahir yaitu plasenta. Tanggal 04/04/2011 jam 15.15 WIB.
Pemeriksaan Hb: 7 % gr tanggal 04/04/2011 jam 15.30 WIB
4. Data penunjang
Tidak ada
II. INTERPRETASI DATA
A. Diagnose kebidanan
Seorang ibu Ny.”J” umur 24 tahun G1P0A0Ah0 umur kehamilan 30+4 minggu janin tunggal, hidup intrauteri, PUKI, presentasi bokong, belum masuk PAP dengan plasenta previa totalis.
Data dasar
Data subjektif : Ibu mengatakan umurnya 24 tahun
Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama.
Ibu mengatakan belum pernah keguguran.
Ibu mengatakan HPHT : 02-09-2010
Ibu mengatakan keluar darah dari jalan lahir, sudah 2x ganti pembalut
Ibu mengatakan cemas karena mengeluarkan darah banyak.
Data objektif :
Keadaan umum : baik
Kesadaran : CM
Status emosional : Stabil
Tanda vital sign :
Tekanan darah : 100/70 mmHg berat badan : 60kg
Pernapasan : 22x/ menit tinggi badan : 157 cm
Nadi : 88x/ menit LILA : 24 cm
suhu : 370C
- Ada pengeluaran darah pervaginam sebanyak 200cc atau 2 pembalut yang bercampur stosel secara tiba-tiba
- Pada saat palpasi dirasakan ada suatu bantalan yang mengganjal pada segmen bawah rahim
- Bagian terendah janin masih tinggi
- Dijumpai kesalahan letak janin yaitu bukan presentasi kepala
- Tidak terdapat nyeri tekanan pada saat palpasi
- Leopold I : TFU 30 cm, pertengahan Px dan pusat, TBJ : 2790 gram
- Leopold II : PUKI
- Leopold III : Teraba bantalan pada segmen bawah rahim
- Leopold I V : Bagian terbawah janin belum masuk PAP
- DJJ : 110 x/menit
- Hb : 7 gram%
- HPHT : 02/09/2010
- HPL : 09/06/2011
B. Diagnosa masalah
Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan terjadinya perdarahan pervaginam karena adanya plasenta previa totalis.
C. Kebutuhan
KIE tentang penatalaksanaan anemis
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL
1. Potensial terjadi perdarahan anterpartum pada ibu
2. Potensial terjadi gawat janin (sudah terjadi)
3. Potensial terjadi aspeksia pada bayi (belum)
4. Potensial partus prematurius
5. IUFD
IV. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA
- Kolaborasi dengan dokter segera mungkin jika terjadi komplikasi yang lebih hebat
- Penatalaksanaan perdarahan antepartum
- Penatalaksanaan aspeksia pada BBL (G USAH)
V. PERENCANAAN
1. Beritahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan
2. KIE Observasi banyaknya perdarahan pervaginam dan tanda-tanda vital, ganti pembalut bila basah, pantau gerakan janin
3. Anjurkan ibu teknik relaksasi untuk memberikan rasa nyaman pada ibu dan meminta keluarga untuk memberikan dukungan psikologis pada ibu (HNYA DKUNGAN)
4. Jelaskan pada ibu bahwa ibu tidak dapat melaksanakan persalinan secara normal tetapi harus secara operasi (seksio sesarea) karena ada plasenta yang menutupi jalan lahir.
VI. PELAKSANAAN tanggal: 04-04-2011 jam: 15.45WIB Oleh: Bidan
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan tentang kondisinya saat ini, kehamilan ibu mengalami komplikasi dimana plasenta atau ari-ari menutupi jalan lahir.
2. Mengobservasi banyaknya perdarahan dan tanda-tanda vital, segera ganti pembalut bila sudah basah, dan selalu memantau gerakan janin. Jika ada perubahan seperti tidak ada gerakan atau gerakan kurang aktif seperti biasanya maka lakukan tindakan.
3. Menjelaskan pada ibu untuk beristirahat total atau tiram baring, beritahu ibu untuk tidak melakukan pekerjaan yang berat, seperti mencuci pakaian, mengangkat air, mengepel, menyapu, dll. Dan menjelaskan kepada ibu untuk lebih sering miring ke kiri pada saat tidur untuk memberikan oksigenisasi penuh kepada janinnya.
4. Mengajarkan ibu untuk teknik relaksasi untuk memberikan rasa nyaman pada ibu dan meminta kelurga untuk memberikan dukungan psikologis pada ibu.
5. Menjelaskan pada ibu tentang kebutuhan gizi dan nutrisi pada ibu hamil, menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan dengan menu seimbang, memberikan ibu tablet Fe dengan dosis 2x sehari selama 14 hari dan vitamin C dengan dosis 3 x sehari, jika nafsu makan berkurang maka makan dengan cara porsi sedikit tapi sering agar pemasukan cairan dan nutrisi seimbang karena adanya perdarahan.
6. Menjelaskan pada ibu bahwa ibu tidak dapat melaksanakan persalinan secara normal tetapi harus secara seksio sesarea karena ada plasenta yang menutupi jalan lahir.
VII. EVALUASI tanggal : 24-03-2011 jam: 16.00 WIB Oleh: Bidan
1. Ibu mengerti tentang kondisi kehamilannya saat ini, bahwa ibu mengalami sebuah komplikasi dalam kehamilannya dimana plasenta atau uri berada pada bagian bawah rahim ibu hamil 32 minggu, TFU pertengahan pusat-Px, DJJ (+), bagian terbawah janin belum masuk PAP
2. Ibu mengerti apa yang ia lakukan jika terjadi perdarahan atau komplikasi kembali dan ibu mengerti tentang perdarahan yang ia alami
3. Ibu mengerti tentang pentingnya istirahat total atau tirah baring untuk mengurangi terjadinya perdarahan
4. Ibu mengerti tentang kebutuhan nutrisi dan gizi bagi ibu hamil
5. Ibu mengerti tentang pentingnya pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi
6. Ibu mau mengikuti saran bidan untuk melakukan persalinan secara seksio sesarea
Langganan:
Postingan (Atom)